"Tidak, aku sudah 17 tahun, ayah. Tujuh. Belas. Bukan tujuh! Aku sudah bisa menjaga diriku sendiri."
"Terus? Kau tau bagaimana sifat saingan ayah, Frank. Stop complaining. Toh, dia hanya perlu menjagamu."
"Apa yang saingan ayah akan lakukan padaku hingga ayah perlu mempekerjakan seorang bodyguard? Hell dad, aku bahkan sudah merinding membayangkan privasiku yang terganggu karena orang itu.".
"We never know what will they do. Ingat, sedia payung sebelum hujan, lebih baik mencegah daripada mengobati. Just listen to me this time, Frank."
"Beri aku alasan mengapa aku harus menyetujui keputusan ayah yang gila ini!"
"Pertama, kau adalah putra tunggalku. Kedua, kau adalah ahli warisku. Ketiga, ka–"
"So the matter is just your business?"
"Aku belum selesai berbicara..."
"... Ketiga, aku menyayangimu. Keempat, aku tak mau keselamatanmu terancam hanya karena bisnisku. Kelima–"
"Hentikan bisnismu kalau begitu."
"Frank!"
"Haha just kidding, cukup. Baiklah, aku akan mengikuti kemauan ayah. Tapi, tolong katakan padanya agar tidak terlalu ikut campur dalam urusan pribadiku."
"Tentu! Oh, alasan terakhir, you're the most precious person I have, Frank."
"Oh my.. apa tuan Tay Thanatsaran sedang kerasukan?"
"How dare!"
"Haha, tapi serius, kau adalah satu-satunya orang yang paling berharga, Ayah. Stay safe, please."
Tay tersenyum lebar mendengar ucapan putranya. Ia membuka lengannya lebar, menyiratkan pesan pada sang anak untuk segera memeluknya.
Frank memandang ayahnya aneh. Tay yang sedang berperilaku sangat manis ini membuat bulu kuduknya merinding. Namun ia tetap menerima pelukan sang ayah, karena kapan lagi mereka bisa melakukan hal manis seperti ini?
Tay terlalu sibuk dengan bisnisnya hingga waktunya bersama Frank menjadi terbatas.
Tapi Frank tidak pernah mempermasalahkan hal ini, toh ia sudah sering sendiri sejak ia masih kecil. Ibu Frank meninggal sejak ia masih berusia tiga tahun.
Frank suka kehangatan yang diberikan Tay, bagaimana tangan ayahnya dengan lembut menyibak rambut Frank.
Jika bisa, Frank ingin melakukan ini setiap hari. Just a hug once a day.
"Ayo berangkat sekolah." Tay berujar dan melepaskan pelukannya. Frank mengangguk setuju.
.
.
."Hah?! Bodyguard?!" Mata Chimon membulat mendengar ucapan Frank.
"Wow, Frank! Ayahmu benaran akan memberimu seorang bodyguard?" Timpal Pluem.
Frank menghela nafas, "Ya, seratus persen serius. Aku bahkan tak tau kenapa sampai harus dijaga bodyguard begini."
"Dang! Kau pasti sangat terkenal hingga ayahmu mencarikanmu bodyguard."
"Iya, kan. Aku seperti seorang anak mafia yang diincar oleh banyak pembunuh bayaran." Jawab Frank malas.
"Ahaha! Imajinasimu sangat luas! But still, kurasa kau juga harus mulai waspada dan berhati-hati, Frank. Tidak mungkin ayahmu menyuruh bodyguard untuk menjagamu begitu saja. Pasti ada alasan dibalik itu." Jelas Chimon.
"Haa~ apa yang pesaing ayahku mau? Tidak mungkin mereka akan menyekapku dan membunuhku, kan? Too childish to compete."
"Ya, tapi entahlah.. btw, siapa bodyguardmu?" Tanya Pluem.
Frank mengangkat bahu tanda tak tau, "Kata Ayahku nanti sore baru ia akan dikenalkan padaku. Aku hanya berharap dia bukan om-om berkumis yang menyeramkan."
"Loh, bukannya bagus?"
"Nope, tidak akan ada yang mau mendekatiku nanti."
Tawa ketiga sobat itu pecah kemudian.
Frank menarik nafas setelah tertawa keras. Sungguh, ia tak mau mempunyai bodyguard yang kekar, sudah berumur, dan seperti om-om.
Semoga Tay dapat memilih dengan baik dan benar.
Semoga keputusan Frank dalam menyetujui kemauan ayahnya sudah tepat.
.
.
."Frank adalah anak yang lugu, dia mudah terpengaruh dan terlalu baik. Namun kadang ia juga keras kepala, kuharap kau bisa menjaganya dengan baik..."
"... Dia adalah hal yang paling berharga yang aku punya. Kau tau? Pesaingku sepertinya akan bermain kotor. I don't know what will they do, tho. Aku takut mereka mengincar Frank untuk memancingku."
"Ah! Jangan lupa untuk menjaga Frank layaknya adikmu sendiri, ya. Untuk bayarannya, aku akan mengirimkan gajimu setiap tanggal 25. Don't disappoint me, please." Ujar Tay pada pria yang sedang berdiri tegap di hadapannya.
"Baik, Pak! Saya tidak akan mengecewakan bapak. I'll keep your son safe."
"Thank you, Drake. Oh iya, panggil saja aku Tay. Tidak perlu terlalu formal denganku."
"E-eh? Okay.."
"SELAMAT SIANG TUAN TAY THANATSARAN GANTENG YANG TERHORMAT!! ANAKMU YANG GANTENG DISINI!!"
Baik Tay maupun Drake menoleh kearah kebisingan, yang ditatap spontan mematung dengan mata yang membulat.
Tay tertawa gemas melihat ekspresi kaget Frank. Sedangkan Drake menatap bingung remaja dihapadannya.
Ia dapat melihat remaja itu menggigit bibirnya malu,
"Drake, ini anakku, Frank."
Tbc•
Selamat datang di chapter pertama dari cerita pertamaku!
Makasih yaa yang udah mampir🙏🏻
Kalau boleh, tolong vote dan commentnya ya, readers?
Semoga kalian suka! See u on next chapter🔥
KAMU SEDANG MEMBACA
Bodyguard
أدب الهواةTay, pemilik perusahaan terbesar di Thailand, harus meminta bantuan Drake untuk menjadi bodyguard anaknya setelah ia mendapat ancaman dari orang tak dikenal. Frank yang tidak suka dengan pilihan ayahnya harus rela dikekang oleh orang asing yang menj...