"Raja kok bengong aja sih? Ayo sini masuk nak, ada tamu loh bukannya saliman nggak sopan kamu."
Raja terbuyar dari lamunannya, menatap wajah Aqilah dan Rajendra bergantian dengan tatapan kebingungan. Mereka berdua pun kebingungan melihat anaknya hanya berdiam diri di depan pintu. Apalagi kini mata Raja menatap gadis imut yang duduk berdampingan dengan bundanya.
Sebentar? Kok kayaknya ada yang aneh ya.. ini gue gak lagi halu kan? Perasaan tadi udah masuk rumah kenapa tiba-tiba masih ada di depan pintu gini? Wah jangan bilang gue mulai halusinasi?
Rajendra menoleh menatap sang istri. "Coba samperin, bun. Anakmu itu loh kebiasaan suka malu-malu kalo masuk rumah ada tamu." ucap Rajendra berbisik agar tak terdengar oleh teman-teman smp-nya.
"Iya, iya, Abi."
Raja! Masuk ayo kenapa di depan pintu terus sih?!
Aqilah menghela nafasnya, tersenyum tipis namun sangat menenangkan kalau di lihat. Dia mengusap pipi Raja lembut membawanya masuk sembari di genggam tangannya. "Kok diem aja sih kamu?" tanya Aqilah pelan.
"Gak tau, Bun. Gak bisa ngelangkah kaki aku."
"Aneh-aneh aja!"
"Oh iya, Bun,"
"Hm?"
Raja mengambil nafas sebanyak mungkin lalu dia hembuskan secara perlahan, matanya melirik ke arah gadis imut yang masih duduk di sopa dengan anteng sesekali tersenyum karena di tanya Rajendra.
"Itu- aku gak ada niatan buat di jodohin kan?" tanya Raja ragu.
Aqilah terdiam sesaat sebelum kemudian tertawa pelan, tangannya mengusap-usap bahu Raja sembari merapihkan seragam putranya. "Gak kok sayang, kamu mah ih tujuan pikirannya jauh banget sampe ke sana! Emangnya kamu mau di jodohin, hm?"
Raja langsung menggeleng cepat. "G-gak! Ya kali sih." balas Raja terkikik kaku. Nafasnya langsung berhembus lega dengan tangan yang mengusap dadanya.
Ternyata tadi gue cuma halusinasi aja? Syukurlah, eh tapi itu cewek cantik juga ya. Astagfirullah Raja!
🕊🕊🕊
Dylan melepaskan kedua sepatu di kakinya, menaruhnya di rak sepatu yang tersedia di teras depan. Tak memikirkan kalau ada pencuri atau apalah. Kalau di curi beli yang baru apa susahnya?
"Udah pulang?"
Kaki Dylan berhenti melangkah saat suara berat laki-laki berumur bertanya. Dia menoleh ke belakang, wajah Dylan tampak datar tidak ada ekspresi apapun. Namun tiga detik kemudian sudut bibir kirinya mengangkat ke atas.
"Menurut anda?" Dylan bertanya balik.
"Ayo lah Dylan! Papah sudah lelah bertengkar sama kamu! Saya ini papah mu loh, mati-matian berjuang bekerja untuk menghidupi dan membiayai sekolah serta semua kemauan kamu! Hormati papah setidaknya. Sedikit aja."
Dylan berdecih. "Hormat? Menghormati seseorang yang sudah menjadi pembunuh istrinya sendiri?"
"DYLAN!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasukan Cogan | 00L
HumorTentang ke-lima belas cowok yang di juluki pasukan cogan dengan kehidupan lika-liku mereka. Wajah tak menjamin segalanya, pastinya selalu ada yang di tutupi rapat oleh masing-masing dari mereka. Entah masalah kecil atau besar. Orang-orang sekitar ha...