Tamparan Hati

7 2 0
                                    

Matahari pagi bersinar cerah, menyelinap dengan sopan melalui celah jendela kamar milik seorang gadis yang masih terbaring di atas kasur nyamannya. Walaupun sudah terbilang lapuk, gadis itu masih menggunakannya sebagai alas tidurnya.

Sorotan matahari menerpa, menghangatkan wajah Mira yang berhasil membuatnya terkejut dan sontak terbangun dari tidurnya. Pangannya ia palingkan ke arah jam dinding.

"Astagfirullah". gumamnya sedikit tersentak ketika melihat jarum jam yang sudah menunjukkan pukul 06:30.

Mira segera turun dahi ranjangnya, dan segera melangkah dengan cepatnya ke arah kamar mandi. Kalimat istighfar selalu terlontar dari mulutnya. Sesampainya di kamar mandi, ia membungkuk ke arah keran dan memutar kepala keran sampai mengeluarkan aliran air. Tangannya dirapatkan di bawah Air yang mengalir, guna membendung air jatuh ke tangannya dan berwudhu.

Sejadah ia gelar disamping ranjang, tentu saja dihadapkan ke arah kiblat. Niat shalat subuh ia lantunkan. Apa....Subuh?? Ya, Mira sedang melaksanakan shalat subuhnya. Lalu, apa boleh jam segini?. Tak apa, asalkan setelah bangun langsung pergi mengambil air wudhu dan menyegerakan shalatnya tanpa melakukan aktivitas yang lain dulu. Pengetahuan itu ia dapat dari Abinya, beliau memang paham tentang agama. Bahkan orang lain menghormatinya dengan memanggil nya Ustadz Jabar.

💔💔💔

Seusai shalat Mira melipat alat shalatnya. Lalu mengganti pakaiannya dengan seragam sekolah Nusa Bangsa Permadita 05 (NBP). Kemeja putih lengan pendek dengan rok Tartan tosca panjang, sangat cantik ketika ia kenakan. Rambutnya, ia ikat ekor kuda. Itulah style Mira yang sederhana tetapi tetap terlihat elegan.

'kemana umi dan Abi? Gak biasanya mereka gak bangunin Mira'. Batinnya bertanya sendiri.

Mira melangkahkan kakinya keluar kamar dan mengetuk pintu kamar yang berada tepat disebelah kamarnya. Berulang kali Mira mencoba mengetuk pintu kamar itu dan memanggil-manggil Uminya. Tetapi tidak ada jawaban sama sekali dari dalam. Kini Mira memutar perlahan knop pintu dan ternyata pintunya tidak dikunci.

"Umi??". Suara lembut Mira mulai memanggil Uminya. Setelah saat pintu kamar terbuka sepenuhnya, raut wajahnya seketika berubah menjadi cemas.

"UMIII". Mira teriak, membanting pintu dan berlari menuju Umi yang tergeletak disamping ranjang.

Pingsaaaan!!!!

" Astagfirullah,,,umi,,,umi kenapa?" Tanya Mira, tangannya sibuk menghangatkan tangan uminya yang sangat dingin. Matanya mulai berkaca-kaca. Mata umi terbuka perlahan.

"R,,,ra umi sakit,,,,arghh....". Umi mencoba mengatakan sesuatu, tapi karena rasa sakitnya membuat umi tak kuasa mengatakannya, umi langsung meringis memegangi perutnya.

"Hmm,, sabar ya umi, Mira cari bantuan. Sebaiknya sekarang umi naik dulu ke ranjang ya umi. Sini biar Mira bantu". Tangan mungilnya dengan cekatan memapah umi menuju ranjang dan segera membaringkannya.

Setelah menyelimuti uminya, Mira bergegas mencari bantuan. Baru saja sampai di ambang pintu, langkahnya terhenti. Melirik sebentar ke arah jam dinding, 07:15 satu kata yang terbesit di benaknya "terlambat". Seakan tak peduli pada waktu yang sudah terlambat 5 menit. Mira melanjutkan langkahnya, berlari sekenanya.

Kini sudah jauh Mira berlari. Tetapi, seorangpun penghuni kompleks yang nampak. Memang tak aneh suasana seperti ini, semua penghuni kompleks dari pagi-pagi sekali sudah pergi ke kota untuk bekerja.

Diary Pejuang CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang