Bab 3 - Nasib yang bertolak belakang

15 0 0
                                    

"Nasi gorengnya 1, bihun gorengnya 1 sama teh manis dinginnya 2 ya." Pesan seorang wanita sambil membolak-balikkan kertas menunya.

"Oke, makan disini kan mbak ditunggu sebentar yaa.." Sahut Savira sehabis mencatat pesanan pelanggan dan bergegas pergi menghampiri Sari ibunya yang sedang memasak. Sari sendiri adalah koki di usaha kecil-kecilan yang mereka bangun ini, yaitu nasi goreng gerobak. Dengan bermodalkan sebuah gerobak nasi goreng, tenda kecil dan 5 buah meja lipat serta beberapa bangku plastik untuk pelanggan mereka yang ingin makan disini ataupun yang dibawa pulang. Dan usaha nasi goreng mereka ini cukup terkenal dengan lokasi yang cukup strategis di perempatan kaki lima membuat usaha nasi goreng mereka selalu ramai akan pelanggan.

Savana dan keluarganya membuka usaha nasi goreng gerobak ini sudah lebih dari 2 tahun dengan menu andalan mereka yaitu nasi gorengnya yang sangat terkenal lezat dan murah. Tetapi selain nasi goreng terdapat juga beberapa menu pilihan lainnya seperti ifu mie, bihun goreng, mie tiau dan aneka minuman serta jus lainnya.

Mungkin menurut sebagian orang dengan memiliki usaha sendiri berarti hidup mereka sudah lebih dari cukup, tapi tidak bagi mereka. Mereka membuka usaha ini bukan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka melainkan untuk membayar hutang pada rentenir yang diwariskan oleh almarhum ayahnya.

250 juta adalah nominal pinjaman awal yang harus mereka bayar kepada para lintah darat itu. Namun nominal itu juga belum termasuk dengan bunganya yang terus bertambah setiap tahunnya. Bahkan dengan menjual harta satu-satunya yaitu rumah mereka juga belum mampu melunasi hutang tersebut. Atau dengan kata lain hutang mereka tidak akan habis sepanjang hidup mereka. Hal ini jugalah yang membuat Savana bekerja banting tulang diberbagai tempat untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka agar dapat membiayai sekolah Savira adiknya, serta mengubur mimpinya untuk dapat sekolah di perguruan tinggi.

"Bu ini pesanannya nasi goreng 1 sama bihun gorengnya 1. Kak Savana mana ya bu kok udah jam  segini belum pulang kerja?" tanya Savira kepada ibunya yang sedang memasak.

"Mungkin banyak kerjaan yang belum selesai kali makanya lama. Udah gih sana buatin minumannya untuk mereka, biar gak lama nunggunya." Savira langsung mengangguk dan bergegas membuat minuman pesanan pelanggan.

Sementara itu Savana yang baru saja sampai di tempat jualan mereka langsung memarkirkan sepeda motornya dan menghampiri ibunya. "Bu maaf terlambat, hari ini banyak rantangan yang harus diantar, Savira mana?" tanya Savana sambil menyalam Sari. "iya gak apa-apa, Savira lagi buat minuman tu untuk pelanggan, kamu istirahat aja dulu lagian belum ramai." Jawab Sari sambil mengaduk nasi goreng yang dimasaknya pada kuali.

Savana langsung melepaskan jaket yang dipakainya selama kerja menjadi kurir rantangan dan juga meletakan tas kerjanya dibawah gerobak nasi goreng. Melihat ibunya yang dari tadi masak membuatnya tidak enak hati karena terlalu lama sampai "Sini bu biar Savana aja yang terusin masaknya, entar ibu capek mending ibu duduk aja."

Sari tersenyum mendengar penuturan Savana "Siapa bilang ibu capek? Ibu nggak capek kok" sembari melihati beberapa pelanggan yang datang menghampiri tenda mereka Sari mengarahkan Savana kesana "udah mendingan kamu kesana aja tuh liatin kalau ada yang mau mesan, biar ibu aja yang masak entar kalok ibu capek baru kamu yang masak."

Savana juga bisa memasak ia bisa dikatakan chef kedua disini, jadi di saat Sari tidak bisa masak dikarenakan lelah atau sakit maka Savana yang akan menggantikan posisinya. Salah satu putri yang mewarisi keterampilan memasak dari Sari ya Cuma Savana sementara kalau Savira ia tidak begitu terampil dalam memasak, ia hanya akan sangat terampil dalam merawat dirinya saja yang mana sesuatu yang jarang Savana lakukan pada dirinya sendiri.

"Beneran ni, yaudah entar kalau capek panggil Savana ya bu." Sari pun menanggapinya dengan tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Dasar gadis ini, padahal dia yang sudah capek seharian masih aja merhatiin orang lain, batin Sari.

My Gift BoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang