BAGIAN 2

548 14 0
                                    

Seisi ruangan itu masih terpaku setelah mendengar pernyataan Hery tadi.

"Apa tidak ada cara lain" Yusuf membuka suara.

"Tidak" Hery terlihat kukuh dengan ucapannya.

"Ulya baru lulus, dan dia dapat beasiswa di UI, aku tidak ingin menghancurkan impiannya" Yusuf berusaha untuk meyakinkan Hery agar tak menikahkan Ulya.

"Jika alasannya hanya kuliah, aku akan membebaskannya untuk itu, asalkan dia tetap bisa menjalankan kewajibannya sebagai istri" Hery tetap teguh pada pendiriannya.

Ulya yang mendengar percakapan itu, berusaha untuk tidak menangis, seharusnya saat ini dia sedang mempersiapkan dirinya untuk kuliah, tapi jauh dari angannya, dia malah di nikahkan.

"Panggilkan Ulya mi" perintah Yusuf pasrah.

Fatimah menghampiri Ulya, melihat Ulya yang tertunduk, dia mengerti bahwa Ulya telah mendengar semua percakapan itu, Fatimah berjalan ke ruang tamu di ikuti dengan Ulya di belakangnya.

"Assalamualaikum Ulya" salam Hery.

"Wa'alikumsalam paman" Ulya berusaha untuk berpura pura bahwa dia tidak tau mengapa dia di panggil kemari.

"Ulya, paman punya satu permintaan pada Ulya"

"Iya paman?" Ulya masih berusha untuk tersenyum.

"Menikahlah dengan anak paman, masalah kuliah mu tidak menjadi masalah, Kampus mu tidak begitu jauh dari rumah Ghaffar, supir Ghaffar akan mengantar mu setiap harinya, apa Ulya siap?" Hery mencoba meyakinkan Ulya, walau sulit.

"Jika ini takdir Allah, Ulya Harus siap paman" Ulya masih tetap tegar walau air matanya telah siap untuk jatuh.

"Nak,, kamu masih bisa berfikir sampai besok nak" Fatimah merasa tidak ingin anaknya merasa terbebani akan keputusannya.

"Gak papa umi, Insya Allah Ulya siap mi"

"Maaf dek, gara gara kakak, kamu ada di posisi ini" Atifa memeluk erat Ulya, merasa bahwa dirinya telah egois.

"Bukan gara gara kakak kok, ini udah takdir Allah" Ulya membalas pelukkan Atifa

"Besok paman datang bersama Ghaffar untuk melamar Ulya"

...

Hery telah pulang setelah adzan isya berkumandang, mereka sempat untuk ke mesjid bersama.

Kini Ulya sedang berfikir keras di kamarnya, batinyanya bertanya tanya 'siapa laki laki itu, bagaimanakah dia, bisakah Ulya menjadi istri yang baik untuknya' Ulya tertidur dengan matanya yang sembab, akibat tangisnya yang pecah ketika masuk ke kamar.

...

Pagi ini Hery datang bersama Sania -istrinya dan Ghaffar ke rumah Yusuf. Untuk melangsungkan acara lamaran antara Ulya dan Ghaffar.

Mereka semua telah berkumpul di ruang tamu, kecuali Ulya, ia masih berada di kamarnya. Yusuf memberi isyarat kepada Fatimah untuk memanggil Ulya, tak selang beberapa menit, Fatimah kembali bersama Ulya.

'Apakah itu Ghaffar?' Ulya bertanya pada dirinya sendiri, memastikan apakah benar laki laki yang sedang duduk di atas kursi roda itu Ghaffar.

Ulya di sambut hangat dengan Hery dan Sania, tidak dengan Ghaffar, dia hanya menatap kearah luar dengan tatapan dingin.

...

Acara lamaran berjalan dengan lancar, tidak ada kendala sehingga acaranya selesai lebih awal.

"Akadnya akan di adakan 2 minggu lagi, aku sudah menyiapkan segalanya, kau tak perlu cemas suf" ucap Hery.

"Baiklah ry" Yusuf hanya pasrah dengan keadaan, di satu sisi dia takut untuk melepas putrinya, tapi di sisi lain dia harus menjalankan kewajibannya.

Hery dan keluarganya pun pamit, tak ada interaksi antara Ulya dan Ghaffar, jangankan untuk bertegur sapa, untuk melihat saja Ghaffar seperti enggan, sedangkan Ulya hanya menunduk.

...

"Papa mohon far, jangan sakiti hati Ulya, dia anak yang sholehah, belajar lah untuk mencintainya" Hery mencoba meyakinkan Ghaffar, walau pada akhirnya, Ghaffar tidak akan pernah menerima pernikahan ini.

"Papa yang ingin saya menikahinya, bukan keinginan saya sendiri, dan saya tidak mencintai wanita itu, jadi jangan salahkan saya, jika dia tak akan merasakan pernikahan yang bahagia"

Mendengar pernyataan Ghaffar, membuat Hery merasa bersalah dengan Ulya, dia telah memaksa Ulya untuk menikah dengan Ghaffar, Walaupun sebenarnya perjodohan ini Hery lakukan agar Ghaffar bisa mencintai wanita lain dan melupakan mantan kekasihnya.

Namun Hery rasa rencananya tak akan berjalan dengan mulus.

...

Akankah Pernikahan ini bahagia?

Ikuti terus kisah Ulya dan Ghaffar

Semoga kalian menikmati kisah Ulya

Salam Hangat dari saya, LIA


Cinta UlyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang