BAGIAN 7

54 8 2
                                    

Ghaffar sepertinya telah membuka sedikit hatinya untuk Ulya, mungkin karena usaha dan doa yang tak pernah berhenti Ulya usahakan.

Hari pun telah sore, langit menunjukkan warna jingganya yang indah, Ulya melihat dari balik jendela kamarnya, sore ini langit begitu sangat indah, Ulya berfikir ingin mengajak Ghaffar keluar dari kamarnya untuk melihat langit sore yang indah itu.

Ulya berjalan menuju kamar Ghaffar, dan membuka pintu kamar Ghaffar perlahan, menghampiri Ghaffar yang terlihat sedang tertidur pulas, karena tak tega, Ulya mengurungkan niatnya dan ingin kembali ke kamarnya.

"Ada apa?"

Ulya terkejut mendengar suara laki laki yang difikirnya sedang tertidur pulas itu.

"Mm-maaf mas, Ulya membuat mas terbangun"

"Gue udah bangun dari tadi"

Ulya tiba tiba bingung bagaimana cara mengajak Ghaffar keluar.

"Mm-mas mau gak keluar, kita keliling komplek, liatin langit sore, tadi Ulya lihat sore ini langitnya lagi bagus banget"

Ulya berusaha menutupi kegugupannya, tanpa Ulya sadari Ghaffar tersenyum tipis melihat tingkah Ulya yang gugup dihadapannya.

"Lo mau ngajak gue gimana? Lo mau ngejek gue karna gue gak bisa jalan?"

Deg..

Ulya semakin merasa gugup dan takut karena dia merasa dia salah bicara kepada Ghaffar.

"Eenggak gitu mas... maksud..."

Belum selesai Ulya bicara, Ghaffar memotong ucapannya.

"Iya iya, bantu gue dong pindah ke kursi roda"

Ulya terkejut dia fikir Ghaffar akan menolak ajakannya ternyata tidak.

"Em ooke mas, Ulya bantu"

Ulya tidak bisa menyembunyikan wajahnya yang memerah karena senang Ghaffar menerima ajakannya, Ghaffar memperhatikan Ulya yang dengan hati hati memindahkannya ke kursi roda, tanpa Ghaffar sadari dia tersenyum melihat raut wajah Ulya yang memerah karena senang.

"Cuman hal kayak gini aja lo bahagia banget" gumam Ghaffar.

"Apa? Maaf mas ngomong apa tadi Ulya gak denger"

"Gak ada"

"Hm baiklah mas, kita keluar sekarang ya"

Ghaffar menganggu kecil mengiyakan Ulya, Ulya pun Mendorong kursi roda Ghaffar keluar.

Ulya dan Ghaffar sendang menikmati keindahan senja sembari berkeliling komplek, Ghaffar merasa lebih nyaman dan tenang ketika berada di luar bersama Ulya.

Biasanya dia sangat tidak ingin keluar, menghindari tetangga yang difikirnya nanti akan mencemo'ohnya karna lumpuh, ternyata tetangganya tidak seburuk yang dibayangkannya.

Beberapa tetangga yang berpapasan dengan mereka memberi selamat atas pernikahan mereka, dan mendoakan kesembuhan Ghaffar.

Ghaffar merasa bersalah karena telah berburuk sangka pada tetangganya dan merasa kasihan pada Ulya yang harus mendorong kursi nya sepanjang jalan komplek.

"Lo gak malu jalan sama suami lumpuh?"

Tiba tiba Ghaffar memecahkan keheningan di antara mereka berdua dengan pertanyaannya.

"Astaghfirullah mas, mas bicara apa? Gak boleh gitu, gak ada yang mau kena musibah yang kayak mas alamin, aku gak malu, apa yang harus aku maluin, mas gak ngelakuin kejahatan apa pun, Ulya malah bangga bisa jadi Istri dari laki laki hebat seperti mas, dikala menjalani ujian dari Allah, mas tetap berusaha untuk bertahan"

Cinta UlyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang