Pagi ini tak begitu cerah, seperti suasana hati Syeira. Wanita itu sedang berkutat dengan alat masak, menyiapkan sarapan untuknya sendiri tentunya. Jangan tanyakan suaminya pergi kemana. Pagi-pagi buta sekitar jam lima subuh, ia pergi bersama Clara. Tak memperdulikan keberadaannya yang sedang membersihkan rumah.
Syeira hanya mampu tersenyum miris melihat suaminya lebih menyayangi selingkuhannya daripada istrinya sendiri.
Setelah makan, ia segera membereskan alat masaknya, lalu pergi ke halaman rumah untuk menyiram bunga-bunga miliknya. Sambil bersenandung ria, wanita itu menyiram bunga yang ada di hadapannya. Namun, tiba-tiba ia merasa sakit di area perutnya. Rasanya sungguh nyeri hingga membuatnya berjangkit seraya menyentuh perutnya yang terasa sakit. Saking sakitnya yang ia rasakan, membuat air matanya jatuh tanpa sadar.
Beberapa menit berdiam diri dalam keadaan jongkok, sakit yang ia rasakan perlahan mereda. Ia berdiri, menghapus sisa air mata yang ada di pipinya. Lalu berjalan memasuki rumah untuk menuju kamarnya.
Setelah sampai di dalam kamar, Syeira merebahkan tubuhnya yang terasa lemas. Ia menatap langit-langit kamar. Dengan mata memandang sendu, ia mengambil handphone yang terletak di atas meja di sebelah ranjangnya. Ia membuka aplikasi galeri lalu menekan satu foto yang sangat berharga baginya. Ia memandang sendu foto itu. Tak terasa jatuh air matanya lalu disusul dengan isakan yang terdengar begitu memilukan.
Ia rindu suaminya yang dulu. Rindu suaminya yang begitu menyayanginya, suaminya yang lembut, penuh kasih dan tak pernah menyakitinya. Ia rindu saat ia dan suaminya menjalin hubungan resmi di mata Tuhan dan juga di mata hukum. Foto itu, foto pernikahannya. Di foto itu, mereka terlihat begitu bahagia. Namun, itu dulu. Sebelum ia dinyatakan keguguran anak pertama mereka dan didiagnosis kalau ia akan susah hamil karena rahimnya yang lemah. Awalnya Alvaro menerima bahawa istri yang sangat ia cintai akan susah hamil. Namun seiring berjalannya waktu, perlahan semuanya berubah. Lelaki itu tak lembut lagi, bahkan tak segan-segan melayangkan pukulan kepada istrinya. Bahkan ia dengan tega mencaci-maki wanita yang sudah menemaninya selama tujuh tahun itu.
~~~~
Alvaro memasuki ruang kerjanya yang berada di lantai 35. Setelah mendudukkan diri di kursi kebesarannya, lelaki itu memijat pelipisnya yang terasa pusing. Ia memejamkan matanya, menikmati semilir angin yang menerpa wajah tampannya itu. Ingatannya beberapa jam yang lalu kembali terngiang. Bagaimana dia meninggalkan seseorang yang sangat berarti baginya. Sungguh! Rasanya seperti ia menusuk jantungnya sendiri, bagaimana ketika ia melakukan itu. Dalam diam dia menggumam kata maaf berulang kali. Seolah-olah merasakan betapa tersiksanya seseorang yang ia cintai itu.
~~~~
Syeira berjalan melewati setiap rak bahan makanan. Sambil menoleh ke kanan dan ke kiri. Saat ini wanita itu sedang berada di sebuah supermarket yang terletak tak jauh dari rumahnya. Wanita itu sedang belanja untuk mengisi kulkas yang mulai kehabisan isinya. Ia hanya membeli beberapa sayuran dan juga ikan. Tidak banyak, karena akan terbuang percuma jika dibeli dalam jumlah besar. Di rumah, Alvaro--suaminya jarang makan. Lelaki itu lebih sering menghabiskan waktunya di luar, termasuk waktu makannya. Oleh karena itu, Syeira hanya membeli kebutuhan untuk dirinya selama satu minggu.
Setelah selesai mencari apa yang ingin ia beli, wanita itu berjalan menuju kasir sambil memperhatikan apakah ada barang yang ketinggalan yang belum ia ambil.
Karena tak memperhatikan jalan, tak sengaja ia menabrak seseorang, hingga orang tersebut terjatuh mengenai lantai. "Aaa, maaf. Aku gak sengaja," ucap Syeira sambil membantu laki-laki itu berdiri.
Laki-laki itu menggeleng, "gak apa-apa. Lain kali kalau jalan lihat-lihat sekitar, yah," tegurnya.
Syeira memandang Lamat wajah lelaki di depannya. Lalu melihat belanjaan yang dibawa lelaki itu. Seketika matanya membulat.
Dengar mata memincing, ia bertanya "kamu beli itu buat apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Syeira
Любовные романыJudul awal, FORGIVE ME, SYEIRA "Mas! Aku hamil!" pekik Syeira begitu melihat suaminya muncul dari balik pintu rumah. Di tangannya terdapat tiga buah tespack yang memperlihatkan dua garis biru. Kebahagiaan jelas terpancar dari wajah cantiknya itu. Al...