Malam itu, kian santang melangkahkan kaki masuk kedalam ruang balairung istana Atau biasa disebut dengan ruang sidang dengan pengawalan ketat
Sebelum benar benar melangkahkan kakinya, kian santang membetulkan jubah berwarna putih dengan sedikit hiasan berwarna emas di ujungnya. Jubah pilihan ibundanya untuk bertemu ayahandanya malam ini
Lalu tangan putih itu bergerak membetulkan mahkota yang ia kenalan tanpa menggunakan penutup kepala. Membiarkan rambut lebat nan hitam itu bergerak ketika dirinya berjalan menambah kesan pangeran pada dirinya
Lalu tangannya juga ikut membenahi kain batik yang dililitkan di pinggang sampai seatas lutut. Lalu merasa penampilan dirinya sudah bagus. Kembali langkah kaki itu berjalan masuk kedalam ruang balairung.
Tubuhnya lalu membungkuk memberi hormat kepada ayahandanya dan diikuti oleh para prajurit yang mengawalnya. Lalu dengan segera para prajurit itu keluar dari dalam ruang balairung
"Bangunlah, putraku"
Kian santang lalu berdiri seraya memperhatikan sekeliling ruang balairung. Tidak ada siapa siapa selain dirinya dan ayahandanya
"Mengapa hanya diriku didalam ruang balairung ayahanda?"
"Karna Ayahanda akan berbicara empat mata dengan mu putraku"
"Apa aku melakukan kesalahan Ayahanda?, sampai sampai harus berbicara empat mata dengan ku?"
Siliwangi hanya diam. Lalu segera mengcengkram kuat bahu putranya
"Akhh, ada apa Ayahanda?" Tanya kian santang sambil menahan rasa sakit karna cengkraman kuat ayahandanya
KAMU SEDANG MEMBACA
RADEN KIAN SANTANG [H I A T U S] -[R E V I S I] √
Fiction HistoriquePangeran tampan, berhati baik yang selalu memamerkan senyum cerianya siapa sangka dia selalu diburu oleh orang orang yang sama sekali tak pernah memiliki masalah dengannya? Kanuraga yang tinggi hingga sejengkal lagi akan setara dengan sang raja bes...