2).Tekad Bertahan Hidup

6.8K 618 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Catania melenguh saat kicauan burung membangunkan tidurnya yang nyenyak.

Mengulet sebentar dan mengambil posisi duduk, Catania mengedarkan pandangannya ke luar jendela. Oh lihat, banyak burung yang hinggap di balkon kamarnya.

Apakah ada hal yang menarik perhatian para burung itu?

Pintu kamarnya di ketuk. Terdengar suara wanita yang memanggilnya di luar sana.

"Tuan putri? Apa Anda sudah bangun? Apakah saya di perbolehkan masuk ke dalam?"

Catania sedikit tersentak, manik birunya menatap pintu yang baru saja di ketuk oleh seseorang, "Iyaaaaa." suaranya sedikit berteriak.

Suara pintu yang di buka menampilkan wanita bersurai kuning dengan senyumnya yang menawan. Cantiknya.

Wendy, Catania mengetahui namanya pada ingatan anak yang kini di 'tempatinya'. Dan sepertinya pun, hanya dia pelayan yang baik pada Catania. Mungkin? Karena sejauh ini, hanya Wendy yang memang berlaku lembut padanya, tidak tau kalau pelayan lain.

"Selamat pagi, Tuan putri. Apa semalam tidur Anda nyenyak?"

Haha, nyenyak ya? Sayangnya tidak. Catania menangis semalam dan tidak bisa tidur karna memikirkan nasib malang anak 'ini'

"Tidulku nyenyak, Wendy." Catania memaksakan senyumannya.

"Begitukah? Anda terlihat lelah, mata Anda sedikit sembab. Apa semalam Anda menangis?" katanya dengan raut khawatir yang kentara.

Ughh, Catania tidak habis pikir. Kenapa orang ini peka sekali?

"Wendy, aku ingin mandi," katanya dengan bermaksud mengalihkan topik.

Wendy menatap Catania dengan lekat, dia menghembuskan napas pelan lalu mengangguk.

"Mari putri, ikut saya."

Dia menuntun tangan mungil Catania ke kamar mandi. Menyiapkan air hangat, dan membantunya mandi dengan rendaman air mawar.

Selesai membantu Catania mandi. Wendy memakaikan gaun, menyisir rambutnya, dan menghiasnya dengan pita berwarna hijau.

"Nah, selesai! Anda manis sekali, Tuan putri!" katanya dengan nada gemas.

Catania menatap cermin di depannya.

Wendy benar, wajah anak ini sangat manis. Berapa kalipun aku melihatnya, aku tidak pernah bosan. Batin Catania dengan kagum.

Surai dan manik biru, kulit yang putih, dan bibirnya yang mungil. Ditambah, suaranya yang manis dan cadel menjadi satu.

Catania terkekeh.

Di sampingnya, Wendy tertawa kecil saat melihat tuan putrinya tengah memegang pipi dengan kedua tangannya.

Second Life [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang