Sunghoon menatap tuan Shim yang terlihat angkuh berdiri diseberangnya.
"hahahha......bagaimana menantu?. " tawa elegan berkelas khas milik tuan Shim membuat Sunghoon merasa diremehkan.
Banyak pengawal tuan Shim berdiri tegap disetiap sudut, Sunghoon berusaha santai untuk membuktikan pada mertuanya.
Sedangkan Ni-ki dibawa penjaga tadi menuju kedalam mansion Shim, para pelayan menahan gemas pada Ni-ki keturunan Shim memang tidak main-main.
Jake tidak mengetahui bahwa Sunghoon dan Ni-ki datang menjemputnya, Jake berada dikamarnya sedang membaca buku.
"entah kenapa perasaan ku, Ni-ki dan Hoonie sangat dekat dari pandangan. " gumam Jake.
Perasaan Jake tidak salah karena saat mengatakan itu tidak lama pintu kamarnya diketok oleh pelayan.
Tok tok tok
"Tuan bungsu, ada yang ingin bertemu. " suara pelayan dari luar pintu kamar Jake.
Ni-ki berada digendongan pelayan karena penjaga hanya mengantarkan Ni-ki sampai masuk mansion Shim saja. Mata Ni-ki berkaca-kaca sudah mendengar suara papanya menyahut dari dalam ruangan, betapa rindu Ni-ki dengan pemilik suara.
Saat membuka pintu kamar Jake terpaku pada anak kecil yang berada digendongan pelayan itu, mata Jake memanas hatinya bergemuruh menahan sesuatu didalam dirinya.
"Hiks...... Papa Ni-ki nakal. " menatap sang papa dengan sendu, Ni-ki mengulurkan tangannya minta berada dalam dekapan papanya.
Jake menitikkan air matanya dengan ragu mengambil alih Ni-ki dari pelayan tersebut dan mendekap erat badan kecil anaknya itu.
"hiks......maaf papa, jangan tinggalkan Ni-ki lagi. " memeluk erat leher Jake sambil menangis kencang, dan Jake terduduk lututnya lemas menangis bersama Ni-ki diambang pintu.
Para pelayan menatap kearah lain sambil menahan air mata mereka sungguh menyedihkan pasangan anak dan ibu itu.
"jangan jauh lagi, Ni-ki lihat ayah nangis saat malam. " Jake baru sadar suaminya, seketika dia tahu tidak mungkin mudah bagi Sunghoon masuk ke kediaman Shim.
"papa tidak jauh." pipi Ni-ki memerah karena terlalu banyak menangis, dan semakin mengeratkan pelukan pada Jake.
Jake mencium puncak kepala Ni-ki berulang kali sampai rasa rindunya tidak tersisa lagi, mengelus punggung sempit putra satu-satunya itu.
Sunghoon siap siaga melihat 4 orang berbadan kekar sudah mendekatinya sambil meregangkan leher masing-masing, Sunghoon berusaha fokus dia hanya menyemangati diri sendiri.
'ayolah Sunghoon, anggap ini ujian terakhir untuk masa depan lebih cerah. '
Brugh.....
Kaki jenjang Sunghoon menendang salah satu dari mereka karena akan melayangkan tinjunya, dan orang itu terlempar lumayan jauh.
Perkelahian tidak terhindarkan kepalan tinju Sunghoon memerah karena terlalu banyak dipakai memukul badan maupun wajah keras mereka.
Bibir, wajah Sunghoon sudah banyak luka lebam darah keluar dari luka terbuka miliknya, sekitar 10 orang sudah Sunghoon kalahkan.
Tidak bisa buat adegan kekerasan.
Hidung Sunghoon mengucurkan darah, dan tubuhnya jatuh nafasnya terengah, pandangan Sunghoon mengabur tidak bisa melihat dengan jelas titik fokusnya.
"bagus, tipe idealku, kalian bawa dia masuk. " bangga tuan Shim bertepuk tangan.
Sunghoon dibawa ke kediaman utama Shim memakai mobil karena lumayan jauh dari gerbang masuk.
Tatapan tuan Shim menjadi sendu menatap Sunghoon lamat kemudian mengangguk singkat saat pandangan mereka bertemu dan beliau mendongak menahan air matanya.
'maaf menantu, ini untuk meyakinkan aku bisa mengandalkanmu, sebelum aku tutup usia. ' batin tuan Shim.
Keadaan Sunghoon sedikit mengenaskan karena tidak sedikit yang dilawan tapi Sunghoon menang dan itu yang membuat dia tidak merasakan sakit.
Sunghoon diletakkan diruang tamu sementara menunggu dokter untuk memeriksa keadaannya.
"ah....." meringis sakit saat punggungnya bersentuhan dengan sofa.
Jake menuruni tangga sambil menggendong Ni-ki karena anak nakal itu tidak mau pisah dari sang papa, Jake tidak menyadari keberadaan Sunghoon hanya fokus mendengar Ni-ki mengoceh.
"AYAH!. " saat berada dianak tangga terakhir Ni-ki berteriak melihat ayahnya dari samping.
Tubuh Jake tersentak mengikuti arah pandangan Ni-ki dan berlari kecil menghampiri Sunghoon dengan wajah khawatir karena Sunghoon terbaring tidak berdaya.
Ni-ki turun dari dekapan Jake, Sunghoon tersenyum teduh padahal wajahnya maupun badannya sangat mengerikan, Jake menangis memeluk badan tegap suaminya lalu terisak pelan, dan Ni-ki menaiki badan ayahnya ikut berpelukan tidak peduli badan sakit sang ayah.
"aku mencintai kalian. " memeluk keluarga kecilnya dengan sisa tenaga.
"Sunghoon . " Jake memegang wajah Sunghoon yang penuh lebam saat melepas pelukan.
"aku ingin membawamu pulang, sayang. " suara Sunghoon bergetar menahan tangis haru bertemu sang pemilik hatinya.
Posisi Jake berjongkok didepan sofa Sunghoon berbaring, Jake pun memeluk Sunghoon penuh kelembutan agar tidak menekan luka pada tubuh Sunghoon.
"ayo bicara lagi, aku merindukan suaramu. "
Air mata Jake keluar dengan deras, Ni-ki masih memeluk ayahnya.
"hikss......juga merindukan kalian. ""jangan abaikan Ni-ki papa, ayah kuat ini Ni-ki duduk diperut ayah."
Ni-ki menjauhkan tangan Jake dari wajah Sunghoon dan melompat turun sampai badan Sunghoon terlonjak kesakitan.Sunghoon mengaduh kesakitan tapi matanya menatap tajam Ni-ki, Jake tertawa kecil menghapus air matanya.
"diam bocah, sayang.... Sakit. "
Hati Jake berbunga merasakan kebahagiaan ini, pipinya memerah dalam hati Jake berdoa semoga akan terus begini, ini mimpi Jake saat pertama kali mengikat janji dengan sang suami Jake berharap supaya menjadi lebih baik dari hari ke hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Mother Is a Man. ( Sungjake+Ni-ki)
De TodoComplete Ni-ki tidak bisa menerima kenyataan bahwa ibunya seorang pria. Ni-ki menginginkan ibu normal seperti yang lain, dia ingin memiliki ibu wanita pada umumnya.