AndryJohn
.
.
.
.
."Tuan, saya sudah sampai di Butik. Saya tadi sedikit membantu Nona Rosé dalam memilih gaun untuk besok." lapor Raka, dari seberang sambungan telephonenya bersama Lisa. Saat ini, Lisa sedang terdiam di mobil yang terparkir tepat di depan rumah kediaman Alfred.
"baiklah, saya kesana secepatnya. Apa Rosé memberikan pesan?." ujar Lisa, yang sekaligus memberikan pertanyaannya pada Raka.
"Ah...tentu, Tuan. Tadi Nona Rosé berpesan pada Tuan, untuk pergi ke Restoran dekat Rumahsakit tempat Nona Rosé bekerja. Nona Rosé mengajak Tuan makan siang, namun saya tidak yakin jika Tuan memiliki waktu untuk itu. Anda memiliki ajakan makan siang, dari beberapa petinggi perusahaan cabang." jelas Raka yang di balas helaan lelah Lisa. Tangan memijat pangkal hidung, untuk menetralkan sakit di kepala yang tiba-tiba terasa.
"kosongkan jadwal saya untuk tiga hari kedepan, dan juga...tolak ajakan itu. Rosé lebih penting dari pada pekerjaan saya, dia saudari satu-satunya yang saya miliki. Paham, Raka?."
"ahh...baik, Tuan. Percayakan pada saya." jawab Raka yang setelahnya langsung memutus sambungan dengan sepihak. Lisa tidak mempersalahkan itu karena Lisa tahu, jika saat ini tidak ada lagi hal penting lain yang harus di bahas.
Ponsel dengan segera, dimasukan kedalam saku jas. Lisa melirik arlojinya yang kemudian, mendapati waktu yang sudah merujuk pada pukul 11 siang. Dengan segera Lisa keluar dari dalam mobil, berjalan tegas menuju pintu rumah kediaman Alfred.
Bel pintu di tekan beberapa kali oleh Lisa, sampai terdengar teriakan nyaring Irene.
"sebentar!!." dengan segera, Lisa menetralkan ekspresinya. Menampilkan penampilan dari dirinya yang sesempurna mungkin.
Pintu terbuka, menampilkan Irene yang sekarang terlihat cantik dengan dress hitam selututnya. Lisa tersenyum manis untuk menggantikan kata menyapanya pada Irene. Senyum di balas oleh Irene, sebelum akhirnya, Irene mempersilahkan Lisa masuk kedalam Rumah menghindari komentar yang tidak-tidak dari para tetangga.
"sudah makan?." tanya Lisa yang baru saja mendudukkan bokongnya di Sofa. Irene, hendak mendudukkan bokongnya di Sofa seberang Lisa. Namun dengan cepat, Lisa manarik tangan Irene agar Irene terduduk di sampingnya.
"sudah makan?." tanya Lisa yang mengulang kembali, kalimatnya yang sempat terlontar.
"sudah, Mas." balas Irene dengan senyum tipisnya. Sekejap, Irene bergerak tidak nyaman karena tubuhnya yang terlalu menempel pada tubuh Lisa.
Lisa tentu sadar, jika Irene tidak nyaman dengannya. Sontak, Lisa langsung menggeserkan tubuhnya menjauhi tubuh Irene.
"apa kamu sudah siap pergi? Raka sudah menunggu kita disana." Irene mengangguk lembut dengan senyum tipisnya yang terlihat cantik.
"sebentar Mas, aku mau ambil tas dulu." kini bagian Lisa yang mengangguk. Irene dengan segera berjalan memasuki kamar, mangambil tas Sling-nya yang terletak di atas tempat tidur.
Perjalanan menuju Butik yang di rekomendasikan oleh Rosé, cukup memakan banyak waktu. Macetnya jalanan kota Jakarta, sudah bukan lagi hal yang aneh sehingga Lisa...tiba setelah 45 menit ia mengecheck waktu di Arloji mahalnya.
Sesampainya di Butik, mereka di sambut oleh Raka yang sudah lama menunggu di depan pintu masuk Butik tanpa mengidahkan rasa malunya yang mungkin, di perhatikan oleh beberapa pengunjung karena penampilan dirinya yang sedikit mencolok dan rapih. Raka membukakan pintu untuk Lisa, membuat Lisa langsung berjalan menghampiri pintu penumpang dan membukanya untuk Irene.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misfortune | LM x BJH |
Fanfiction"Irene, jadilah istriku. Setidaknya jika kamu menyandang nama Mahendra dariku, kamu tidak akan lagi di pandang remeh oleh semuanya yang pernah menyakitimu. Jangan menolak dengan alasan kamu tidak mencintaiku karena cinta akan datang dengan sendiriny...