Sudah dua minggu pasca Jungwon periksa ke dokter. Dan dia, belum berani membicarakan apapun kepada Jay. Hari-hari terjadi seperti biasanya sibuk dengan pekerjaan.
Selalu dan selalu Jungwon berusaha memulai pembicaraan mengenai rahimnya, tetapi ada saja hal yang harus diselesaikan Jay.
Seperti sekarang ini, Jay sudah mengenakan kemeja rapi. Katanya ada pertemuan di balai desa. Jungwon di kasur hanya berbaring melihat suaminya sedang menata rambut. Yang ditatap berdeham sejenak, karena gugup.
"Kenapa dek?"
"Mas kayaknya udah mau tumbuh kumis lagi ya." Celetuk Jungwon random sekali.
Jay yang mendengarnya lantas tertawa kecil.
"Masa sih dek?" Tanyanya sembari mengelus bagian piltrumnya.
Benar, kok. Jungwon yakin suaminya sudah mau tumbuh kumis lagi. Dan lagipula dua minggu ini dia belum lihat Jay bercukur. Jay juga tidak menciumnya, tidak menyentuhnya semenjak ia terakhir kali protes dan menuduh kalau Jay menikahinya hanya karena nafsu. Dan wow, Jay tidak banyak skinship dengannya selama dua minggu ini. Mentok palingan hanya peluk dan cium pipi saja.
"Iya mas." Kata Jungwon membangkitkan tubuhnya.
Kemudian ia berjalan pelan mendekati Jay yang berdiri di hadapan cermin.
"Sini sih." Kata Jungwon begitu sampai dihadapan Jay. Dia menyuruh Jay menunduk agar bisa sejajar dengannya.
Jay pun menurut. Ia menunduk, mendekatkan wajahnya kepada Jungwon.
Setelah itu Jungwon menangkup kedua pipi Jay. Meneliti setiap inci kulit wajah Jay.
"Tuh kan banyak. Walaupun tipis tapi tetep aja keliatan tahu." Kata Jungwon.
"Yah terus gimana dong, mas udah mau berangkat." Kata Jay sedih dibuat-buat.
"Kalau gitu mas berangkat dulu aja, cukurnya nanti kalau pulang. Iya?" Tawar Jungwon masih dengan tangan kecilnya yang menangkup pipi Jay.
"Kalau gitu-" Jay melepaskan tangan Jungwon yang memegang pipinya.
"-pulang mau dibawakan apa?" Tanya Jay.
Iya, soalnya letak balai desa dekat dengan kota. Disana banyak warga yang berjualan jajanan. Biasanya sih, Jungwon ini rewel kalau diajak kesana. Banyak minta. Tetapi kali ini ia justru menolak.
"Nggak usah mas, nanti repot bawanya."
Jay menaikkan alisnya.
"Tumben kamu. Biasanya juga rewel minta dibelikan macem-macem.."
"Lagi ngga pengen aja. Udah sana berangkat mas, kang sunghoon pasti udah nunggu diluar." Suruh Jungwon mendorong tubuh Jay agar segera keluar dari kamar.
Benar saja kata istrinya, sunghoon sudah menunggunya diluar memasang muka bête.
"Loh, kang kenapa mukamu bete begitu?" Sapa Jay kepada Sunghoon yang sedari tadi sudah duduk di terasnya.
"Jaeyoon rewel, dia masa tidak mau ditinggal tadi."
Jay yang mendengarnya tentu tertawa. Seorang Shim Jaeyoon, teman semasa kecilnya itu rupa-rupanya bisa manja juga dengan suaminya.
"Kok bisa, kamu ada salah ya belakangan ini?"
Sunghoon langsung menatap Jay tidak terima.
"Mana ada. Aku ini selalu benar, Jaeyoon yang salah."
"Kan, kan, lagi-lagi begini. Kamu harus ngalah juga sama Jaeyoon dong sekali-kali. Jangan egois."
"Tapi Jay, coba bayangin, bayangin kalau kau sedang ingin lalu tiba-tiba"