H

256 35 5
                                    

...

"Aku punya pundak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Aku punya pundak. Kau boleh meminjamnya kalau mau menangis."

Ucapan june menyadarkan Joy dari lamuannnya. Ia lantas terkekeh kecil, namun terdengar miris.

"Aku tak ingin membasahi bajumu," ujar Joy tenang.

"Tidak masalah. Jika itu bisa sedikit mengurangi kesedihanmu. Atau kau mau aku menemanimu lagi di atap, seperti minggu lalu?"

Joy berpura-pura merajuk. Bibirnya mengerucut ketika mendengar perkataan june.

"Aku baru dapat medali, memalukan kalau langsung membuat masalah lagi." Joy jelas-jelas mencoba membuat suasana mereka menjadi sedikit humor. Dan, berusaha menutupi kegundahan di

hatinya.

Namun, suasana mereka malah menghening. Tak ada balasan dari june.

Joy menolehkan kepalanya ke samping, dan mendapati jelaga june tengah menatapnya intens.

"Kenapa?"

"Aku tau kau butuh melampiaskan kesedihanmu. Jangan terlalu keras mencoba terlihat baik-baik saja ketika sebenarnya kau sendiri muak. Joy, aku tak ingin hanya menjadi penonton atas kesedihanmu tanpa bisa membantumu. Itu terdengar sangat pengecut." Ungkap june.

Sementara Joy, menyendu perlahan. Apa yang diucapkan june memang benar. Ia butuh meluapkan kesedihannya, meninggalkan topengnya.

"Aku tak akan bertanggungjawab kalau bajumu basah." Joy tersenyum kecil, namun senyumnya bergetar menahan tangis.

Menghela nafas, tanpa bicara lagi, june segera menarik pundak gadis itu merapat padanya. Menenggelamkan wajah Joy di dada bidangnya. Merangkum Joy oleh pelukan yang erat.

Isakan kecil Joy mulai terdengar bersama hangat air mata gadis itu membasahi baju menembus kulit dada bidang june.

"Aku punya banyak pelayan di rumah. Biar mereka yang mencuci bajuku."

june tau, ia hanya berusaha menghibur gadis dipelukannya ini, atau mencoba menghibur dirinya sendiri?

Rasa bersalah dan sakit hati itu,... june merasa sangat buruk.

Joy sedang menyamankan posisi duduknya di kursi samping kemudi Bugatti veyron june. Bel pulang sudah berbunyi dan june dengan senang hati menawarinya tumpangan.

Setelah kejadian beberapa saat lalu di taman, apa yang diucapkan june memang benar, ia merasa sedikit lega. Meski tak sepenuhnya benar-benar merasa bebas atas kesedihannya.

"Sudah siap?" Tanya june.

"Ya." Balasnya singkat.

Joy kemudian menggulirkan kedua irisnya dari june. Namun sesaat setelah pandanganya menetap lurus ke depan, sendu itu kembali membayangi netra indah Joy.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 14, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang