AndryJohn
.
.
.
.
."hey, ini kopi punya kamu. Maaf kalo lama." Lisa memberikan kopi kaleng yang dia beli di kantin rumah sakit, kepada Irene yang langsung mengambilnya dari tangan Lisa. Irene tersenyum pada Lisa sebelum mengucapkan rasa terimakasihnya pada si lelaki.
"terimakasih, Tuan." Lisa mengangguk sebelum akhirnya dia mengambil duduk di samping Irene. Lisa meletakkan beberapa makanan pengganti nasi yang ia beli untuk Irene jika nanti Irene lapar. Lisa sebelumnya sudah memastikan, jika Irene pasti tidak akan mau disuruh pergi kekantin meninggalkan ayah mertuanya yang sedang di obati oleh Dokter, sehingga Lisa membeli beberapa makanan yang mengandung karbohidrat.
Irene membuka kaleng kopi meminum sedikit isi yang berada di dalamnya, setelah selesai Irene menyimpan minumannya di kursi kosong yang berada di sampingnya.
"sudah lebih baik, hmm? Jangan terlalu di fikirkan, ayah mertuamu pasti akan baik-baik saja bersama Dokter. Berdoa saja pada Tuhan yah?." ucap lembut Lisa sambil berusaha membuka jas yang dia pakai. Setelah jasnya terlepas, Lisa meletakkannya di atas paha Irene yang sedikit terekspos.
Irene menoleh menatap Lisa dengan senyum tipisnya. Meski hanya senyum tipis, Irene masih terlihat sangat cantik di mata Lisa dan mungkin juga di mata semua orang.
"hmm...saya sudah merasa lebih baik. Terimakasih atas sarannya, saya pasti berdoa pada Tuhan saya untuk kesembuhan ayah mertua saya." balas Irene dengan bahasa Formalnya pada Lisa yang sudah berkali kali menghela nafas lelah.
Sejujurnya, Lisa sangat-sangat tidak nyaman jika Irene terus memakai bahasa Formal padanya. Lisa hanya merasa, jika dirinya terlalu sok dekat dengan Irene karena takutnya, Irene tidak nyaman dengan perlakuannya.
"Irene, bisakah kamu memakai bahasa Nonformal saja? Jujur, aku sedikit tidak nyaman jika kamu terus memakai bahasa Formal seperti itu. Jangan panggil aku pakai sebutan Tuan, aku juga punya nama asal kamu tahu."
Walau Lisa saat ini sedang memprotes akan sikap Irene padanya, namun nada suara Lisa tetap lembut tidak sama sekali meninggikan intonasi suaranya. Kenapa? Karena menurut Lisa, ciri lelaki yang baik itu adalah lelaki yang tidak akan pernah mau meninggikan intonasi suaranya pada perempuan manapun.
"a-anu...bu-bukan seperti itu, Tuan. Sa-saya hanya takut jika nanti saya memakai bahasa Nonformal, sa-saya akan di cap sebagai orang yang sok kenal. Saya melakukan itu semua hanya demi menjaga na-nama saya, Tuan." jelas gugup Irene yang langsung di balas dengusan kasar oleh Lisa.
"setidaknya kamu jangan terlalu memakai bahasa Formal karena jujur aku pun tidak nyaman dengan hal itu. Baiklah jika kamu tidak mau memakai nama saat memanggilku, umm...tapi, kamu bisa bukan memakai panggilan samaran? Maksudku seperti Akang, Aa, Kakanda, Om, abang, atau Mas...mungkin?." ucap Lisa sambil mengajukan beberapa kandidat nama panggilan untuk laki-laki dari beberapa daerah di akhir kalimatnya.
Mendengar beberapa nama panggilan yang Lisa sebutkan, Irene sedikit terkekeh lucu mendengar nama panggilan yang menurut Irene itu lumayan aneh namun juga lucu.
"kok ketawa? Jelek yah? Yaudah deh panggil sesuka kamu aja." sahut Lisa sedih yang berhasil menghentikan kekehan kecil Irene.
"anu...bu-bukan jelek, tapi itu kedengerannya agak aneh doang, emmm...Mas." seketika, darah Lisa berdesir kencang kala panggilan Mas yang Irene sematkan terdengar masuk kedalam gendang telinganya.
"Mas?." tanya Lisa yang sedikit memastikan apa yang dia dengar dari mulut Irene. Irene mengangguk dengan senyum tipis yang dia pamerkan pada Lisa.
"i-iya, umm...ka-kamu suka, Mas? Maaf aku belum terlalu terbiasa." argumen Irene yang setelahnya dia langsung menunduk, merasa gugup dengan tatapan dalam Lisa yang terus menscan tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misfortune | LM x BJH |
Fanfiction"Irene, jadilah istriku. Setidaknya jika kamu menyandang nama Mahendra dariku, kamu tidak akan lagi di pandang remeh oleh semuanya yang pernah menyakitimu. Jangan menolak dengan alasan kamu tidak mencintaiku karena cinta akan datang dengan sendiriny...