22.0 Kisruh Persaudaraan

6 4 1
                                    

"Mas, Mas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mas, Mas. Lagi ngapain, sih?" tanya Tee.

Entahlah kenapa. Semenjak Ian pulang kampung, adiknya itu menjadi dua kali lebih manja dari biasanya. Malam itu, Ian sedang asyik memainkan ponselnya. Tidak tahulah sedang berselancar di mana.

Sebelum pada akhirnya satu bar pesan masuk ke dalam notifikasinya, ia sedikit tekejut, lalu tersenyum kemudian. Sial, kenapa ia bisa menjadi sesenang ini, semesta? Tee yang melihat itu hanya bisa menautkan sepasang alisnya tak paham.

"Mas Ian kenapa, sih? Kok senyum-senyum?" tanyanya. Akan tetapi, setiap bahasa yang keluar dari mulutnya hanya berakhir di ketidaktahuan.

Kesal, akhirnya dengan jail Tee merampas ponsel Ian lalu berlari sambil membaca apa yang sedang Mas-nya baca sampai-sampai mengabaikannya. Ian sedikit terkejut lalu refleks mengeluarkan suaranya sedikit lebih keras dari biasanya.

"Tee! Balikin, gak?" ucapnya tinggi.

Namun, seakan gadis itu tak hirau, ia tetap tak mau diam sambil mencari-cari. Sepertinya ada sesuatu yang Mas-nya sembunyikan.

"Tee! Kamu dengar apa yang Mas bilang, nggak?"

"Nggak dengar. Nggak dengar!"

"TEE!" kali ini Ian benar-benar berteriak. Mampu membuat Tee yang sedari tadi lari-lari di ruang keluarga rumahnya menjadi diam.

Gadis itu tidak berbicara. Akan tetapi, dadanya mulai mengembang-kempis. Wajahnya sedikit memerah. Mungkin menahan hujan yang memaksa turun dari sepasang matanya.

"Nih! Dasar Mas galak!"

Kemudian gadis itu melempar ponsel Ian ke kursi yang tak jauh dari tempatnya berdiri dan melarikan diri masuk ke dalam semestanya dan mengunci pintu.

Ian mengembuskan napas panjang. "Sial, kelepasan gue."

😈😈😈

Setelah sedikit berselisih dengan Tee, Ian juga memilih untuk memasuki kamarnya yang sudah lama sekali tidak ia tiduri. Alih-alih membalas pesan dari Lady, laki-laki itu langsung menekan bar nomor milik gadis itu lalu meneleponnya. Tak lama berselang, sambungan itu terhubung.

"Halo, Ian. Asalamualaikum," katanya.

"Waalaikumsalam."

"Ada apa, Yan? Nelepon malam-malam."

"Nggak apa-apa. Maaf pesanmu nggak sempat aku balas tadi. Hp-ku dirampas si Tee tadi. Dan mungkin sekarang dia lagi marah ke aku."

"Nggak apa-apa, Yan. Santai. Lagian, Tee siapa, Yan?"

"Oh, itu adikku. Maaf, aku lupa bilang," ucap Ian sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Wah, kamu punya adik, Yan?"

"Punya. Perempuan."

"Ih, kok aku jadi pengin ketemu, sih, Yan?" entah kenapa, nada bicara Lady terdengar menjadi lebih semangat.

WDT Academy Ramadhan [Astaroth Group]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang