BAGIAN 8

44 6 2
                                    

Setiba di kamar Ghaffar, Ulya mendorong kursi roda Ghaffar menuju kamar mandi, Ulya mendekatkan kursi roda itu ke bathtab, mengangkat satu persatu kaki Ghaffar kedalam bathtab, dan memopong badan Ghaffar untuk duduk dan bersandar didalamnya.

"Maaf mas"

Ulya meminta izin untuk membuka kemeja yang Ghaffar kenakan, Ghaffar hanya memalingkan wajahnya karena saat ini wajahnya sudah memerah.

Tidak ada yang pernah melakukan ini padanya selain Bi In yang sudah dia anggap seperti ibunya sendiri.

Ulya telah membuka kemeja Ghaffar, dan meletakkannya ke keranjang baju kotor. Ulya membuka satu persatu helai kain yang Ghaffar kenakan dengan memejamkan matanya, dia takut melihat sesuatu yang tak seharusnya dia lihat.

Ghaffar tak sengaja melihat ke arah Ulya, dia melihat Ulya yang menutup matanya dengan wajah yang memerah, Ghaffar semakin salah tingkah, dia sudah tidak tau lagi harus melakukan apa, jika saja badannya bisa di gerakkan, mungkin dia tidak ingin hal seperti ini terjadi.

Ulya menghidupkan air dan mengambil sabun beserta sikatnya, setelah air hampir memenuhi bathtab Ulya mematikan air dan menggosok secara perlahan, Ulya mengambil shampo dan memijat lembut kepala Ghaffar.

Ghaffar merasa kehangatan dan kelembutan yang Ulya berikan, entah mengapa dadanya berdetak sangat kencang, saat ini dia sangat bahagia bisa didekat Ulya.

Beberapa menit kemudian, Ulya telah selesai memandikan Ghaffar, dan mengenakannya baju.

"Mas Istirahat ya, Ulya ke kamar dulu mau bersih bersih, nanti malam Ulya kesini lagi"

Ghaffar ingin menahan Ulya, tapi apa daya, jika Ulya bertanya kenapa Ghaffar menahannya, dia tidak bisa menjawabnya.

...

Adzan maghrib telah berkumandang beberapa menit yang lalu, saat ini Ulya sedang berada di dapur menyiapkan makan malam untuk Ghaffar.

Ulya meletakan semua yang dibutuhkan Ghaffar diatas nampan, lalu bergegas menuju kamar Ghaffar.

'Tok..tok...tok...'

"Assalamu'alaikum mas, Ulya masuk ya?"

"Iya"

Dengan sedikit kesulitan Ulya membuka pintu kamar Ghaffar, karena tangannya yang memegang nampan.

Ulya meletkan nampan itu diatas nakas yang berada disebelah tempat tidur Ghaffar.

"Bismillah" Ulya mengambil piring yang berisikan nasi dan lauk.

Ulya mulai menyuapi Ghaffar, kali ini tidak ada penolakan dari Ghaffar, Ulya merasa bahagia, untuk pertama kalinya Ghaffar seperti menerima kehadirannya.

Tidak ada perbincangan diantara mereka, hanya ada keheningan, Ulya tidak ingin membuka suara karena dia tidak ingin merusak moment saat ini, dimana Ghaffar terlihat tenang bersamanya.

Ghaffar ingin memulai pembicaraan, tapi dia bingung ingin membicarakan apa.

Piring yang berada di tangan Ulya pun sudah bersih, tidak ada tersisa lagi makanan diatasnya.

Ulya meletakannya kembali ke nampan, lalu membantu Ghaffar meminum obatnya.

"Ekhm"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta UlyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang