16. Memories

295 51 12
                                    

Ini cuma kumpulan flashback biar kalian ada sedikit 'idea' tentang apa yang sebenarnya terjadi sama Joy.
Let's just think this "double–updates" is a goodbye before my next hiatus loll :v

🌓

10 Years Ago

Joy kecil yang tak tahan akan informasi mendadak nan Ia dengar secara sembunyi-sembunyi barusan, lantas melangkah menuju ruang tengah sembari menghentakkan kakinya kesal.

"Kenapa hanya kak Hyun yang diberitahu?! Aku tidak mau!!"

Jelas sekali raut orang tuanya menampakkan keterkejutan atas kedatangan Joy yang begitu tiba-tiba; tak mengira bahwa bungsu kedua akan dapat menangkap pembicaraan serius antara kedua orang dewasa dengan anak sulung mereka.

Tak jauh berbeda dengan sepasang suami istri yang langsung berdiri dari sofa nan tadi didudukinya, Irene pun ikut menoleh bersama bulatan mata sempurna; sama sekali tak memperkirakan bahwa Joy bisa benar-benar menyimak setiap kalimat rumit yang disampaikan orang tuanya kepadanya.

"Sooyoung–ah.", mulai sang ibu seraya menjulurkan tangannya ke arah si Joy mungil dengan intensi membuat Joy mendekat supaya Ia bisa menjelaskan dengan lebih perlahan.

"Tidak, Mom. Aku tidak ingin pindah. Aku baru saja masuk sekolah dasar. Bagaimana dengan Yerin? Hayoung? Atau semua teman baruku?! Aku tidak akan pergi!!"

Sejenak, tiga figur yang sama-sama memfokuskan sepasang mata mereka ke arah si kecil agaknya diingatkan bahwa Joy bukanlah anak biasa. Dia merupakan seorang anak perempuan yang berpikir sedikit lebih maju daripada teman-teman sebayanya.

Dengan segala teori nan mulai kembali memenuhi kepala mereka bertiga, Irene lantas mengambil langkah semakin dekat hingga Ia berdiri terdiam hanya dua meter di depan Joy yang merajuk hebat. Matanya bahkan sudah memerah menahan tangis.

Rasanya sakit bagi Irene melihatnya. Seakan sikap yang Ia dapatkan dari tempaan sebagai seorang sulung, telah diturunkan ke sosok di depan mata sampai di titik Irene seolah melihat refleksi dirinya sendiri di dalam Joy.

"Sooyoung, kau cantik, kau pintar bergaul, kau aktif. Kau akan mendapatkan teman juga di tempat baru nanti, okay?"

"No! Pokoknya aku tidak mau! Kalau kalian ingin pergi, pergi saja! Aku akan tetap disini!"

Mungkin Irene mengenal Joy sebagai adiknya begitu baik sehingga Ia tak begitu terkejut atas kalimat impulsif dari Joy. Seolah-olah Joy dapat bertahan sendirian di umurnya yang baru saja menginjak 7 tahun tanpa keluarganya.

Tapi barangkali karena Irene berpikir Ia telah amat tahu tentang Joy, justru teori itulah nan membuatnya buta tentang tekad Joy; tentang Joy yang bersungguh-sungguh atas ucapannya.

Jadilah dengan kibasan rambut sebahu Joy seiring perempuan tersebut menyentak tubuhnya untuk berputar lantas berlari menuju kamar nan dibagi dengan Seulgi, Irene lagi-lagi ditegur; diberitahu sepenuhnya bahwa Joy selalu menjadi pihak yang rumit dan tidak bisa diduga namun juga dapat ditebak secara bersamaan.

Dan sebuah sentuhan lembut di bahunya nan berasal dari manusia berumur di belakangnya mengembalikan Irene ke kesadaran penuh.

Secrète ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang