B

343 56 4
                                    

Joy melangkah santai bersama kawan-kawannya. Membalas setiap sapaan, tanpa lupa menyertakan senyuman.

Perangai Joy yang sangat ramah dan tidak sombong, membuat sosoknya semakin diidam-idamkan. Ditunjang pula oleh fisik sempurna yang dimilikinya, membuat Park muda itu bagai kembang mekar di sekolah.

Namun semua tidak bisa selalu sehati. Ada yang menyukai ada pula yang membenci. Lebih tepatnya iri.

Tapi karena pada dasarnya Joy tipe gadis cuek dan tak mudah termakan hati, ia biarkan saja mereka berkoar-koar sampai puas. Mencaci di belakang, tak mengapa. Tapi bila ia mendengar langsung, tentu saja ia akan menyerang juga.

"Jidat! june melihatmu!" jennie berseru antusias. Hobinya menjodohkan sahabatnya itu dengan lelaki tampan yang bukan incarannya.

Menoleh ke samping, sesuai yang dikatakan sahabatnya itu, di sana june tengah tersenyum tipis dari dalam arena lapangan basket, padanya.

Joy pun membalas dengan senyum semanis madu, sampai-sampai para siswa yang berada di posisi garis lurus meski berjauhan dari june, merona hebat dibuatnya. Kiranya, senyum itu untuk mereka. Tapi kemudian merasa begitu malu saat june menepuk salah satu pundak siswa halu itu, seakan mengingatkan posisi mereka dengan candaan tentunya. Mereka yang sudah sadar, segera pergi dengan memikul setumpuk malu.

Fokus tatapan june hanya pada sosok berambut hitam panjang itu. Sampai ia tak hiraukan keberadaan dua gadis lainnya di samping Joy. Dan juga, sampai mereka bertiga, Joy, june, jennie, tidak menyadari tatapan kebencian dari gadis di samping kembang sekolah itu, yerin.

"Hai," sapa june kalem. Sangat cirikhas lelaki dingin yang keren.

"Juga!" Joy membalas riang. Seperti biasa.

"Mau ke kantin?"

"Tidak. Aku akan pergi ke perpus." Jawab Joy lugas.

june sedikit mengernyit mendengarnya. Selama ia mengenal dan mulai menyukai gadis manis ini, setahunya Joy bukan tipe siswi rajin atau kutu buku. Joy bahkan kurang suka membaca, karena ia yang june tau lebih suka mengerjakan soal pendek namun jawabannya beranak pinak sampai bisa menghabiskan satu lembar buku. Dengan kata lain, Matematika.

"Ingin menguasai apa lagi? Dan sejak kapan kau suka membaca?" Tanya june masih dengan nada kalem.

Saat hendak menjawab, jurus mulut jennie sudah lebih dulu berkumandang.

"Sejak jidatku ini tau seorang pemuda kutu buku yang hampir seluruh waktu istirahatnya dihabiskan di perpustakaan. Dan Joy, memiliki rencana untuk menguasa pangeran berkuda nya. Hihi.."

Rentetan kata yang keluar dari mulut jennie, bila sudah masuk ke tahap menggosip atau mengompori memiliki porsi spasi sangat kecil, dengan nyaris tanpa jeda. Sangat hebat.

Sementara Joy menghela nafas bosan bila sudah seperti ini.

"Benarkah itu Joy? Siapa dia?" Samar terdengar nada ketidaksukaan dalam nada bicara june meski pemuda itu pandai menutupinya lewat ekspresi.

"Tidak sepenuhnya benar. Aku masih malas membaca, namun akhir-akhir ini sangat sering ke perpustakaan. Dan selebihnya apa yang dikatakan jennie, benar. Pemuda itu adalah wonwoo." Jelas Joy jujur. Ia harus bijaksana dengan mengatakannya sekarang. Agar june tidak lagi berharap lebih dan mencegah ia untuk merasakan perasaan bersalah lebih besar dari sekarang, jika ini terus berlanjut.

Keterkejutan sangat jelas tidak ditutup-tutupi kali ini. june merasa kecolongan karena selama ini ia tak benar-benar berusaha mendapatkan Joy. Pikirnya, sebab Joy sedang tidak menyukai siapapun, ia jadi bisa santai dengan menikmati kebersamaan mereka yang sederhana. Tapi sekarang, june pun akhirnya mengalami mimpi buruk itu.

AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang