Sudah dua minggu sejak Jungwon melakukan persalinan, yang mana artinya sudah dua minggu pula bayi kecilnya berada di dunia. Mereka memberinya nama, Janu Yuditia yang arti secara kerennya adalah anak laki-laki yang mandiri dan suka kebebasan serta mempunyai pola pikir yang maju.
Namanya jelas mencerminkan sifat pengusaha seperti apa yang diharapkan kakek dan ayahnya. Tapi tetap saja, bagi Jungwon nama Janu milik anaknya hanya diambil dari kata bulan Januari. Yang mana menurut Jay itu adalah bulan dimana Janu dibuat. Janu Yuditia hanyalah hasil akal-akalan Jay saja, entah darimana.
Seperti apa yang sudah dibicarakan sebelumnya, Jay dan Jungwon memutuskan untuk menetap di kota. Lebih tepatnya di kediaman orang tua Jay.
Sudah sebulan ini peternakan sekaligus sawah mereka ditinggal. Alhasil Jay harus bolak-balik dari desa ke kota selama tiga jam lamanya setiap tiga atau dua hari sekali untuk melakukan pengecekan.
Beruntung ia punya Sunghoon, salah satu kawan yang sangat baik dan setia. Dia rela menghabiskan waktunya di desa menggantikan dirinya mengurus peternakan dan macam-macam lainnya meskipun Jaeyoon sendiri sama-sama sedang punya bayi kecil. Berkat bantuan Sunghoon, Jay tidak perlu sesering itu bolak-balik ke desa. Ya, dua atau satu minggu sekali pun cukup.
Meski Janu tergolong dimasa yang sedang rewel-rewelnya tetapi dia tidak terlalu rewel menurut Jungwon. Janu tidak terlalu sering menangis, pun sekalinya menangis dia cepat reda kalau sudah dikasih asi atau mendengar suara ayahnya. Jungwon jadinya tidak terlalu shock di pengalaman pertamanya mengasuh anak.
Seperti sekarang, Janu sudah tertidur lagi setelah ayahnya mencoba menggendongnya. Jay dengan hati-hati meletakkan buah hati mereka ke dalam box yang tempatnya tidak jauh dari ranjang mereka.
"Mas makan dulu sana, Janunya udah tidur kan?" Tanya Jungwon sembari melipat pakaian Janu yang baru kering.
Jay membenahi kacamatanya sejenak, kemudian berjalan mendekat ke Jungwon.
"Kamu sih udah makan belum?"
Jungwon menggeleng, "Belum, aku nanti aja kalau Janu udah bangun."
"Astaga, jangan ngulur-ngulur waktu makan dek. Nanti kalau kamu sakit, Janu gimana?"
"Baru aja aku lewat makan lima menit mas,"
"Makan dulu yuk, ini pakaiannya nanti mas aja yang lipat." Ucap Jay mencegat tangan Jungwon melakukan pekerjaannya.
Jungwon lantas menolak.
"Kamu kan baru sampai mas, istirahat dulu aja sana. Makan dulu terus istirahat. Aku bisa makan kapan aja, toh ibumu lagi dirumah."
Kalau begini jadinya tidak selesai-selesai. Akhirnya Jay memutuskan ke dapur untuk membuka meja makan sekadar mengecek lauk apa yang tersedia disana. Dia kemudian mengambil supnya untuk dipanaskan sebelum akhirnya membawa nasi dan beberapa lauk ke kamarnya.
Jungwon yang masih mengerjakan pekerjaan rumah menatap Jay tidak percaya ketika melihat Jay membawa makanan ke kamar. Ya gimana nggak kaget, Jay bukan tipikal orang yang suka bawa makanan ke kamar, katanya nanti bau makanannya nggak ilang-ilang. Tapi hari ini dia rela melakukannya demi Jungwon.
"Nah, kita makan bareng aja. Kamu aku yang suapin, sambil lanjut lipat baju nggakpapa." Kata Jay menuangkan sup ke dalam mangkok yang sudah ada nasinya.
Jungwon dibuat mematung sejenak hanya karena sikap manis yang ditunjukkan oleh Jay. Ya bagaimana tidak, dahulu Jay terbiasa sibuk bekerja, sering lupa makan bahkan jarang sekali memperhatikannya. Apa-apa serba dia dulu yang harus mengingatkan Jay dan mengurusnya seperti bayi besar. Sekarang malah kebalikannya, Jungwon jadi terharu. Kalau saja mulut Jungwon tidak disuapi nasi oleh Jay, pasti dia sudah menangis duluan.