Malam ini semua orang sibuk membicarakan gus alfa, tanpa terkecuali. Ralat kecuali aku yang tak tau menau tentang gus alfa. Aku hanya bisa diam dan berkutik dengan setumpuk proposal IPPNU untuk seminar akhir pekan ini, yang rencananya akan di isi gus alfa.
"Ra diem aja di situ! Sini ikut nimbrung" aku hanya tersenyum malas ke arah mereka yang tidak tau betapa malangnya aku harus mengurus proposal di tengah malam yang seharusnya ku gunakan untuk bersantai. Ya malam jumàt malam yang selalu di nantikan semua santri, malam tanpa segudang kegiatan yang terkadang membuat mereka semua jenuh.
"Ih kay kamu kaya nggak tau aja, ara kan tadi nggak liat gus alfa. Lagi pula dia juga sibuk tuh ngurusin seminar minggu besok." Ucap aca menimpali ucapan kayla sambil melirik kertas kertas di depanku. Berucap seolah aku manusia paling kasihan malam ini. Aku mendelik tajam ke arah aca, tak terima dengan ucapannya. Sangat menyebalkan.
"Iya bener kata aca. Mending ngurusin ini biar cepet kelar" sambil mengangkat beberapa lembar, malas.Malam semakin larut, hawa dingin dari semilir angin tak segan segan menusuk tulang, membuat tulang terasa ngilu dan enggan bergerak. Begitu pula para penghuni kamar yang semakin lelah untuk berbicara dan memilih untuk berdamai dengan kasur. Merajut mimpi mereka yang tak kenal batas. Aku melirik jam, pukul 01.00 dini hari, sedangkan proposal belum juga kelar. Tak lama segrombolan santri masuk membawa coklat panas, yang kuyakini mereka dapat dari dapur santri. Tempat dimana semua santri bisa mengambil air panas atau bahkan memasak mie sekalipun. Ya aca, kayla, aretha, naura teman temanku yang masih saja setia menemaniku menyelesaikan proposal ini, seperti halnya bintang, bulan yang setia menemani gelapnya malam.
" nih ra di minum dulu, biar angetan" ucap aca menyodorkan segelas coklat panas. " makasih" timpalku menerima uluran coklat itu dan menyesap sedikit demi sedikit, karna masih terlalu panas.
"Ra ngomong ngomong kok tumben bangetsih acaranya dadakan gini?" Tanya aretha yang sedikit iba melihatku se lelah ini
"Iya nih mau gimana lagi? Nggak mungkin kan aku bilang nggak sanggup. Wong yang minta aja gus alfa " aku menghembuskan nafas pasrah
"Hah! Gus alfa?" Pekik mereka serentak. Aku hanya memainkan alisku pertanda mengiyakan.
"Ok fiks. Gini ra kan kita kita nih udah nemenin kamu begadang nih. Nah besok gantian kamu yang bantu kita! Ya nggak guys" naura tersenyum licik.
"Apa?" Tanyaku bingung tak mengerti jalan pikiran mereka.
"Ntar kamu ngeboking in tempat kita berempat di depan" aca begitu semangat.
"Ya deh gampang. Sekarang kalian tidur aja daripada malah ngajak aku ngobrol mulu"
"Iya iya. Santai aja dong neng " naura menggoda dengan mencolek daguku. Aku menampisnya sedikit keras.______________________________________
H-1 SEMINAR
Malam ini adalah malam terlelah selama aku menjabat sebagai ketua IPPNU, mengurus seminar yang begitu mendadak, dengan dekorasi seadanya karna tak sempat membeli banner. Dan alhasil harus membuat sendiri menggunakan sterofoam, dan itulah yang membuat lama saat membuat dekorasi.
Ya pukul 23.45, terlalu lama untuk menyadari bahwa aku sudah berjam jam di gor, sampai sampai aku tak menyadari bahwa sinar mentari telah berubah dengan sinar rembulan, semburat orange kini tak terlihar lagi, tergantikan dengan warna biru pekat yang menyerupai warna hitam.
"San udah selesai bungkus snack nya?" Tanyaku pada sania koor perlengkapan juga konsumsi.
"Iya udah semua buat para asatidh, asatidhah juga udah semua kok. Kursi juga udah. Dekorasi tadi kata fani juga udah fiks tinggal lampu lampu sorotnya aja yang belum di pasang" jelasnya panjang lebar
"Udah di pasang nih" triak hilwa yang sedari tadi mengurusi dekor, sambil mengacungkan jempol pada kami."Ra panggil ukhti faizah tuh!" Ucap salah satu anggota IPPNU. Aku yang sedang menceklis barang yang sudah siap, langsung mendekat ke pintu gor setelah berbincang ringan pada sania.
"Iya iya makasih" jawabku
"Aduh san minta tolong di handle in ya, aku mau nemuin ukhti faizah dulu" "iya santai aja. Bawa sini catetannya. Aku menyerahkan buku catatan pada sania dan segera menghampiri ukhti faizah."Assalamuàlaikum ukhti. Ada apa ya?" Tanyaku penuh hormat.
"Tadi gus alfa telfon ke pondok, katanya kok belum ada yang ngasih jadwal buat seminar besok ya?"
"Astaghfitullah. Saya lupa ngasih ke gus alfa. Trus ini gimana ukhti? Kalo mau ngasih sekarang kan udah terlalu malam, tapi kalo nggak ngasih sekarang acaranya juga besok?" Aku benar benar gugup, bingung, juga takut. Bingung harus bagai mana, gugup karna semua terasa amburadul, juga takut kalau gus alfa duko.
"Kamu ambil aja sekarang nanti saya temani ke ndalem udah di tunggu gus alfa"
"Saestu ukhti? Emang nggak papa ya?"
"Iya nggak papa sekarang kamu ke boarding dulu aja ambil jadwalnya. Nanti temui saya di kantor. Saya duluan. Assalamualikum"
"Waàlaikumsalam" aku masih terdiam membiarkan ukhti faizah jalan dahulu menuju boarding karna harus mencari sandalku.______________________________________
Aku berlali menuju boarding melewati jalan dekat PSB yang gelap, karna tempatnya yang terlalu jauh dari adanya lampu, juga terhalangi pohon besar, sehingga sinar rembulan sedikit menjamah tempat tersebut.
"Bugh...." lenganku tersenggol dengan seseorang yang berlawan arah denganku. Jantungku berdetak lebih kencang karna kaget. Aku tak bisa melihat siapa lelaki itu." Maaf" ucapku langsung pergi. Tak mau ada fitnah jika ada orang yang melihat aku bersama seorang lelaki di tempat gelap.______________________________________
Tbc!
Readers harus ada 100 dulu ya! Baru update 😊😊
Trus vote min 30 juga jangan cuma baca. Biar semangat nulisnya😇😇
Jangan lupa comment juga min 50 baru update
Makasihhh selamat membaca😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadira
Teen FictionZaina nadira gadis berparas cantik yang memiliki otak cerdas, dengan latar belakang keluarga pesantren yang kerap di panggil ara .Ia mendapat hadiah dari orang tuanya setelah ia berhasil mengikuti festifal alfiyah, sesuatu yang tak pernah di harapk...