Semuanya terlihat samar
~~~~~
Malam harinya, Pelangi pergi ke rumah sakit bersama Mentari, seharusnya hari ini Mentari ikut dengan bunda dan ayahnya ke bandung, namun melihat kondisi kakanya, ia jadi lebih memilih untuk di rumah dan menemani kakanya.
Keduanya berjalan bersama di koridor, tadi ketika ingin ke sini, mereka di jemput oleh Bagas dan juga jovi, namun setelah sampai rumah sakit, kedua lelaki itu tidak langsung masuk, melainkan mereka pergi ke warung yang berada di dekat rumah sakit itu.
Pelangi membuka pintu ruangan itu, disana ada Langit yang sedang menonton tv sambil memakan buah apel, lelaki itu duduk di atas brankarnya.
"Hai bang Langit" Sapa Mentari membuat Langit melotot kaget lalu tersenyum.
"Akhirnya lo jenguk gue juga" Katanya.
Mentari tertawa geli "iya dong, kata kak Pelangi, lo bakalan seneng kalo gue dateng" Ujar gadis itu sambil menampilkan senyuman khasnya.
Langit tersenyum dan mengangguk "iyalah, gue kangen sama adek gue ini" Ia mengusap kepala Mentari itu dengan gemas.
Pelangi cemberut, "dia doang yang digituin, gue engga" Ucapnya dengan wajah kesal.
Langit tertawa geli, ia langsung merentangkan tangannya agar Pelangi maju untuk memeluknya, tanpa aba-aba Pelangi langsung saja memeluk Langit.
"Maaf ya kalo gue bau" Ujar Langit membuat Pelangi menggeleng dibalik pelukan itu.
Mentari tersenyum, menjadi saksi bahwa perasaan kakanya tidak pernah salah, yang salah hanyalah waktu, mungkin waktu itu bukanlah waktu yang tepat untuk menunjukkan semuanya.
"Tari keluar dulu ya, mau nyusul bang Bagas" Pamitnya yang diangguki Langit.
Sekarang tersisalah mereka berdua di ruangan itu, Pelangi nyaman dengan pelukan seorang Langit. Dari dulu hingga saat ini, hanya pelukan Langitlah yang menjadi candu untuk dirinya.
Selesai berpelukan, mereka berdua mengobrol masalah sekolah, Pelangi yang memberikan catatan rangkuman kisi-kisi, dan Langit yang selalu bertanya jika ada hal yang tidak ia mengerti.
"Harusnya kalo lo nanya pelajaran itu ke Alleta bukan ke gue lang" Ucap Pelangi sambil memakan jeruk.
Langit menggelengkan kepalanya "gue gamau libatin dia lagi, cukup lo aja sekarang, nanti yang ada gue bimbang lagi" Balas Langit.
Pelangi sedikit berfikir, ia meletakkan kulit jeruk itu diatas nakas "Emangnya sekarang perasaan lo itu gimana?" Tanya Pelangi.
Langit menghela nafasnya lalu menggidikkan bahunya "gatau, gue bingung, tapi kalo boleh jujur, semua yang ada dipikiran gue itu tentang lo, dan hati gue pun gitu, yang lo tau gue singgah dihati banyak cewe, tapi cuman satu inceran gue dari dulu, hati lo" Jujur Langit.
Pelangi terdiam saat mendengar itu, sebelum akhirnya ia tersenyum tipis "ternyata bener, Pelangi itu butuh Langit buat nunjukin wujudnya" Balasnya membuat Langit tertawa.
"lo mau jadi pacar gue?" Tanya Langit tiba-tiba.
Pelangi sedikit ragu dengan ini "apa ga kecepetan? lo belom lama putus dari Alleta" Ujar Pelangi
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Story [TAMAT]
Teen FictionGadis barbar dan juga satu manusia yang dingin, hanya saja jika bertemu gadis barbar itu, ia menjadi gila, bahkan lebih lebih dari seorang yang disebut gila. Bersahabat selama 17 tahun, dan mereka tidak mungkin gampang untuk dipisahkan. Berawal dari...