14

194 27 5
                                    

Aku berusaha berontak dari dekapan orang di belakangku ini. Tapi semuanya sia-sia, tenaganya jauh lebih besar dariku dan sangat terasa tubuhnya lumayan berotot. Lalu aku mulai merasakan nafasnya di telingaku.

"Sssttt, diamlah!" Perintahnya dengan suara berbisik. Tunggu, aku rasa aku mengenal suara ini.

"Kalau kau tidak bisa diam, kita akan ketahuan." Tambahnya yang semakin membuatku yakin siapa pemilik suara ini.

Kami diam sesaat mendengarkan suara langkah kaki di belakang kami. Bahkan kami menahan nafas karena takut suara nafas kami terdengar oleh orang yg mengejarku. Tak berapa lama, orang itu berdiri tepat di belakang dinding tempat kami bersembunyi.

"Ck! Cepet banget larinya..." ucap orang tersebut lalu berlari meninggalkan tempat kami. Kami lalu membuang nafas secara lega.

Tangannya yang membekap mulutku sudah ia lepaskan. Namun yang sekarang ini aku sadari adalah tubuh kami yang menempel karena tangannya juga masih berada di pundakku. Dadanya yang menempel dipunggungku terasa sangat kekar dan hangat. Karena memikirkan hal seperti ini, sekarang jantungku jadi berdetak cepat.  Baru kali ini aku benar-benar berada sangat dekat dengab seorang lelaki. Tapi aku harus mengontrol diriku, karena bukan saatnya memikirkan hal seperti ini sekarang. Kubuang nafas secara perlahan dan menariknya juga secara perlahan. Aku mulai membalikkan tubuhku menghadapnya yang otomatis tangannya ia lepaskan dari pundakku. Aku menunduk dalam-dalam padanya dan berterima kasih.


"Terima kasih Jungkook-ssi. Tanpamu mungkin saat ini aku masih berlari dengan bercucuran air mata." Ini pasti akan terjadi bila tadi Jungkook tidak melindungiku. Ia menatapku dalam. Lalu meletakkan tangannya ke atas kepalaku, mengusapnya dengan lembut seakan takut rambutku berantakan.


"Aku khawatir padamu. Ini sudah larut dan kebetulan tadi aku lewat sini, kulihat ada orang aneh yang mengikutimu. Jadi aku mulai parkir mobilku dan mencegatmu di tempat ini." Ucapnya yang membuatku mendongak menatapnya. Wajahnya tak terlihat karena di sini sangat gelap, ditambah topi dan masker yang ia gunakan membuatnya semakin tidak terlihat. Aku sama sekali tidak bisa menerka atau meilihat bagaimana ekspresinya saat ini.

"Kau harus berhati-hati. Bagaimanapun ini negara asing untukmu. Jangan samakan dengan negaramu." Tambahnya yang sukses membuatku mau menangis. Yang ia katakan itu sangat benar. Dan kata-kata itu juga membuatku mengingat keluargaku di rumah yang pasti akan sangat khawatir bila aku menceritakan hal ini.

Ia melangkah keluar dari balik dinding tempat kami bersembunyi. Lalu berdiri diam di sana.

"Kau sedang apa? Ayo pulang." Ucapnya yang membuatku melongo diam. Ia sepertinya tidak sabar karena aku masih diam saja. Ia melangkah ke arahku lalu meraih tanganku dan menariknya lembut.

"Ayo pulang, biarku antar." Tambahnya lalu berjalan sambil menggandeng tanganku.

.
.
.
.
.

Aku istirahat di rumah hari ini. Rencana untuk jalan-jalan hari ini aku urungkan. Aku masih terlalu takut untuk ke luar rumah. Bayang-bayang kejadian semalam membuatku trauma untuk pergi ke luar. Memikirkan dan membayangkan ternyata selama ini bukan hanya perasaan atau firasatku saja kalau aku diikuti menjawab pertanyaanku selama ini. Namun apa yang harus aku lakukan, rasanya tidak mungkin  aku melapor ke polisi karena kasus ini, tapi aku juga tidak bisa hanya berdiam diri.

Ketika memikirkan ini, terlintas kejadian semalam yang kulakukan dengan Jungkook. Nafasnya yang menderu-deru di leher belakangku sukses membuat bulu kudukku meremang. Tubuh hangat dan kekarnya yang menempel dipunggungku juga terasa nyaman. Tangannya yang berada di pundakku terasa besar dan sangat bisa diandalkan untuk berlindung. Tunggu, kenapa tiba-tiba aku memikirkan hal seperti ini.

Blush

Sepertinya wajahku memerah dan terasa panas sekarang. Aku mengipas-ngipas wajahku lalu berpaling ke arah kulkas untuk minum air dingin. Aku perlu mendinginkan kepalaku.

