AndryJohn
.
.
.
.
.Semilir angin malam memang selalu sukses membuat bulu kuduk berdiri, dinginnya angin malam kadang mampu membuat orang yang menikmatinya akan mengalami masuk angin. Hamparan bunga yang biasanya selalu menunjukkan keelokannya, kini hanya dapat menunjukkan aromanya karena pencahayaan yang meredup.
Taman? Ya, Lisa saat ini tengah berada di taman bersama dengan Rosé setelah memastikan jika Irene tertidur di ruang rawat sang ayah mertua. Tujuan kakak beradik itu berada disana adalah untuk membicarakan asal-usul Irene yang sangat membuat Rosé sedikit merasa tertarik. Kenapa bisa demi kian? Ya, karena Irene adalah perempuan pertama yang berhasil membuat Lisa sang adik tersenyum dengan penuh ketulusan.
"jadi, dia seorang janda?." tanya Rosé yang sebelumnya, sempat menyimak keseluruhan dari cerita Lisa.
Lisa mengadahkan wajahnya keatas, menatap langit hitam yang kali ini benar-benar berwarna hitam. Hembusan nafas, keluar dengan teratur menahan rasa sesal karena telah membuat Irene kehilangan seseorang yang begitu berharga untuknya.
"hhh...begitulah. Aku rasa, dia sudah cukup menderita dengan kehidupannya yang cukup sulit ini hingga aku, harus membuatnya bahagia. Mungkin, pertemuan ini bukan hanya sekedar pertemuan biasa karena sejak pertama kali aku menatap matanya aku melihat perbedaan disana. Aku percaya jika dia adalah perempuan yang Tuhan kirimkan untuk menemani hidupku kelak." dari setiap kalimat yang keluar melalui bibir Lisa, selalu di temani oleh senyuman yang membuat Rosé, ikut tersenyum serta ikut merasakan kebahagiaan yang sedang di alami oleh sang adik.
"love at the first sight, hmm?" terka Rosé spontan dengan pandangan mata yang menatap lurus pada pepohonan kecil di hadapannya.
Lisa menoleh menatap Rosé dengan tatapan terkejutnya membuat si objek yang di tatapnya membalas tatapan Lisa sembari tersenyum dengan penuh misteri. Melihat senyum Rosé yang membuat otak Lisa bertanda tanya, Lisa hanya terkekeh kecil sebelum akhirnya dia menyentil sedikit keras dahi Rosé.
Ctakk
"awwhh...Ashole!." umpat Rosé yang sebelumnya sempat meringis memegangi dahinya yang di sentil Lisa.
Suara tawa puas, Lisa keluarkan kala dia berhasil menjahili sang kakak. Walau Rosé seorang Dokter, tapi kosakata yang Rosé keluarkan kadang tidak mencerminkan profesinya. Sopan di depan para pasien tapi kasar di depan sang adik yang memang terlahir dari rahim yang sama.
"senyumanmu sangat mengerikan, Rosé." ucap Lisa di sela-sela tawanya.
Kesal? Hmm, perasaan itulah yang sekarang ini mengusai diri Rosé. Walau seperti itu, tapi Rosé tetap saja merasa senang dengan perubahan drastis sang adik yang sikap jahilnya sudah kembali setelah sempat menghilang bersama habisnya nafas sang ibunda.
Dengan sayang, Rosé menggeplak pelan wajah sang adik sampai di akhiri oleh suara tawa mereka yang memenuhi seluruh penjuru taman. Pikiran dari kedua manusia yang saling berkaitan itu, menerawang jauh menembus masa lalu kelam menikmati masa kecil indah mereka yang di penuhi oleh kasih sayang sang ibunda.
Seketika, mereka terdiam setelah pikiran mereka kembali Mereka ulang pemandangan tubuh sang ibunda yang menggantung mengenaskan dengan tali yang melilit leher. Helaan nafas, keluar secara bersamaan mengubur kembali kenangan kelam yang pernah mereka alami. Sungguh, siapapun itu yang pernah melihatnya, pasti akan terus mengingatnya hingga usia yang memberinya kehidupan perlahan berhenti.
"penyihir itu datang, Ibuku tiada. Bahkan, aku tidak mengakui anak kecil itu sebagai adikku." ucap Rosé dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
Lisa menghela nafas memindahkan posisi tangannya merangkul bahu Rosé. Usapan lembut yang berasal dari tangan Lisa, Rosé rasakan berusaha memberikannya ketenangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misfortune | LM x BJH |
Fanfiction"Irene, jadilah istriku. Setidaknya jika kamu menyandang nama Mahendra dariku, kamu tidak akan lagi di pandang remeh oleh semuanya yang pernah menyakitimu. Jangan menolak dengan alasan kamu tidak mencintaiku karena cinta akan datang dengan sendiriny...