What if...
Tsukishima
Kuroo berdiri di depan pintu apartemen Tsukishima. Tsukishima lagi ngambek dan mengurung diri, menghindar dari Kuroo. Dia dibohongi, kawan-kawan!
Dua minggu yang lalu Kuroo baru saja menyelesaikan latihan rutin bersama kampus lain. Mereka komunikasi seperti biasa sampai akhirnya pesan dari Akaashi, Kenma, dan beberapa teman-teman Kuroo yang juga menjadi temannya masuk ke hapenya.
Oh, no. Oh, no nononono nono~
Tsukishima awalnya tak paham dan membalas beberapa pesan dengan kebingungan. Kenma yang mulai dapat membaca situasi menyarankan Tsukishima berbicara langsung dengan Kuroo.
Namun, hal itu sudah tidak diperlukan lagi.
Tak ada angin, tak ada hujan. Satu foto postingan Bokuto di Imstamgram menjelaskan hujan pesan yang baru saja Tsukishima terima.
Kuroo cedera, Tsukishima merasa khawatir. Kuroo bilang dia baik-baik saja dan tak perlu dipikirkan. Entah mengapa hal ini malah membuat Tsukishima menjadi terasa asing ketika orang lain tahu, sementara dirinya tidak.
Tak banyak cakap, Tsukishima membalas, "Ok." Dan tak ada pesan lain setelahnya. Di sisi lain, Kuroo sama sekali tidak mencium bau-bau yang 'meresahkan'. Jadi, dia menjalani hari seperti biasa.
54 jam berlalu tanpa ada satu pun pesan yang datang dari Tsukishima. Kuroo mereplay kejadian akhir-akhir ini dalam otaknya, membaca ulang pesan percakapannya dengan Tsukishima, dan mengecek keadaan lewat abangnya Tsukishima. Masih juga tidak menemukan kesalahannya di mana.
Halah, yang penting bicara dulu dengan Tsukishima!
Kuroo menghubungi si sobat aka Bokuto untuk membantunya selama di perjalanan. Meski dipanggi sobat, sebenarnya di dalam hati Kuroo melihat Bokuto sebagai (coret) budak (coret). Bercanda.
Kuroo sudah mengirim pesan kalau dia akan datang sebelumnya. Sudah dibaca juga. Jadi, rencananya aman, yay.
Pintu diketuk. Padahal ada bel. Suara langkah kaki mendekat ke arah pintu. Kuroo sudah harap-harap cemas menanti Tsukishima membuka pintu.
Tsukishima dari balik pintu dengan suara yang agak tinggi, "Siapa?"
Kuroo bingung. Tidak biasanya... "Tsukki?"
Kali ini Tsukishima agaknya tidak bisa menyembunyikan perasannya. Nada bicaranya agak berubah menjadi lebih dingin. "Sendirian?"
"Um, berdua dengan Bokuto. Tsukki, bisa kita bicara?"
Katakanlah Bokuto nggak pintar-pintar banget seperti Tsukishima. Tapi, dia juga nggak sebodoh Kuroo soal membaca keadaan. Bisa-bisannya sobatnya, belahan hatinya, menariknya masuk ke persoalan rumah tangga!
Bokuto sudah mau kabur ketika Tsukishima menjawab.
"Oh... Bagus, kamu bisa bicara saja dengan Bokuto."
Dan setelah itu suara langkah kaki berjalan menjauh dari pintu.
Kuroo menatap kosong ke arah sobatnya dengan raut muka "salahku apa?". Bokuto tepuk jidat. Ah, sudahlah. Bokuto menyesal ikut sobatnya sampai kemari.
Kuroo
Setelah melalui proses yang panjang, Tsukishima dan Kuroo akhirnya menikah. Beberapa tahun setelahnya mereka memutuskan untuk mengadopsi anak anjing yang kini usinya genap 2 bulan.
Tsukishima sangat memanjakan anjingnya. Seluruh perhatiannya rasa-rasanya tertuju pada si anjing.
Kuroo ..., Kuroo ..., aah! Dia cemburu!
Tapi, masa iya cemburunya sama anjing. Kuroo bingung juga harus bagaimana lagi. Dia ngambek: dengan Tsukishima + anjing mereka, serta dengan dirinya sendiri.
Tsukishima mencium adanya ketidakwajaran pada tingkah laku Kuroo. Dia mengetes kemungkinan penyebabnya satu per satu dan akhirnya ketemu. Dari situ Tsukishima mulai memasak makanan kesukaan Kuroo.
Awalnya Tsukishima mengira hal ini akan berlangsung selama 3-4 hari. Di luar dugaan, Kuroo langsung menarik Tsukishima ke dalam pelukan begitu mencium aroma masakan yang memenuhi ruangan.
Ah, dasar pengantin muda.
###
Smol apdet sebelum saya pusing 👉👀👈 Belum dicek ulang bikos saya lagi males, pake banget.
KAMU SEDANG MEMBACA
KurooTsuki!! Short Story
FanfictionDibuat dengan tujuan supaya saya nggak kesel sendiri tiap nggak inget tadi ngehaluin apa, hehe. Cover: credit to @shigurefusawa (twitter)