Ting tong


Tiba-tiba terdengar suara bel di depan rumahku. Aku beralih ke arah pintu rumah, melihat ke arah layar intercom di sebelah pintu. Aku tersenyum melihat siapa yang sedang menungguku di depan pintu, lalu bergegas membuka kunci dan pintu rumahku.


"Oppa... kenapa ke sini?" Tanyaku pada pria bertubuh tinggi dan berlesung pipi di depanku ini.

Ia tersenyum padaku "Hai Vhelia-ya".

"Boleh aku masuk?" Tambahnya yang membuatku tersenyum dan meminggirkan tubuhku untuk mengizinkannya masuk ke dalam rumah. Lalu aku menutup pintu dan kembali menguncinya. Aku takut stalker itu akan nekat masuk ke dalam rumahku bila tidak kukunci.

Aku mempersilahkannya duduk di sofa dan aku berlalu ke arah dapur, mengambilkannya segelas tes manis hangat dan menaruhnya dia atas meja di depannya.

"Ada apa Namjoon oppa ke sini? Apa ada hal penting?" Tanyaku ketika ia sudah menyeruput teh yang ia minum dan meletakkan cangkirnya kembali ke atas meja. Ia menghela nafas sesaat. Aku heran, apa yang membuatnya resah saat ini.

"Aku mendengar kejadian semalam dari Jungkook. Ternyata benar-benar ada seorang penguntit yang mengikutimu." Ucapnya yang membuatku teringat kembali kejadian semalam. Aku menunduk, merasa merinding mengingat di malam hari tidak ada seorang pun di jalan tetapi ada seseorang yang mengikutiku semalam.


"Aku khawatir padamu. Jadi aku hanya ingin memastikan bahwa kau baik-baik saja saat ini." Aku tersenyum kecut mendengar ucapannya. Karena aku juga tidak yakin bahwa aku baik-baik saja saat ini.

"Sejujurnya aku tidak yakin apakah aku baik-baik saja atau tidak oppa. Membayangkan kejadian semalam sungguh membuatku merinding dan takut." Ucapku sambil menunduk. Karena aku tidak bisa meminta perlindungan dari siapa pun di sini. Negara ini benar-benar bukan negara yang aman untuk orang asing sepertiku karena kejadian ini. Aku mendongak mendengar helaan nafas Namjoon di depanku.

"Aku mengerti apa yang kau khawatirkan. Tapi, bertahanlah sedikit lagi. Kita pasti akan menyelesaikan masalah ini bersama." Tambahnya yang membuatku sedikit tenang. Tapi aku tetap saja masih merasa khawatir.

"Akan kucoba oppa. Tapi bila ada beberapa kejadian lagi seperti semalam. Sepertinya aku harus berhenti dan pulang kembali ke negaraku." Ucapku yang membuatnya melongo.

"Kau ingin berhenti? Lalu pulang?" Tanya Namjoon dengan wajah yang tak bisa aku artikan. Dan aku hanya mengendikkan bahu sambil tersenyum sebagai jawaban. Ia menghela nafasnya lagi untuk kesekian kalinya di depanku. Aku hanya tersenyum kecut melihat reaksinya. Mungkin ini pilihan terbaik untukku sekarang atau ke depannya. Aku tidak ingin keluargaku sedih karena tiba-tiba aku pulang hanya membawa nama saja.


"Kalau itu yang terbaik untukmu. Baiklah, aku tidak bisa memaksa. Tetapi kita harus tau siapa penguntit itu." Tambahnya yang membuatku menatapnya bingung.

"Aku tau kau pasti berpikir bagaimana caranya. Yang jelas, bagaimanapun caranya, kita harus menangkap orang meresahkan itu." Namjoon terlihat antusian dengan ucapannya. Aku hanya bisa tersenyum lega karena merasa setidaknya ada seseorang yang akan menolong dan membantuku di negara asing ini  walau aku belum tahu sama sekali apa yang akan terjadi ke depannya.


Halooo...
Hahahahahaha
Maaf yaa nunggu lama ceritaku terbit lagi...
Aku agak sibuk dari awal tahun,
Wkwkkwkw...
Jadi ga enak aku sm pembaca yang masih setia nungguin ceritaku...
Sekali lagi maaf yaa..
Aku juga belum bisa janji ke depannya akan sering update...
Tapi kalo emang aku sempet, aku usahain untuk update cerita yaa...
Sabar-sabar ngadepin aku,
Ahahah
Tapi makasih yaa buat yang nungguin ceritaku ini 😘😘😘😘😘,
Maafkan kalo ceritanya makin ngawur dan ga jelas juga typo2 yg betebaranyaa  🤣🤣🤣

I'm Assistent Idol (BTS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang