17

121 22 8
                                    

"Apa kau menyukaiku?" Tanyaku spontan yang melihat reaksinya menurutku agak berlebihan.


Kulihat ia membelalakkan matanya. Tak lama pun ia menetralkan kembali ekspresinya. Lalu menatapku lekat. Melihat matanya yang menatapku secara intens membuatku seperti dikurung di tempat yang sempit dan gelap. Aku membayangkan kata-kata yang akan keluar dari mulutnya.

Apa kau bercanda?
Apa kau punya fantasi mengenaiku?
Apa bukan kau yg menyukaiku?
Kau tidak sadar diri?
Apa kau secantik itu hingga bisa kusukai?
Tolong berkacalah sedikit.
Aku membantumu hanya karena kasihan padamu, tapi ternyata ini yang kudapatkan.
Aku menyesal menolongmu.


Nafasku tercekat rasanya membayangkan kata-kata itu akan keluar dari mulutnya. Aku menarik napas secara perlahan, bahkan aku sampai menunduk malu. Kudengar ia menghela napasnya pelan. Tamat riwayatku.


"Iya" Jawabnya yang membuatku otomatis mendongak bahkan menatapnya tidak percaya.

"Apa aku terlalu kentara?" Tanyanya yang membuatku makin yakin kalau telingaku tidak salah dengar. Ia menatapku dengan raut wajah yang seperti penyesalan.

"Padahal aku sudah berusaha untuk bersikap biasa saja, tapi ternyata tetap terlihat yaa." Aku makin melongo mendengarnya. Yang ia maksud 'berusaha bersikap biasa' itu seperti apa? Rasa khawatirnya dan perhatian kecilnya cukup membuatku ada rasa dengannya.

"Lalu bagaimana denganm..." aku mengangkat tanganku menyuruhnya untuk berhenti sebentar. Hatiku belum siap mendengar ucapannya. Dan apakah dia ingin bertanya bagaimana perasaanku? Ya Tuhan, orang ini pintar sekali memilih waktu. Baru tadi pagi aku menemui pak Jung karena ingin berhenti kerja dan tak ingin memperpanjang kontrak. Tapi dia malah bilang suka padaku. Duh Vhelia, kau benar-benar kacau. Seharusnya tidak kukatakan pertanyaan itu.

Ia berusaha memegang tanganku yang berada di kepala. Tapi ia urungkan karena melihat ini masih di ruang latihan. Suara kami memang tidak terdengar karena musik yang terputar. Tapi kalau ia sampai memegang tanganku, aku yakin pasti ada yang melihat walau hanya satu atau dua orang. Ia menurunkan kembali tangannya. Memasang wajah yang rumit.

"Sepertinya kau tidak menyukaiku yaa?" Tanyanya gusar.

"Tak apa-apa kalau memang kau tidak menyukaiku. Aku tidak akan menyalahkanmu. Kau bisa tenang."

"Bukan... bukan begitu Jungkook-ssi. Aa... aku tidak tau harus berkata apa. Aku memang menyukaimu..."

"Benarkah?" Tanyanya dengan wajah berbinar. Ya Tuhan, dia terlihat sangat senang mendengar jawabanku ini. Aku mengangguk.


"Tapi Jungkook-ssi... aku tidak yakin kita bisa berpacaran..." ia menatap wajahku heran.

"Kenapa?" Tanyanya bingung.

"Kau kan selebriti... aku hanya asistenmu... rasanya aku tidak pantas untukm..."

"Vhelia-ssi. Jangan ucapkan kata-kata itu. Kumohon." Ia menatapku memelas.

"Aku sudah cukup senang mengetahui bahwa kau juga menyukaiku kok. Jangan khawatir." Ia tersenyum padaku yang bahkan tidak pernah kulihat sebelumnya.

"Nanti kita bicarakan lagi. Aku akan mulai latihan lagi." Ucapnya sambil berlalu. Bahkan sebelum meninggalkanku, sempat-sempatnya ia mengacak rambutku dengan lembut. Aku memegang rambutku yang disentuh olehnya. Lalu tersenyum senang.

.
.
.
.
.

Beberapa hari telah berlalu. Sejak saat itu aku dan Jungkook belum sempat melanjutkan pembicaraan kami yang sebelumnya, karena waktu konser dunia pun semakin dekat, kami pun semakin sibuk. Datang ke kantor hanya untuk kerja, pulang kerja pun hanya untuk mandi dan tidur. Waktu yang benar-benar melelahkan. Tapi aku baru menyadarinya, bahwa aku menikmati pekerjaan ini. Aku senang melihat mereka berlatih keras walau sampai letih sekalipun, tapi hasil yang mereka dapatkan pun sepadan dengan usaha mereka, juga melihat para asisten yang berusaha keras melayani para artisnya agar merasa nyaman.


"Vhelia-ssi" aku menoleh mendengar namaku dipanggil.

"Hai!" Sapanya ramah. Aku tersenyum melihat orang yang memanggilku.

"Ohh halo senior Bae" sapaku balik.

"Kenapa kau masih memanggilku senior Bae?" Ucapnya pelan sehingga aku tidak dapat mendengarnya.

"Senior bilang apa? Maaf aku tidak dengar." Ia terlonjak sedikit mendengar pertanyaanku.

"Ahh, bukan apa-apa. Kalian sangat sibuk ya akhir-akhir ini karena mendekati konser?" Tanyanya yang mendapat anggukan dariku.

"Iya senior. Lelah juga yaa. Aku pulang hanya untuk membersihkan badan dan juga tidur. Sesampainya di rumah pun aku terlalu malas untuk makan. Kadang-kadang aku makan dulu sebelum pulang di kantor atau di luar. Tapi kalau sudah lelah, aku memilih langsung pulang karena terlalu letih." Cerocosku panjang.

"Haha..." kulihat senior Bae tertawa.

"Aahh aku terlalu banyak bicara yaa senior. Maafkan aku" ucapku sambil menggaruk tengkukku yang tak gatal sama sekali. Ia tersenyum ramah padaku.

"Aku senang kau mengadu padaku. Setidaknya dengan begini kita sudah selangkah lebih dekat bukan." Ucapnya yang membuatku bingung. Ia tersenyum padaku lalu berpamitan tanpa menjelaskan apa maksudnya itu. Aku pun tak menghiraukannya dan berlalu kembali masuk ke dalam ruang latihan.


"Kau dari mana Vhelia-ssi".

.
.
.
.
.

Halo readers,...
Maaf yaa aku vacum saaaaaaaangat lamaaaaa...
Ihihi...
Realku lg sangat sangat sibuk...
Jadi untuk bikin draft pun aku nyicil dikit2 dari beberapa bulan lalu,
Maaf yaa baru sempet update lagi n sekalinya update cm sedikit...
Karena udh kelamaan juga,
Aku jadi blm dpt2 ide lanjutannya gmn...
Semoga kedepannya aku dpt pencerahan lagi yaa biar gampang nulisnya,
Hehhe...
See you next chapter 😘😘😘

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 15, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I'm Assistent Idol (BTS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang