Bag 4 # gila

129 13 3
                                    

  "Tok tok tok tok"  aku mengetuk pintu yang tidak tertutup,  sebagai isyarat bahwa ada kehadiranku di sini.

" assalamualaikum" ucapku

" Waalaikumsalam. masuk Ra"  jawab Gus Alfa yang sibuk mengembalikan beberapa kitab di rak besar miliknya.

     merasa dipersilahkan masuk aku menuruti intruksi dari gus Alfa, diiringi perasaan tak karuan dan serba suùdzon pada Gus Alfa.

" santai aja Ra, nggak bakal saya apa-apain kok"  ucap Gus Alfa dengan senyum yang mengembang di kedua sudut bibirnya.

    sadar sedikit ditertawakan aku mencoba biasa saja. membenarkan lipatan kerudung yang tidak berantakan sama sekali

" kamu lucu kalau lagi tegang" senyumnya terus aja mengembang Seraya berjalan ke arahku. sedang aku hanya bisa menunduk

" sehat Ra?"

"alhamdulillah"

" kemarin mikirin apa kok sampai sakit"

aku menggeleng  " ya gara gara njenengan to gus " batinku

" Masak nggak ada kok sampai kumat gitu lambungnya"

" telat makan!"

"Subhanallah Sejak kapan nadira jadi judes?"

" Kalau emang sudah tidak ada yang penting, saya permisi"

"loh ini  lebih dari penting Ra"

"nopo Gus? bagi saya ini enggak lebih dari buang-buang waktu"

" tahu kamu dalam keadaan sehat adalah hal menyenenangkan "

    aku diam. Jujur aku senang, aku bahagia, bahagia yang menyiksa. Entahlah

" dan sekarang jenengan sudah tahu saya sehat. Saya mau balik ke kelas, permisi"

" please ra,  saya mohon di sini 5 menit, saya tenang kalau lihat kamu. beri saya waktu Sebentar buat bisa ngerasain kamu milik saya" ucapnya begitu memohon

" Gus asal jenengan tahu bertemu jenengan adalah hal paling menyiksa. usaha saya buat ngelupain jenengan seakan sia-sia Gus, dan setelah ini  perasaan saya selalu dihantui dengan keberadaan Aca. Saya takut Aca tau"  aku berdiri suaraku meninggi  kukepal kedua tanganku untuk meredam emosi

" saya mohon dengan sangat hormat, Tolong jauhi saya Assalamualaikum"

    aku keluar berlari menuju kamar mandi. Ingin rasanya ku tumpahkan tangisku tapi gagal.

" Ara ngapain lari-lari ? Kok geter gitu sih?" tanya Farah di ambang pintu wc

" Iya dari tadi kebelet pipis. mana habis dimarahin gara-gara evaluasi salah jadi dredeg semua nih"

" Oalah...... aku duluan ke kelas ya" aku mengangguk

***

    hari ini akan usai. sedang ceritaku belum juga menemukan titik temu. aku  berjalan di taman Pesantren, kulihat bulan sabit melengkung dengan sempurna membentuk senyuman, seakan mengingatkanku bahwa dalam keadaan apapun, Bagaimanapun, aku harus  tersenyum

" Ca aku nggak ikut makan ya ?  tadi waktu kalian jama'ah aku udah makan duluan"

" Iya nggak apa-apa"

    diberi izin, aku meninggalkan mereka di taman pesantren dan menuju kamar.  kukeluarkan buku keramat, Dairy yang selalu menjadi tempat keluh kesahku

  malam bumi, malam bulan sabit yang menyemangati

   Jangan datang atau Jangan dekat kepadaku lagi
Aku tak mau tersiksa bila tak memilikimu Kucoba jalani hari tanpa pengganti dirimu Namun hatiku selalu berpihak lagi padamu
Mengapa semua ini terjadi padaku
Tuhan maafkan diri ini
yang tak pernah bisa menjauh dari angan tentangnya
namun apalah daya ini
bila ternyata sesungguhnya
aku terlalu cinta dia

NadiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang