02

10.6K 964 50
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Della menatap keadaan Gevan dari ambang pintu kamar laki-laki itu dengan tatapan tak terbaca.

Ia tak ingin merusak suasana hati putranya yang terlihat baik hari ini, terlihat bagaimana bibir pucat laki-laki itu melengkung indah. Mata Gevan terus menatap bingkai foto seseorang dengan wajah berseri.

Ia rasanya seperti mimpi, hal ini seperti keajaiban, melihat senyuman laki-laki itu terbit kembali setelah tenggelam cukup lama.

"Nyonya, sarapan tuan muda." Della tersentak, ia menoleh kearah maid yang telah membawa nampan berisi makanan. Waktunya untuk gevan minum obat.

Tangannya meraih benda tersebut dan memberi isyarat pada maid tersebut untuk kembali pada pekerjaannya.

Wanita itu menghembuskan nafas sejenak, sebelum bibirnya menyunggingkan senyum. Della tak ingin terlihat sedih dihadapan putranya. Ia berjalan menghampiri Gevan yang masih sibuk dengan dunianya.

"Anak mama, makan dulu yuk?"

Laki-laki itu tak merespon sedikitpun, dia masih setia memandangi bingkai foto ditangannya.

"Sayang." Della mencoba meraih tangan Gevan, namun dengan cepat dihempas oleh laki-laki itu hingga secara tidak sengaja bingkai pada tangannya ikut terhempas dan pecah berserakan.

Senyap.

Keduanya sama-sama dibuat syok. Gevan yang tidak menduga benda ditangannya akan hancur begitu saja, ia menatap kearah della tajam.

Wanita itu segera meraih foto tersebut tapi kalah cepat dengan Gevan yang kembali merampasnya, hingga membuat laki-laki itu terjatuh dari kursi roda dan membuat tangannya terluka.

Della menatap putranya dengan sorot tak percaya.

Gevan segera menyembunyikan foto dibelakang tubuhnya supaya della tidak dapat melihat, menatap wanita itu seolah memerintahkannya agar segera keluar dari kamarnya.

***

"Loh, kamu kok ada disini?" Oksa kaget saat membuka pintu menemukan kekasihnya sudah bediri disana dengan raut wajah yang tidak terlihat baik.

Tanpa menjawab pertanyaan oksa, ia langsung menerjang tubuh oksa dan memeluknya erat.

Oksa menepuk punggung Eric dengan lembut.

Tanpa laki-laki itu bicara pun Oksa tau bagaimana suasana hatinya, sebab hal ini tidak sekali, dua kali terjadi.

Maka dari itu dia tidak banyak bertanya lagi, biarkan nanti cowok itu sendiri yang bercerita setelah merasa cukup tenang.

Erik tambah mengeratkan pelukannya, punggungnya bergetar hebat, ia terisak pelan.

Pertahanan yang ia bangun sedari tadi akhirnya perlahan hancur, hanya dihadapan gadis inilah ia bisa meluapkan segala emosinya, merasa kalau semua beban dan juga rasa cemasnya hilang seketika ketika dapat memeluk tubuh ini.

SacrificeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang