BAGIAN 1

981 12 0
                                    

Hari ini adalah hari kelulusan untuk siswa SMA, MA, SMK, MAK dan setingkat lainnya.

Mungkin orang lain sudah menjalankan tradisi coret mencoret baju menggunakan pilox atau spidol dan konvoi bersama teman lainnya.

Tapi tidak dengan gadis satu ini, dia memilih pulang lebih awal karena dia tau jika ayahnya melihat bajunya bahkan hijabnya terlihat sebuah coretan cat pasti dia akan di ceramahi oleh ayahnya.

Bukan karena itu saja, dia ingin menyumbangkan bajunya untuk orang yang membutuhkan, ya itung itung amal jariah la, karena akan di pakai seseorang untuk menuntut ilmu.

...

"Assalamualaikum, umi abi, Ulya pulang" salam seorang gadis cantik yang berbalut hijab longgarnya, ya gadis itu Ulya.

"Wa'alikumsalam sayang" jawab seorang wanita separuh baya sembari menghampirinya.

"Umi Ulya di terima di UI loh mi, jalur SNPTN, fakultas kedokteran" ucap gadis itu antusias.

"Alhamdulillah.." wanita separuh baya yang tak lain adalah uminya itupun memeluk dan mencium kening Ulya.

"Ya udah umi, Ulya ke kamar dulu ya umi, Ulya mau mandi dulu ya mi" Ulya pun berjalan menuju kamarnya.

'gak kerasa, kemarin rasanya baru aja ulya masuk kelas 10, eh sekarang udah lulus' batin Ulya.

Seusai mandi, Ulya berbaring di kasurnya, dan tanpa sadar Ulya terlelap.

...

"Dek, bangun, udah mau maghrib, gak boleh tidur maghrib maghrib" Ucap Atifa-Kakak perempuan Ulya sembari menepuk pelan lengan Ulya.

"Astagfirullah, Ulya gak sadar ketiduran kak" Ulya beranjak dari kasurnya, berjalan menuju kamar mandi yang ada di kamarnya untuk bersiap sholat maghrib.

"Iya, jangan sering sering aja, gak baik, kakak, umi sama abi nunggu di bawah ya"

"Iya kak"

Ya Ulya dan keluarganya kerap sholat subuh dan maghrib berjama'ah di mesjid jika tidak ada halangan.

...

Seusai sholat maghrib Ulya membaca al-qur'an kesayangannya di ruang keluarga, ya itu sudah seperti rutinitas Ulya.

'Tok tok tok' "Assalamualaikum" terdengar ketukan pintu dan salam dari luar rumah Ulya, Ulya pun memberhentikan aktifitasnya.

"Wa'alikumsalam" Belum sempat Ulya beranjak dari tempatnya, terdengar suara abi Ulya yang menjawab salam dan membukakan pintu.

Abi Ulya mampersilahkan tamunya duduk di ruang tamu, dari tempat Ulya ke ruang tamu memang cukup dekat, hanya berbataskan dinding, jadi Ulya dapat mendengar pembicaraan abinya walau samar samar.

"Suf, kau pasti tau maksud kedatangan ku kemari?" tanya laki laki yang terlihat sebaya dengan Abi Ulya.

"Iya, aku mengerti ry, tapi apakah ini masih dini, aku belum sempat untuk membicarakannya dengan Atifa" Yusuf-Abi Ulya pun menjawab dengan hati hati pertanyaan Hery-Teman Yusuf.

Ulya yang sedari tadi mendengar percakapan itu terlihat bingung, dia tidak mengerti, apa yang sedang di bahas oleh abinya dan teman abinya.

"Panggil anakmu kemari, biar aku saja yang memberi tahunya" Hery terlihat tegas dalam ucapannya.

Yusuf pun tak bisa mengelak lagi dan memanggil Atifa dan Fatimah-istrinya.

Atifa memberi salam pada Hery, dengan menelungkupkan tangnyannya di depan dada dan di balas serupa dengan Hery.

"Atifa, paman mau memberi tau mu sesuatu" Atifa terlihat penasaran dengan apa yang akan di ucapkan oleh Hery.

"Iya paman"

"Dulu, saat ibu paman masih hidup, beliau membuat perjanjian dengan kakek Atifa, perjanjiannya, karena anak paman laki laki, jadi kalau anak Yusuf perempuan akan di jodohkan dengan anak paman, jadi sekarang paman ingin menepati janji itu" Hery menjelaskan dengan detail apa yang telah terjadi.

"Maaf paman, Atifa gak bisa, Atifa masih mau kuliah, belum mau berumah tangga dan Atifa takut di jodoh jodohkan" Atifa mencoba menolak dengan sopan, walau masih terdengar keras.

"Ini bukan hanya tentang perjanjian itu Atifa, ini tentang anak paman.. " ucapan Hery terhenti.

"Ghaffar kenapa ry" Fatimah panik dengan pernyataan Hary yang tak usai.

Ghaffar memang bukan anak Fatimah, tapi sejak ibunya meninggal, Fatimah yang menjaganya sampai Hary menikah lagi.

"Tidak, tidak apa apa" ucap Hary berusaha menutupi rasa sedihnya.

"Atifa, menikahlah dengan Ghaffar ya nak" Fatimah membujuk Atifa, namun keteguhan Atifa untuk melanjutkan sekolah tetap kuat.

"Ulya mana suf ?" Hery bertanya akan kehadiran Ulya yang tak terlihat.

Ulya yang merasa tersebut namanya terpaku, Ulya hanya diam.

"Dia ada di ruang keluarga" ucap Yusuf

"Aku ingin Ulya menggantikan posisi Atifa"

Ulya semakin terpaku, dadanya terasa perih seperti ada sebuah anak panah yang menancap pada dirinya sedangkan Yusuf dan Fatimah hanya terdiam.

...

Cerita ini di ambil dari sudut pandang orang ketiga
Cerita ini juga aku buat terinspirasi dari film, walau alur ceritanya jauh berbeda.

Semoga kalian menikmati kisah Ulya

Salam Hangat dari saya, LIA

Cinta UlyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang