"Ibu kita Mau ke mana?"Waktu sudah menjelang subuh, aku dan Ibu mengendap-endap dalam kegelapan malam. Kata Ibu, ini saat yang tepat untuk melarikan diri. Melangkah sepelan mungkin agar tak menimbulkan suara.
Netra Ibu beringas melihat ke sekeliling, ia tak ingin salah langkah, satu saja penjaga mengetahui keberadaan kami, dapat dipastikan niat untuk meloloskan diri akan gagal.
Sudah tak menjadi rahasia umum jika keamanan di lokalisasi ini begitu ketat. Terlebih lagi Ibu sudah lama menjadi pusat perhatian. Sikapnya yang membelot dari ketentuan dan peraturan membuatnya diawasi dengan ketat.
Ibu berusia 40 tahun, ia ingin menjauhkan aku dari tempat haram itu. Ia tidak ingin aku tahu pekerjaannya sebagai wanita penghibur. Tak ingin dirinya terperangkap oleh dunia hitam lebih dalam, dan akan menjadi hal yang menakutkan baginya, jika aku akan menjadi sepertinya kelak dewasa nanti.
Ibu sudah susah payah membesarkan aku di tempat yang tak layak seperti ini, tetapi tetap dilakukan walau selalu menjadi beban pikirannya. Sejak lama hidup menyendiri, hanya tempat haram ini yang dapat dijadikan naungan dan penghidupan Ibu.
Beliau ingin segera kabur dari pemukiman yang sebagian besar dihuni oleh wanita pemuas nafsu lelaki hidung belang. Berinisiatif untuk pindah keluar kota, dengan langkah hati-hati, ia harus berhasil lolos dari pemukiman itu.
Beberapa lelaki berbadan besar sedang mengejar kami. Ibu menyeret paksa aku, saat berhasil meloloskan diri dari tempat tinggalnya.
❤FahrianiSyahputri❤
Kala itu aku berusia sepuluh tahun, masih banyak belum mengerti tentang hal ini, dan aku tak berani menanyakan itu.
Kami sedikit lega, menarik napas lalu mengembusnya kasar. Namun, Ibu berkata, meskipun dapat lolos bukan berarti mereka tidak dapat menemukan kami kembali.
Tangisku yang kelelahan tak lagi dipedulikan, yang terpenting baginya menjauh adalah cara teraman.
"Ibu kita mau ke mana?" tanyaku lagi.
"Kita akan keluar kota, kamu diam saja, Kinara.”
"Kenapa? Kita harus pergi, Bu?”
Ibu tak menjawab ocehanku, dirinya menggendong aku di tengah keramaian orang-orang yang hendak masuk ke sebuah kapal yang bertengger akan segera berlabuh.
Ibu terus menerobos keramaian orang-orang yang berebutan untuk dapat masuk ke kapal tersebut, hingga kami berhasil. Memerlukan waktu dua jam perjalanan untuk sebuah kapal dari pulau Jawa menuju pulau Sumatera.
Setelah kapal menepi, kami melanjutkan perjalanan dengan menggunakan bis menuju kota di mana kami akan tinggal.
❤FahrianiSyahputri❤
Ibu, kita mau ke mana? Kok tidak sampai-sampai?”
"Kita akan pergi jauh, Nak. Kota itu tak baik untukmu, mereka jahat.”
Setelah bis yang kami tumpangi sampai di kota yang teramat asing bagiku. Aku mengikuti langkah Ibu yang keluar dari terminal, daerah ini tak pernah kulihat sebelumnya.
"Ibu … aku lapar.” Aku merengek sambil memegangi perut.
Ibu langsung mencari sebuah warung nasi yang berada dekat terminal. Matanya tertuju tepat di seberang jalan dari tempat kami berdiri.
"Sayang, kamu tunggu di sini, ya, ibu mau ke warung itu. Jangan ke mana- mana,” ucap Ibu Kala itu.
"Aku takut, Bu ....”
"Kamu di sini saja, ibu hanya sebentar.”
Aku menurut, percuma merengek, tak dipedulikan olehnya. Ibu meninggalkan aku menuju warung nasi tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUKAN WANITA PENDOSA
RomansaKisah lika - liku seorang gadis bernama Kinara. Sejak kecil terpisah oleh orang tuanya, menjadi korban pelecehan seksual, serta kekerasan dalam rumah tangga. Akan kah nasib Kinara dapat menjadi lebih baik?