7. Taman dan Blue

404 73 2
                                    

Hogwarts, Durmstrang, Beauxbatons, Ilvermony milik J.K Rowling
IKA milik saya

! : typo

~~~

B l a c k H e a r t

~~~

18 Agustus 2020

"Kalau dibayangkan, IKA keren juga ya."

Suara dentingan sendok beriringan dengan ucapan dari Drake tadi. Semua pandangan terfokuskan kepada pria yang memiliki alis seperti angry bird itu. Termasuk dengan Win, yang sedari tadi hanya diam menikmati makan siangnya. Moodnya sangat buruk. Orang tuanya yang sedang mempertaruhkan nyawa di London, kakaknya yang tidak mau berbicara dengannya dan tentu saja rasa rindu untuk Bright yang beberapa hari ini semakin membesar.

Bright benar-benar menghilang, bahkan yang seharusnya jadwal hari ini adalah bimbingan seni dan musik harus diganti dengan olahraga quidditch.

"Bayangkan saja, Indonesia yang terkenal dengan sihir hitam terkuat. Bahkan pengadilan sihir dunia saja memperkirakan tidak akan ada sekolah sihir yang terbentuk di Indonesia, IKA dapat membantah itu semua. Salut banget deh sama kakek kalian." Drake menunjukkan kedua jempolnya kepada Win dan Mix.

"Kira-kira IKA aman gak ya dari serangan penyihir hitam?" tanya JJ, membuat mereka semua terdiam memikirkan jawabannya.

"Gw yakin sih aman, ya lu bayangkan aja deh, sihir hitam banyak nih disini, ya kali para dukun bisa di lawan." Perkataan Drake mendapat kekehan geli dari Mix, pria itu menggelengkan kepalanya.

"Gak yakin, bisa aja target utamanya seluruh dunia. Yang sekelas sama Hogwarts aja udah udah mulai hancur sama mereka, untung AJ udah pulang dari kemarin, kalau gak, pasti diperkirakan AJ udah gak selamat." Mix berucap dengan tenang, menyendokkan sup buah ke dalam mulutnya.

"Iya juga sih. Kalian gak ada curiga sama anak IKA? aku sih curiga sama Blue, kadang dia ada, kadang dia tiada entah pergi kemana. Agak khawatir juga sama Win yang sekamar sama dia." JJ menatap Win khawatir. Namun, yang ditatap hanya tersenyum tipis seolah mengatakan 'aku baik-baik saja'.

"Blue? biasa aja sih dia nya, seharusnya kalian lebih curiga sama kak Bright, dia tuh kabarnya peny-"

"Ekhm, aku duluan ya, mau ngambil buku di perpus." Win yang diam akhirnya memotong perkataan Drake, Ia berdiri dari duduknya lalu bergegas pergi dari sana.

Pembicaraan tentang Bright selalu ia hindari sebisa mungkin. Bukan tanpa alasan. Sering kali tuduhan serta sumpah serapah mereka lontarkan untuk Bright.

Mereka hanya tidak paham, bagaimana baiknya seorang Bright di mata Win.

"Win, mau kemana?"

Langkah kaki Win terhenti. Ia menatap ke arah tangga asramanya. Blue ada di sana, lengkap dengan seragam quidditch yang ia kenakan.

Pria yang merupakan seorang pangeran kerajaan itu, baru saja direkrut oleh tim quidditch asramanya sebagai seorang seeker. Win tidak terkejut tentu saja, disaat pelajaraan olahraga quidditch oleh kak Off tadi dilaksanakan, Blue sangat pandai dan paham tentang permainan sapu terbang itu.

"Ke perpus, tapi gak jadi, mungkin mau tidur siang aja deh." Win tersenyum tipis, berjalan mendekati pria itu dengan langkah lesunya.

"Tidak ada kelas?"

"Ada, tapi sore nanti."

"Ayo ikut denganku."

Belum sempat Win membalas perkataan itu, tangannya sudah ditarik oleh Blue entah kemana.

Win hanya dapat menahan napasnya. Sentuhan tangan hangat ini, membuat pikirannya tiba-tiba kosong, dada nya kembali berdetak dengan kencang dan perasaan aneh menghampiri dirinya.

Ada apa ini?

"Bright..." gumamnya tanpa sadar.

~~~

"Bukannya kamu mau latihan quidditch ya?" Win berucap sambil memetik sebuah bunga berwarna ungu yang terlihat cantik itu.

Perasaannya yang kurang baik langsung berubah saat tangan hangat milik Blue membawanya ke taman yang dihiasi beberapa jenis bunga yang terlihat sangat indah. Win sangat menyukai ini. Di rumah, jika ia tidak ada kegiatan, biasanya Win akan merawat tanaman yang dimiliki kakeknya, kecuali si Mandrake. Win tidak suka dengan tangisan tanaman itu yang mungkin saja bisa membuat gendang telinganya pecah.

"Izin sekali tidak apa-apa bukan?" Blue tersenyum tipis. Pria itu duduk di salah satu bangku yang ada di taman tersebut, sambil memandangi Win yang terlihat antusias dengan pemandangan di depannya.

"Blue, bunga putih buat mu, kau kan suka warna biru." Win memberikan setangkai bunga daisy itu kepada Blue sembari terkekeh geli mendengar ucapannya sendiri. Ia teringat dengan hari pertama mereka disini, Blue mengatakan dia suka warna biru tetapi malah memilih warna putih, sungguh aneh dan sukses membuat Win gemas.

"Terimakasih Win, tetapi aku lebih suka warna hijau."

Win terdiam, memandangi Blue yang sekarang tengah menatap bunga pemberiannya.

'Blue memang sedikit aneh.' Pikirnya, membenarkan opini JJ di Great hall tadi.

Diam. Mereka berdua kembali sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Win, jika IKA diserang apa yang akan kau lakukan?"

"Aku akan melawan semua penyihir jahat, karena mereka pantas mendapatkan balasan." Win berucap dengan serius, ia menghempaskan pantatnya di samping Blue.

"Sejujurnya aku takut," ucap Blue dengan lirih.

Win menatap pria itu dalam. Blue nampak tidak tenang. Hampir sama dengan sikap Bright saat di Panemorfi beberapa hari yang lalu.

Dengan sigap, Win menepuk bahu tegap itu pelan.

"Tenang saja. Jika mereka semua menyerang IKA, izinkan seorang Metawin ini menjadi tameng. Lalu, aku akan melindungimu." Win tersenyum lebih cerah dari cahaya matahari siang ini.
Ucapannya bahkan terdengar lebih nyaring dari suara ombak. Membuat Blue yang berada di sampingnya tersenyum tipis.

"Aku harap juga begitu, Metawin."

~~~

Black Heart - Brightwin [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang