BAGIAN 5

529 14 3
                                    

Ulya bimbang, dia ingat akan perintah Hery untuk memberi obat pada Ghaffar, namun Ghaffar menyuruhnya untuk keluar.

Ghaffar memejamkan matanya seperti sedang menahan sesuatu, Ulya merasa ada yang aneh. Di perhatikannya wajah Ghaffar sedikit memucat dan berkeringat, tangan Ghaffar menggepal kuat, seperti sedang menahan sakit.

Ulya panik, sontak dia menangkup kepala Ghaffar untuk menyadarkannya.

"Mas.. Mas.. Mas kenapa?"

Ghaffar tak menjawab, Ulya semakin panik, dia bingung harus apa, di ambilnya roti dan air tadi, berusaha untuk memberikan ke Ghaffar.

"Mas minum dulu, tolong kali ini aja, Ulya gak akan masuk masuk lagi ke kamar mas, tapi tolong minum dan makan roti sama obatnya" Ulya menyodorkan gelas berisi air itu pada Ghaffar.

Ulya tegak kan badan Ghaffar dengan tangannya di tinggikannya bantal Ghaffar agar dia mudah menyuapi Ghaffar.

Ghaffar menuruti Ulya, Ghaffar pun meminum air yang Ulya berikan, dan memakan roti yang Ulya berikan.

Ghaffar masih menggepalkan tangannya, nafasnya tak teratur, mungkin rasa sakitnya bertambah.

Ulya memberikan obat tadi yang di bawanya, setelah meminum obat itu, nafas Ghaffar perlahan teratur, Ghaffar melihat kearah Ulya yang terlihat sangat cemas, Ghaffar menutup matanya, untuk menghilangkan rasa sakitnya.

Ulya keluar membawa nampan yang iya bawa tadi, dia melihat bi ina yang baru datang membawa beberapa kantong plastik.

"Assalamualaikum non"

"Wa'alikumsalam bi, bi tadi mas Ghaffar kayak nahan sakit, dia gepalin tangannya, dan sampe keringatan, itu kenapa ya bi?" Ulya bertanya karena rasa ingin taunya yang begitu besar.

"Tuan Hery nyuruh saya untuk menceritakannya dari awal non, biar non paham katanya, jadi biar bi ina ceritain aja ya" Ulya hanya mengangguk paham.

-fleshback-

2 tahun yang lalu

"Iya sayang, tunggu sebentar, aku lagi kena macet" ucap Ghaffar pada seseorang di handphonenya.

"Aku udah nunggu kamu lebih dari 1 jam, kalo dalam 30 menit kamu gak nyampe aku pulang" perempuan dari balik handphone itu pun memtikan telfonnya perempuan itu terdengar sangat kesal.

"Pak saya berhenti di sini saja, ini uangnya" Ghaffar memberikan uang pada sopir taxi yang ia tumpangi.

Alasan mengapa Ghaffar menaiki taxi ialah karena hujan, Ghaffar berangkat kerja menggunakan motor sportnya, meninggalkan motornya di parkiran kantor, dia fikir hari ini akan cerah, ternyata sebaliknya.

Ghaffar berlari ke tempat perempuan itu menunggunya, tempat itu tidak terlalu jauh dari tempat Ghaffar berhenti, namun karna mengingat waktu, Ghaffar memilih untuk berlari.

Tanpa melihat jalan Ghaffar terus berlari hingga tanpa sadar ada sebuah motor yang berlalu kencang, sehingga menabrak Ghaffar, Ghaffar terpelanting jauh dari tempat semula, banyak orang sekitar yang berkerumun, dan salah satu dari mereka menelpon ambulan.

Tak lama kemudian Ghaffar dibawa oleh ambulan.

...

Hery mendapat telfon, bahwa anaknya kecelakaan, Hery pun bergegas ke rumah sakit, Hery mengajak perempuan itu untuk datang.

"Pak boleh ikut saya" ucap seorang dokter yang keluar dari ruangan Ghaffar.

Hery dan dokter itupun masuk kedalam ruangan dokter itu.

"Pak, tulang belakang anak bapak patah, itu mengakibatkan kelumpuhan semu pada semua anggota tubuhnya, mungkin dia hanya bisa menggerakkan lehernya saja, karena yang berfungsi hanya anggota tubuh dari leher ke atas"

"Astagfirullah" Hery terkejut atas pernyataan dokter, dia takut Ghaffar tidak bisa menerima keadaannya.

Di kamar inapnya, Ghaffar hanya diam menatap langit langit kamar rumah sakit, dia sudah tau kondisinya.

Seluruh tubuhnya membatu, dia tak merasakan tubuhnya, yang bisa dia lakukan hanya melihat sekitar kamar, dia sedang menanti kehadiran seseorang.

Perempuan itu masuk dengan mata yang sembab, ya perempuan itu menangis.

"Maaf udah nyuruh kamu buat buru buru jadi kamu harus ngalamin ini" ucap gadis itu sambil terisak.

"Bukan salah kamu sayang" Ghaffar masih berusaha untuk tenang dengan kondisinya,, dia tidak tega melihat perempuan yang di cintainya itu bersedih.

Perempuan itu terlihat sangat menyesal dengan apa yang telah terjadi terhadap kekasihnya.

...

-1minggu kemudian-

Setelah 1 minggu di rawat di rumah sakit, Ghaffar disarankan untuk di rawat dirumah, karena kondisi Ghaffar yang telah membaik, walaupun kemajuannya tak begitu pesat.

'tok..tok..tok..' "Den ghaffar" ucap bi ina sembari mengetuk pintu.

"iya bi, masuk aja"

Bi ina lah yang merawat Ghaffar, sejak kepulangannya dari rumah sakit.

"Bi,, dia gak...?" tanya Ghaffar tergantung.

"Belum den, mungkin non sena masih sibuk di kantor" Bi ina berusaha membuat Ghaffar tidak bersedih.

"Hm.. Mungkin saja bi" Ghaffar terlihat kurang bersemangat dengan jawabannya.

"Den Ghaffar jangan sedih dong, kan bibi jadi sedih"

"Iya bi" Ghaffar berusaha memasang senyumnya walau terpaksa, dan bi Ina menyadari itu.

"Hm... Gimana kalau den Ghaffar bibi ajak ke tempat yang den Ghaffar suka?" tanya Bi Ina antusias.

"Memang bibi tau Ghaffar suka ke mana?" tanya Ghaffar sedikit penasaran.

"Taman kota,, itu kan tempat yang paling di sukai non Sena" ucap Bi Ina yakin.

"Oke jangan sampai tidak ya bii" Ghaffar terlihat senang dengan ajakan Bi Ina.

"Siap den"

Keesokan harinya, Bi Ina mengajak Ghaffar ke taman kota, setelah diberikan izin oleh Hery.

Raut wajah Ghaffar tampak bahagia, dia seolah olah sedang memutar kembali kenangannya bersama Sena.

Bi Ina yang melihatnya, ikut bahagia. Bi Ina mengajak Ghaffar memutari Taman Kota itu, ketika sampai di pusat taman Bi Ina dan Ghaffar melihat Sena sedang bersama seseorang yang Ghaffar kenal.

Siapakah seseorang itu?

Ikuti terus kisah Ulya dan Ghaffar

Semoga kalian menikmati kisah Ulya

Salam Hangat dari saya, LIA

Cinta UlyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang