part 8

35 4 0
                                    

Valerie menyusuri trotoar dengan pandangan lurus ke depan. pikirannya berkecambuk kemana-mana, perkataan kakaknya selalu terngiang-ngiang di otaknya. setelah kematian orang tuanya keadaan keluarganya jadi memburuk. kakaknya yang dulu seorang penyayang sekarang jadi pemuda yang keras bahkan dia sekarang juga seorang ketua geng.

Sedangkan dirinya? Yang dulu gadis ceria, aktif, blak-blakan Sekarang menjadi gadis yang tertutup serta harus berpura-pura menjadi sok lugu.

Valerie benci keadaan ini. Dia muak. Apa dia tidak boleh bahagia? Kenapa takdirnya harus seperti ini. Tidak cukupkah dia kehilangan orang tuanya?

"ARGHHH." Teriakannya menggema dijalan sepi ini.

Valerie mengacak rambutnya frustasi. Sungguh dia tidak tau harus memilih antara melanjutkan rencana yang sudah disusun bersama kakaknya sedari dulu atau harus memperjuangkan cintanya?

Ribet bukan?

"Kenapa gak dari dulu gue tau kalau Lo berasal dari keluarga biadab itu! Gue benci sama Lo tapi gue juga cinta sama Lo!" Monolog Valerie. "Gue bingung hiks gue muak hiks. Kenapa harus keluarga Lo hiks yang hancurin kebahagiaan gue hiks" Ricau Valerie dengan tangisan yang sudah membanjiri kedua pipinya.


*****

Pyarr

Pyarr

"KELUAR LO SEMUA."

Suara teriakan dari luar basecamp serta lemparan batu yang mengenai kaca, membuat kaca pecah berpacaran di mana-mana. Hal tersebut sontak menyita perhatian anak-anak Mevlator yang berada di dalamnya. Mereka langsung berjalan keluar guna melihat siapa yang sudah membuat rusuh di basecamp Mevlator.

Setelah mereka sampai di luar besecamp ternyata di hadapan mereka sudah ada geng Rebels. Geng motor yang sejak dulu tidak pernah akur dengan Mevlator.

Samudera maju, dengan wibawanya berdiri dihadapan ketua Rebels. "Lo gak ada kerjaan apa lempar-lempar batu ke sini sambil teriak-teriak?" Sam menatap Nanta dengan datar.

Renata Raden Wijaya. Dia ketua dari geng Rebels, dia juga sama kerasnya seperti Samudera. Namun, jika Samudera bisa menangapi guyonan dari teman-temannya. Berbeda dari Nanta yang pembawaannya selalu serius. Monoton

"Udah lama gue gak usik hidup kalian. Rasanya tangan gue gatel pengen nonjok muka sok kalian semua." balas nanta dengan menatap satu persatu anggota Mevlator remeh.

"Banyak bacot Lo! Mau Lo apa?!" Sarkas David.

"Calm man, gua mau balapan sekarang. Tapi sama dia." Jawab Nanta sambil menunjuk Alresca.

Alresca maju berjalan di samping sam kemudian menatap nanta dari bawah sampai atas. Setelah itu dia tersenyum sinis . "berani berapa?" Tanya-nya dengan menaik turunkan alisnya.

"Lima ratus juta."

"Ck. 1 miliyar gimana?" Nego Resca.

Nanta tersenyum miring. "Oke."

Orang-orang yang ada di sana cengo mendengar uang taruhannya. Gila. itu adalah pikiran mereka saat ini. Nanta memundurkan langkahnya kemudian berbalik dan berjalan menuju motornya. Dia menaiki motor tersebut dan pergi dari kawasan besecamp Mevlator.

Samudera menepuk pundak Alresca. "Lo yakin mau lawan dia? Kayaknya biar gue aja."

"Gue yakin. Lagian ini juga menyangkut harga diri gue." Sahut Alresca. Sam menghembuskan nafasnya, dia bukannya tak mengijinkan Alresca turun malam ini. Namun, firasatnya mengatakan bahwa akan terjadi sesuatu.

ALRESCATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang