prat 3

37 7 15
                                    

Lean berjalan tergesa-gesa sesekali berlari kecil untuk menuju UKS. Pikirannya tidak tenang. kenapa dia sampai teledor menjaga adiknya? Kalau sampe adiknya kenapa-napa dia tidak akan memaafkan dirinya.

Pintu UKS dibuka kasar oleh lean menyebabkan penjaga PMR terkejut. Tapi itu tidak dihiraukan olehnya karena yang terpenting adiknya.

Adiknya berbaring dibrankar dengan nafas yang memburu.keringat bercucuran di dahinya, lean mendekat dan memeluk adiknya sambil membangunkannya.

"Dek bangun." Lean menepuk pelan pipi adiknya namun tak ada jawaban. "Resca, bangun." Dengan perlahan mata Alresca terbuka.

"Kak." Panggilnya parau.

"Apa yang sakit? Bilang sama kakak." Desak Lean.

"Pusing, dada gue sakit."

Lean menghela nafas. "Ayo pulang." Ajaknya yang dibalas gelengan kepala oleh Resca.

"Gue disini aja. kapan lagi gue bisa ngerasain sekolah? Umur gue gak lama lagi." Ucapnya diakhiri kekehannya.

"Lo ngomong apa sih, Res?! Jangan ngaco!" Sentak Lean.

"Gue gak ngaco kak! Tiap hari gue kayak gini! Sebenarnya gue capek. Tapi karena kalian gue mau minum obat sialan itu." Celetuk Resca.

Lean memejamkan matanya, kemudian membukanya kembali. "Lo harus kuat dek. Kalau gak buat gue seenggaknya buat mommy. Mommy pasti sedih liat Lo kayak gini." Lirih Lean.

"Oke. Gue mau balik ke kelas." Pinta Resca.

"Tap--"

"Gue udah gak papa kak, Lo gak perlu khawatir."

"Ya udah, gue ke toilet dulu. Lo duluan aja. Kuat jalan kan?" Resca mengangguk.

Lean pergi ke toilet. sementara Resca berjalan santai menuju kelasnya. Darih arah belakang seorang gadis berlari terburu-buru sampai tidak menyadari jika di depannya ada orang dan...

Brakk

Tubuh keduanya oleng. Gadis itu reflek menutup matanya. Sedangkan Alresca yang ditabrak menaruh telapak tangan dibelakang gadis itu agar tidak mengenai lantai.

Keduanya sama-sama jatuh dengan tubuh Alresca yang diatas sedangkan gadis itu dibawah. Mereka begitu intim dan tanya beberapa senti saja bibir mereka bersentuhan.

Gadis itu membuka matanya dan tertegun ketika matanya bertubrukan dengan mata tajam milik pemuda yang ditabraknya. Hembusan nafas mereka saling bersahutan sampai ada suara yang menyadarkan mereka.

"Resca! Lo ngapain?!" Pekik Dipsah.

Kedua manusia berbeda gender itu bangun dan senyum kikuk terciduk oleh anak-anak Mevlator.

"Cie cie, Resca, Sekarang udah besar ya." Ledek Tara dengan senyum jahil.

"Wah gak bener nih anak, udah tau sakit bukannya ke UKS tidur, malah tindih-tindihan sama cewek." Celetuk David.

Resca berdecak. "Gak gitu ya, dia tadi gak sengaja nabrak gue."

"Hallah alasan." Cibir Dipsah.

Gadis itu menatap anak-anak Mevlator dengan senyum canggung karna disini bukan hanya ada inti geng melainkan ada anggotanya juga.

"Emmm, ka-kak maaf ya aku gak sengaja. Soalnya tadi buru-buru mangkanya jadi nabrak. Sekali lagi maaf. Permisi." Langkah gadis itu terhenti ketika ada yang mencekal pergelangan tangannya. Dia berbalik dan menatap cowok yang ditabraknya tadi.

Alresca maju sedikit dan memiringkan kepalanya sampai bibinya berada tepat ditelinga gadis itu.

"Gue suka mata lo, Stella Valeri."

Deg

*****

Valeri menatap pantulan wajahnya di cermin toilet.  jantungnya berdetak sangat cepat. kenapa dia jadi segugup ini? padahal cowok tadi hanya bicara seperti itu.

Astaga rasanya valeria ingin menenggelamkan badannya saking gugupnya. "lo lemah banget sih val, masak cuma gitu aja udah baper." monolognya.

Valeri membasuh wajahnya dengan air setelahnya mengeringkan menggunakan tissue. Dia meneliti penampilannya. Dirasa sudah pas lantas keluar dari toilet menuju kantin menghampiri sahabatnya.

*****

Kantin sangat ramai para siswa Androcles berbondong-bondong menuju stand makanan guna membeli dan mengisi perut mereka.

Di pojok ruangan terdapat anak-anak nakal yang jauh dari kata rapi, Tapi sialnya bisa membuat siapa saja yang melihatnya terpesona. Karena itu semua didukung oleh tampang rupawan mereka.

" gorengan gue." Pekik Tara dengan kesal.

"Jangan pelit-pelit entar kuburan Lo sempit." David dengan santainya mengunyah gorengan milik Tara. "Dasar Dugong! Orang kaya kok gak mampu beli." Cibir Tara.

"Heh, batok kelapa. Gue emang kaya ya. Buat beli harga diri Lo aja gue mampu." Songgong David.

"Masih kaya gue, gak usah sok." Celetuk Lean.

Skakmat!

"Kicep kan Lo." Tuding Dipsah diiringi tawa oleh yang lain.

Sam menatap David sinis. "Makannya jangan belagu."

"Sabar ya." Timpal Resca sambil mengelus pundak David disertai kekehannya.

"Anjing." Umpat David.

Alresca berdiri dari duduknya mengundang atensi mereka yang duduk disana. "Mau kemana Lo?" Tanya Sam.

"Beli bakso."

"Gak." Sahut Lean cepat menatap adiknya tajam.

"Lah, Lo kenapa Le?" Ucap Dipsah dengan penuh selidik kepada Lean.

Lean tak menjawab dia terus menatap adiknya tajam tapi yang didapat hanya acuh. "lo duduk! biar gue pesenin makanan buat lo!" suruh Leon kepada Alresca yang dituruti oleh sang empu.

Teman-temannya hanya cengoh melihat itu, karena Lean tipe orang yang bodoh amat dan sekarang malah memesan kan makanan untuk Resca.

"Res, lo ada hubungan apa sama Lean?"tuding Tara.

"Teman kan." Jawab Resca sambil angkat bahunya acuh.

"Wah gak bener nih. apa jangan-jangan--" Dipsah menjeda kalimatnya sejenak yang membuat teman-temannya menunggu. "Lean suka Resca." Lanjutnya.

"Bangsat, gue kira apaan." Kesal Sam.

"Lo gak usah ngaco ya mau gue timpuk." Resca melotot kepada Dipsah.

Dipsah menyengir. "Ampun bang jago."

Tak lama kemudian Lean datang dengan membawa sepiring nasi goreng serta botol air mineral. "makan." suruh nya kepada Resca.

"Thanks."

Mereka melanjutkan acara makan serta diselingi candaan dan bahkan mengejek satu sama lain, sampai bel masuk bunyi dan mereka kembali ke kelas masing-masing.

hari ini tidak ada salah satu dari mereka yang berniat membolos. Sudah insaf, maybe.

*****

Vote ya:)
Jangan lupa komen. Follow juga akun wattpad author. Udahlah kalian pasti bosen kan di ingetin terus?. Tapi author gak akan pernah bosen buat ngingetin kalian:).

See you...

ALRESCATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang