34).Mimpi, Atau...

1K 119 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




"Apa Anda tidak akan membunuhnya, Yang mulia?" kerutan di dahi seorang wanita nampak terlihat.

"Kurasa," jawab lawan bicaranya. Wajahnya nampak kacau.

"Namun, sepertinya tidak akan semudah itu." geram wanita itu.

"Ramalan palsu itu sifatnya sementara, sewaktu-waktu orang lain akan menyadarinya."

Sang wanita nampak menatap sang pria. "Walaupun palsu, tapi kita tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan, Tuanku."

"Merepotkan, generasi ini merepotkan. Sialan."

"Saya tau, Anda membiarkan anak itu hidup sampai sekarang karena orang itu terus-menerus melindunginya. Kapan Anda akan bangkit sepenuhnya?" Wanita itu tertawa meremehkan. "Kalau Anda tidak bisa membunuhnya, biar saya yang akan menggantikan Anda untuk membunuhnya, Yang mulia," lanjutnya.

Terdengar helaan napas dari lawan bicara sang wanita. "Bodoh. Tidak semudah itu kamu tau."

Wanita itu menyeringai senang. "Anda hanya harus menjauhkan anak itu dari jangkauan Anda, Yang mulia. Dan, jangan memberikan anak itu pengawalan terlalu banyak. Aku yang akan membunuh anak itu di waktu yang tepat."

"Pelan-pelan namun pasti, Tuanku."



Dua orang yang tengah melakukan percakapan itu lantas menghilang begitu saja. Meninggalkan cahaya putih yang membuat silau mata.

"Hah!!"

Sepasang manik biru itu langsung terbuka, terbangun dari mimpinya yang aneh. Tangannya gemetar, dadanya pun berdebar dengan kencang.

Dengan cepat, Catania menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya dan turun dari ranjangnya. Anak perempuan itu segera mengambil minum yang ada di nakas, dan meminumnya dengan cepat.

Catania menatap tangannya yang masih gemetar. Ia bingung kenapa bisa bereaksi seperti ini hanya karena sebuah mimpi. Tunggu, apa benar-benar barusan itu mimpi? Entah kenapa, yang barusan itu terlihat seperti bukan mimpi. Terlalu jelas untuk di bilang hanya sebuah mimpi.

Namun kalau bukan sebuah mimpi, yang barusan itu apa? Catania hanya bisa menerka-nerka kalau yang barusan itu adalah..  semacam ingatan?

Menghembuskan napasnya pelan. Catania mengedarkan tatapannya ke penjuru kamar, seperti biasa, sangat sunyi. Lalu, tatapannya jatuh pada jam yang terbilang kuno di dinding kamarnya, jam itu menunjukkan waktu 11 malam.

Catania mengambil mantel berwarna kuning pucat yang tergantung, dan memakainya dengan cepat. Langkah anak perempuan itu menuju balkon kamarnya.

Angin malam langsung menerpa wajahnya yang sudah dingin. Kaus kaki yang di pakainya sedikit mengurangi rasa dingin di kedua kakinya.

Second Life [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang