neuf

147 16 2
                                        

Sean telah usai dengan sarapannya, kemudian atensinya beralih mengamati seorang pria jakung di hadapannya. Pria pertama yang sudi berteman dengannya, pria pertama yang meminta permisi atas tubuhnya, pria pertama yang memperlakukan dirinya selayaknya manusia.

Dan mungkin, pria pertama yang membuatnya jatuh hati?

Itu tidak boleh terjadi, ujar Sean dalam hati. Ia menggelengkan kepalanya cukup keras, membuang seluruh pemikiran yang berkecamuk dalam benaknya. Ia tak boleh menyukai Nathan. Bisa jadi pria itu telah memiliki tunangan, atau bahkan duda dengan lima anak?

"Lantas, apa yang membuatmu sebegitu perhatian padaku, Nathan?"

Merasa terpanggil, Nathan menoleh padanya. Astaga, sebenarnya Sean berniat mengatakan itu dalam hati. Namun entah mengapa seluruh perkataan itu terucap begitu saja melalui bibirnya.

"Maaf?"

"Tak apa, lupakan saja."

Nathan tergelak, kemudian menghampiri Sean. Menatap maniknya lekat-lekat.

"Bapak buncit itu sudah pernah memberiku peringatan. Namun sayang sekali aku tidak mengindahkannyaー"

"ーternyata saat ini aku benar-benar jatuh ke dalam pesonamu."

Sean menganga; tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

Chanson d'exil [namjin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang