[xii]perkara senyuman

413 84 14
                                    

— 1,6k words
— enjoy reading!


Lino mendudukkan dirinya diatas sofa panjang unit apartment nya, menyenderkan tubuhnya ke belakang sofa, serta menggunakan lengannya untuk menutupi cahaya lampu yang menyilaukan.

Demi Tuhan. Lino ingin tidur. Satu minggu belakangan ini sungguh melelahkan, pergi kesana kemari mencari barang untuk keperluan organisasi, rapat full satu minggu tanpa henti mendengarkan petuah-petuah tidak jelas si botak setiap harinya, dan tentu saja menghabiskan waktu dengan mbak pacar yang awalnya Lino kira akan menyenangkan, ternyata malah membuat dirinya semakin lelah.


Maka dari itu Lino butuh istirahat, setidaknya sebentar untuk memulihkan kembali tenaganya. Sebelum setelah ini, dia kembali melakukan kerja rodinya.

Baru saja matanya tertutup. Bel apartemennya berbunyi. "ANJING! SIAPA YANG NGEBEL SIH?"

Berjalan dengan marah menuju pintu depan unit apartemennya, Lino membuka pintunya apartmentnya dengan marah. Siapa yang berani mengganggu dirinya?



Seketika pintu dibuka, Lino yang awalnya ingin memarahi si pemencet bel, malah terkesiap. Bingung.

"Maaf, mungkin aku ganggu kamu, tapi, apa aku boleh minta tolong buat angkatin galon?"

Perempuan dihadapannya ini, Lino baru lihat, mungkin penghuni baru apartemen seberangnya?

"Lo penghuni baru?" Bukannya menjawab, Lino malah balik bertanya.

Perempuan dihadapannya ini mengangguk. "Iya, aku baru pindah seminggu. Dan kebetulan air minum aku habis, jadi aku mau minta tolong."

Ternyata penghuni baru, pantas Lino tidak pernah melihatnya, seminggu belakangan ini dia sibuk melakukan kerja rodi untuk festival di kampusnya.

"Boleh. Unit lo yang mana?"

"Persis disebelah kamu. Maaf ya aku ngerepotin."

Perempuan di hadapan Lino itu berjalan lebih dulu, mengantar Lino menuju unit apartment nya, dia memasukkan kartu aksesnya, lalu menyuruh Lino untuk masuk terlebih dahulu.


"GALONNYA KENAPA BELOM LO PINDAHIN?"

Lino bertanya dengan marah, perempuan ini sedang mengerjainya atau bagaimana? Melihat galon berisi air 19 liter masih ada di pintu depan unit apartment perempuan itu.

"Aku, gatau cara pindahinnya, berat juga."

"TINGGAL LO GESER KAYA GINI?" Lino mencontohkan bagaimana dia menggeser atau lebih tepatnya menggeret galon ke perempuan dihadapannya dan dibalas anggukan semangat darinya.

"Oh gitu! Aku kira bakal berat banget jadi aku gak apa-apain galonnya begitu tukang airnya anterin tadi." Terang perempuannya dihadapannya itu.

Lino menyingkir sedikit. "Nih lo coba geser!"

Lino memperhatikan perempuan ini, menggeser galon itu, tapi ya begitu. Lama.

"Minggir lo lama!" Lino mulai untuk mengangkat galon milik perempuan itu. "Dimana dapurnya?"


Akhirnya tetap aja, Lino yang mengangkat galonnya. Kalo perempuan didepannya ini yang menggeser-geser galon itu terus, bisa seminggu Lino menunggu.

"Makasi ya udah bantuin aku."

Lino mengangguk. Tidak berniat membalas ucapan terimakasih dari perempuan itu, dia berbalik, ingin keluar dari unit apartemen perempuan ini, tapi tidak lama, perempuan itu kembali bersuara. "Kalo pasangin gas, kamu bisa gak?"

bonheurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang