Hidup ku semakin berat saat kejadian yang pernah menimpa sepupu ku itu juga terjadi padaku, keluarga menganggap itu adalah balasan untuk ku karena telah melakukan hal jahat padanya, namun tetap saja itu bukanlah kebenarannya. Semenjak saat itu aku memilih diam jika di marahi lebih banyak di rumah menutup diri dan sedikit berbicara, dan aku semakin jauh dengan keluarga ku.
Namun meski begitu hidup ku tidak setenang yang aku pikirkan, abang ku adalah seorang yang jahat dan nakal. Dia sering mencuri uang ibu dan selalu mengambil barang barang di rumah untuk dia jual, dia juga pernah memukul ku tepat pada wajahku. Dia memukul ku karena aku tidak mengizinkan ia membawa motor karena besoknya aku harus pergi ke sekolah yang lumayan jauh dari rumah sementara tidak ada angkot yang menuju ke sekolah ku. Ku pegang terus kunci motor itu dan dia terus saja memukul ku, saat itu hanya aku sendiri di rumah dan Abang ku datang hanya membuat keributan para tetangga mengetahui itu namun mereka memilih untuk dia dan menonton kejadian ini ketimbang membantu. Akhirnya dia menyerah dan mengobrak-abrik rumah dan pergi dengan membanting pintu dengan keras, kali ini aku tidak menangis karena kesakitan melainkan karena takut akan ibu yang akan kembali membenci ku karena membuat malu dirinya, aku bereskan semua barang yang tadinya berserakan di lantai dan mengurung diri dikamar. Aku meratapi kebodohan ku 'kenapa tidak aku biarkan saja dia membawanya?! ' memaki diri sendiri adalah cara yang tepat untukku dan mungkin karena khawatir yang berlebih aku jadi susah tenang, sangking paniknya dan kesal juga marah pada diri sendiri akhirnya aku memukul sendiri kepala ku sekuat kuatnya. Aku hanya akan berhenti ketika aku merasa sakit di kepala ku lebih menyakitkan dari pada rasa panik ini.
Ibu pulang sore harinya, saat itu aku masih duduk termenung aku rasa ibu sendiri sudah tau apa yang aku alami saat itu dari tetangga yang menyaksikan kejadian tadi siang, namun reaksi dan ekspresi wajahnya tampak seperti yang aku takutkan dia bertanya ada kah yang sakit di tubuh ku dan aku menjawab tidak kemudian dia dengan raut wajah yang datar mengatakan terus kenapa aku nangis dan berlalu begitu saja.
Damm
Aku terdiam terpaku sungguh miris nya kini sakit di kepala ku tergantikan dengan sakit hati yang aku terima, rasanya seperti di sayat dengan pisau tumpul di dalam sana aku sedang menjerit namun di sini aku hanya menangis termenung membungkam mulut ku agar tidak ada suara yang terdengar.
Hingga saat ini aku sudah bisa menangis dalam senyap tanpa harus menutup mulut. Mungkin kalian juga pernah seperti itu, menangis sejadi jadinya bahkan kalian membuka mulut seakan ingin meneriakkan segala rasa sakit itu namun tidak ada suara yang keluar sedikit pun dari mulut mu dan aku saran kan jangan pernah menangis dengan cara itu, karena itu akan membuat hati kalian seakan di remas kuat dan di sayat setelahnya. Menangis lah dengan puas agar esok nya kau tidak perlu menyia-nyiakan air matamu lagi, meski aku sendiri masih saja menangis dengan cara itu hingga 16 tahun lamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PENANTIAN (End)
Short StoryTidak ada cerita hanya sebuah bualan yang ada di dalam sini hingga 18 hari kedepan bagi siapa saja yang membaca aku harap kalian mengikutinya hingga hari itu tiba^^.