09

5.3K 594 87
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Gevan mengerjapkan matanya beberapa kali untuk memastikan bahwa yang dilihatnya sekarang itu bukanlah haluan semata.

Bagaimana bisa Oksa ada dihadapannya saat ini? Setelah beberapa hari tak pernah mengunjunginya, sekarang gadis itu tiba-tiba saja kembali datang.

Tangan Gevan terulur hendak menyentuh pipi Oksa, namun hanya tertahan di udara. Laki-laki itu kembali menarik tangannya.

Dia takut Oksa yang dilihatnya saat ini hanyalah halusinasi karena demam yang ia alami. Gevan tak ingin kembali disadarkan oleh kenyataan kalau gadis itu tak berada disampingnya. Ia takut.

Mungkin saja laki-laki itu akan terus berpikir seperti itu, kalau saja Oksa tak menyentuh keningnya. Raut wajah gadis itu terlihat khawatir, merasakan suhu badan Gevan yang masih terasa panas.

"Risa." Suara laki-laki itu terdengar serak dan lemah.

"Ada yang sakit?"

Laki-laki itu tak menjawab, dia membawa tangan Oksa kearah pipinya, membuat Oksa sedikit terkejut akan tindakannya.

Gadis itu menatap kearah tangan Gevan yang terdapat banyak luka sayatan dengan tatapan khawatir. Bagaimana cowok itu bisa dengan mudahnya menyakiti dirinya sendiri?

"Risa."
Gadis itu mengerjap mendengar panggilan Gevan. "Iya?"

"Jangan pergi lagi."
Oksa tersenyum dan mengangguk. Kini tekadnya ialah membuat Gevan sembuh. Biar bagaimanapun, laki-laki itu sudah ia anggap sebagai temannya sendiri. Oksa tak tega melihat keadaan Gevan terus seperti ini.

"Mau makan?" pertanyaan gadis itu dibalas gelengan dari Gevan. "Kenapa gak mau hm?

Tak ada jawaban, namun mata Gevan masih menatap lekat kearah Oksa, seolah tak akan ada lagi hari esok untuk melihat gadis itu.

Oksa menghembuskan nafas panjang. Tak mengira, ternyata membujuk Gevan tak semudah yang dibayangkan, laki-laki itu cukup keras kepala rupanya.

"Pusing?" Oksa mengusap pipi Gevan, saat melihat dahi laki-laki itu berkerut tak nyaman. membuat Gevan memejamkan matanya kemudian mengangguk pelan. Tak dapat dipungkiri, kepalanya memang terasa pening. Ditambah tubuhnya yang seperti tak memiliki tenaga.

"Makan ya? terus minum obat."

"Jangan pergi."

"Ngga, gue gak pergi. Gue disini." Ucap Oksa menenangkan. Ia mengelus punggung tangan Gevan dengan lembut. "Makan ya?"

Akhirnya anggukan dari laki-laki itu membuat sudut bibir Oksa tertarik. Ia membantu Gevan bersandar dan menyuapi cowok itu dengan bubur yang sudah della siapkan.

Namun hanya satu suap saja, karena setelahnya Gevan tak mau lagi menerima suapan.

Oksa menaruh kembali mangkuk diatas nakas dan mengambil obat Gevan untuk selanjutnya diberikan pada laki-laki itu.

SacrificeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang