06

8.3K 872 134
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Gevan makan ya?" Oksa terus membujuk laki-laki itu untuk makan. Sebab gevan harus minum obat.

Setelah kejadian dimana cowok itu menghempas semua makanan karena Oksa abaikan. Ia tak mau lagi untuk makan.

Jangankan untuk makan, bahkan dia mendiamkan gadis itu.

Gevan membuang muka ketika oksa menyodorkan sesendok nasi beserta lauk kearah mulutnya. Keenan yang posisinya masih berada disana menghela nafas melihatnya. "Gevan, Oksa udah repot-repot nyempatin waktu buat lo. Jangan kaya gini."

Tak ada respon yang berarti dari laki-laki itu.

Seperti yang Sudah Keenan duga, ucapannya takan pernah didengar sang sepupu, namun anehnya dia masih saja mau buang-buang tenaga untuk menasehati gevan.

"Kalo lo mau makan, nanti gue kasih permen." Ucapan Oksa menarik atensi laki-laki itu. Gevan memutar kepalanya menjadi menghadap Oksa.

Hal itu tak disia-siakan oleh Oksa, gadis itu kembali menyodorkan sesendok nasi kearah mulut gevan yang kali ini diterima baik oleh cowok itu, dengan tatapan mata tak lepas dari Oksa.

Keenan sampai terperangah menyaksikan bagaimana gevan luluh hanya karena iming-iming permen. Semudah itu? Rasanya ia tak percaya.

Untuk seukuran orang yang keras kepalanya melebihi kerasnya batu, hampir tak mungkin kalau gevan akan mudah dibujuk seperti ini jika yang membujuknya adalah orang lain. Keenan mengenal betul bagaimana sifat adik sepupunya ini.

Semua ini menjadi mungkin karena Oksa. Gadis itu memegang kendali besar atas perubahan Gevan.

"Sa, kakak keluar dulu ya?" Pamit Keenan, membuat perhatian Oksa teralih padanya. Hanya Oksa, sebab Gevan tak mengidahkan ucapannya, cowok itu tidak melirik sedikitpun dan hanya fokus pada gadis dihadapannya.

Keenan tak terlalu peduli, ia melangkah keluar setelah mendapat jawaban dari Oksa. Memberikan ruang untuk Gevan dan Oksa berbicara.

Gadis itu meletakkan piring diatas nakas setelah makanan diatasnya tak tersisa, kemudian meraih tisu dan membersihkan noda makanan pada sudut bibir Gevan.

"Sorry." Ucap Oksa menyesal. Dia merasa bersalah pada cowok itu. Tidak seharusnya dia asik sendiri bertelpon dengan eric, disaat Gevan memintanya untuk menemani makan.

Laki-laki itu pasti tidak akan melukai diri kalau saja Oksa memperhatikannya.

Gevan tak merespon permintaan maaf gadis itu, tangannya malah terangkat meraih helaian rambut Oksa yang terurai dan merapikannya. "Kamu cantik, kaya peri."

Ucapan Gevan membuat pergerakan gadis itu terhenti, dahi Oksa berkerut. Rasanya ia seperti pernah mendengar kalimat yang Gevan ucapkan barusan, tapi dimana?

Tak mau ambil pusing. Oksa membalas ucapan cowok itu dengan senyuman. "Makasih."

Gevan ikut menarik sudut bibirnya. Matanya berbinar ketika Oksa menyodorkan beberapa permen kearahnya, yang tanpa pikir panjang langsung ia raih.

Sebenarnya mudah saja kalau gevan ingin permen, ia bisa langsung membeli banyak di supermarket. Namun jelas akan berbeda, karena disini bukan perkara tentang permen, namun seseorang yang memberikannya.

Sebanyak apapun permen yang gevan beli, tak ada yang se berharga permen pemberian Oksa.

Hal ini yang membuat laki-laki itu pernah mengamuk, sebab permen yang pernah Oksa kasih saat dirumah sakit, hilang entah kemana.

***

Gevan terbangun dengan nafas yang memburu, mata laki-laki itu menyapu sekitar mencari keberadaan sosok Oksa yang sayangnya tak ia temukan. Kamarnya sepi tak ada siapapun.

Ditambah permen pemberian gadis itu yang lagi-lagi ikut lenyap entah kemana, membuat dada Gevan tambah bergemuruh.

Dengan kasar tangannya meraih lampu dinakas dan melemparnya kearah cermin yang persis berada tak jauh didepannya.

Suara gemrayak pecahan kaca memenuhi kamar, tak menunggu waktu yang lama lagi hingga pintu kamar laki-laki itu terbuka kasar.

Disana della berdiri diambang pintu dengan nafas memburu dengan beberapa maid dibelakangnya, wajah wanita itu terlihat memucat dengan mata yang memancarkan begitu banyak kekhawatiran, ia berjalan mendekati putranya.

Gevan tidak berniat melirik kearah Della meski wanita itu sudah berada disampingnya, laki-laki itu tetap saja menatap lurus dengan tatapan tajam.

Della pun bingung apa yang membuat putranya bisa seemosi itu. Tak tau saja Gevan seperti itu karena gadis yang sangat ingin dia jauhi dari putranya.

"Ada apa sayang?" Tangan Della mengusap rambut Gevan lembut tapi langsung dihempas kasar laki-laki itu.

Rahang Gevan mengeras bahkan cengkraman tangannya pada selimut semakin mengerat. "Tenang Gevan." Della beralih mengelus tangan putranya yang berakhir sama, dihempas kasar kembali oleh pemiliknya.

"Kamu kenapa? Cerita sama mama."

Tak adapun sahutan dari laki-laki itu, matanya masih menatap tajam kearah cermin seakan benda didepannya itu ialah sesuatu yang menjadi sebab hilangnya Oksa.

Della menghela nafas, sungguh tidak mengerti situasi yang terjadi sekarang ini, setelah lumayan lama putranya kembali bertingkah seperti pertama kali laki-laki itu pulang dari rumah sakit setelah kecelakaan waktu itu. Dia cepat sekali marah.

Della menatap pada salah satu maid dibelakangnya, "Panggilkan dokter keenan."

Maid itu membungkuk kemudian segera melangkah keluar kamar Gevan.

Setelahnya della kembali menatap kearah gevan, sebuah helaan nafas keluar dari bibirnya.

Bagaimana dia bisa lupa kalau Gevan adalah duplikat dari ayahnya sendiri, Agam. Dari segi kekeras kepalaan hingga karakternya hampir semua menurun pada Gevan, dan ambisinya tak akan ada seorang pun yang dapat menghalangi. Termasuk dirinya sebagai ibu kandung laki-laki itu.

Untuk saat ini ia bersyukur gevan tak menambah luka dengan menyakiti diri sendiri. Mata Della beralih menatap kaki laki-laki itu yang tertutup selimut dengan sendu.

Ia telah mengetahui kalau gevan lagi-lagi melukai kakinya, Keenan yang menceritakan. Entah sudah keberapa kali laki-laki itu lakukan hanya karena rasa putus asa nya.

***

Hello teman-teman, ada yang masih nunggu aku up?

Hello teman-teman, ada yang masih nunggu aku up?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

©Nkimtt4Mei2021

SacrificeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang