LS1

42 0 0
                                    

Brakk!

Suara itu lagi. Selalu, selalu setiap malam lelaki itu pulang dengan amarah yang membuncah. Selalu memaki-maki dengan teriakan yang menggema ke seluruh ruangan.

"SYEIRAAA! DIMANA KAMU?!" Lelaki itu berjalan menuju sebuah kamar di lantai dua dengan langkah lebarnya. Setelah sampai, lelaki itu membuka pintu kamar dengan tenaga yang tak main-main, hingga terdengar suara nyaring yang memekakkan telinga. Sedangkan penghuni kamar terlonjak kaget dari tidurnya. Segeralah lelaki itu mendekat dan menyambar rambut wanita yang sedang berada di depannya itu. "Syeira! Sudah aku bilang kalau aku pulang kamu harus ada di bawah!" ucap laki-laki itu. "Mengapa kamu malah tidur disini, hah?! Dasar istri tidak berguna! Kenapa aku harus menikah dengan wanita tidak berguna sepertimu, hah! Kenapa kau tak mati saja?!!!" Lelaki itu semakin kuat menarik rambut wanita yang saat ini tengah meringis menahan sakit di kepalanya.

"Shhh, s-sakit. Lepas Al, ini sakit," ucap wanita itu.

"Gak akan! Dasar wanita bodoh! Dungu! Kenapa kamu tak mati saja? Kamu selalu membuatku susah," Bentakan lelaki itu selalu mampu membuat hati Syeira terluka, menangis, sedih, dan nyaris mati. Selalu kata-kata seperti itu yang terlontar dari bibir indah suaminya. Dan selalu, kata-kata itu mematahkan semangatnya untuk hidup. Sampai dia berkali-kali melukai tangannya agar rasa sakit hatinya berkurang.

"Sampai kapan kamu tidak memberiku keturunan?! Kalau kamu tak juga memberiku keturunan, jangan salahkan aku jika menikahi wanita lain yang bisa memberiku keturunan. Dia lebih layak menjadi istriku daripada dirimu," Sungguh, ucapan itu adalah kata-kata yang sangat menyakiti hati Syeira. Dengan sekuat tenaga wanita itu mendongak dan menatap tepat pada mata indah nan tajam milik suaminya itu.

"Siapa, dia?" tanya Syeira menunjuk wanita yang berada di depan pintu.

"Dia? Dia yang akan menjadi istriku. Dia yang akan memberiku keturunan," jawabnya enteng.

Deg

Terasa seperti ada batu yang menghimpit dada Syeira. Rasanya sangat sakit melihat bagaimana suaminya memperlakukan wanita asing dengan begitu lembut tepat di hadapannya.

"Perkenalkan, dia Clara. Mulai sekarang dia akan tinggal di sini. Kamu! Tidur di kamar tamu sana! Biarkan dia tidur di sini. Dia sedang mengandung anakku,"

Bagai disambar petir di siang bolong, Syeira terkejut mendengar ucapan suaminya itu. Jadi ..., selama ini dia sudah menjalin kasih dengan wanita itu? Jadi 7 tahun pernikahan ini sudah tak ada gunanya? Batin Syeira berseru sakit.

"T-tapi ini kamar kita, Al. Kamar aku dan kamu," ucap Syeira menolak ucapan suaminya itu.

Plak!

"Beraninya kamu membantah! Apa hakmu disini? Kau hanya istri yang tertulis di atas kertas! Tidak lebih dari itu. Sekarang lebih baik kau kemasi baju-bajumu dan bawa menuju kamarmu yang baru!"

Syeira hanya bisa mengangguk dengan air mata yang mengalir di area pipinya. Dengan pelan, ia berjalan menuju lemari pakaian dan mulai memasukkan pakaiannya ke dalam koper yang berada di sebelah lemari.

"Sayang, kamu istirahat yahh. Biar calon anak kita sehat selalu," Samar-samar Syeira mendengar suara suaminya yang berada tak jauh darinya. Mendengar betapa sayangnya suaminya itu kepada wanita bernama Clara itu membuat Syeira merasa sakit yang tak berdarah. Dengan segera dia memasukkan pakaiannya lalu beranjak menuju dua sejoli yang sedang ciuman di atas ranjang.

Dengan kepala tertunduk, Syeira memanggil suaminya, "Al! Aku keluar dulu," ucapnya tanpa melihat suaminya yang sedang bercumbu mesra dengan Clara.

Hingga ketika terdengar suara dari wanita itu semakin membuat air mata Syeira berjatuhan. Dengan langkah cepat ia keluar membawa sejuta luka tak kasat mata yang bersarang di hatinya.

Setelah sampai di kamar barunya, mengunci pintu dan menaruh koper di sebelah ranjang, tubuh wanita berusia 28 tahun itu meluruh ke bawah. Bahunya bergetar dan suara isakannya semakin terdengar jelas.

"Kapan penderitaanku akan berakhir?"

Luka SyeiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang