9. Pria Pantofel

447 75 26
                                    

Hogwarts, Durmstrang, Beauxbatons, Ilvermony milik J.K Rowling
IKA milik saya

! : typo

~~~

B l a c k H e a r t

~~~

31 Agustus 2020

Keheningan menutupi malam yang dingin. Tak ada yang dapat berani bersuara sekalipun. Kepala Sekolah di depan sana nampak terdiam sambil memikirkan sesuatu.

"Aku ingin kalian terus tetap hati-hati, kekuatan mereka mulai tak terlawan, beberapa auror dari Indonesia sudah tewas di Amerika sana. Dan untuk izin liburan natal, sekali lagi, sekolah tidak akan memberikan izin. Sekian pengumuman hari ini, kalian bisa kembali ke asrama masing-masing." Jennie Panhan menyudahi ucapannya.

Semua siwa mengangguk patuh, berdiri dari duduknya dan mengekori para prefek asrama.

"Kalian tahu tidak? aku mendengar berita dari televisi yang mengatakan jika mereka melihat sosok astral berwarna hitam melayang di langit Jakarta. Aku melihat video nya dan ternyata itu dementor. Sial, pantas saja kepala sekolah menyuruh kita berhati-hati, ternyata penyihir hitam sudah mulai terlihat, tidak mungkin kementerian sihir London mengirimkan dementor jika tidak ada kejahatan yang terjadi."

Win yang baru saja bergabung dengan teman satu asrama nya itu langsung terkejut bukan main.

Dementor? makhluk hitam jelek itu kenapa bisa sampai ke Indonesia?

"Jujur, aku sedikit takut, Ibu ku menyuruh aku untuk pulang, ternyata kepala sekolah tidak mengizinkan."

"Kita harus patuh, siapa tahu kepala sekolah perlu bantuan jika sekolah kita terkena serangan."

Ruang rekreasi asramanya kembali hening. Pikiran mereka dipenuhi beberapa pertanyaan yang menyatu dengan ketakutan di dalam hati.

Bagaimana jika IKA diserang?

Bagaimana jika ini akhir dari semuanya?

Bagaimana jika mereka tidak dapat pulang ke rumah?

Bagaimana jika mereka semua kehilangan nyawa?

Win menggigit ujung kukunya gelisah.

4 hari setelah dirinya dikatakan sampah oleh Bright, hidup Win menjadi suram.
Ia lebih banyak diam. Menjadi pribadi yang sangat berbeda dari biasanya.

Jika kalian menanyakan apakah Win membenci Bright? tentu saja Win akan menjawab dengan tegas bahwa dia tidak membenci pria itu sedikitpun. Ia hanya kecewa dan malu. Teringat dengan sikapnya yang sangat menganggu itu.
Tentu saja Bright benci dengan dirinya, tentu saja, sikap Win benar-benar menyebalkan. Mana ada orang di dunia ini yang baru 3 hari  berkenalan dengan lancangnya mencium pipi orang lain?

Win mendesah kecil, mengusap pangkal hidungnya yang terasa pegal.

"Mau tidur aja apa masih ingin ikut gibah?" JJ bertanya kepada Win, mengusap surai hitam miliknya dengan lembut.

Win merentangkan tangannya ke atas, "gendong," ucapnya pelan, disambut kekehan geli dari JJ.

Pria itu membawa Win ke dalam pelukannya lalu menggendong Win seperti bayi koala besar yang manja.

"Drake, gw duluan ya?"

"Yoi, selamat tidur manies." Drake mengedipkan matanya ke arah Win, membuat pria bergigi kelinci itu menjulurkan lidahnya kesal.

"Jeje... Win berat gak?" JJ menggelengkan kepalanya sebagai jawaban, menaiki beberapa anak tangga menuju kamar miliknya dan Drake.

Benar, semenjak insiden di taman belakang yang melibatkan dirinya dan Bright. Win dipaksa oleh Mix untuk tidur dengan JJ.
Sepupunya itu hanya sedikit ragu dengan sikap Blue yang menurutnya aneh itu.

"Hatinya masih sakit ya?"

"Pertanyaannya random banget sih Je."

"Jangan pernah sedih ya, Win. Aku, Mix dan Drake selalu ada buat kamu."

Win menganggukkan kepalanya patuh, walaupun di dalam hatinya yang kecil itu berteriak dengan kencang tentang bagaimana ia merindukan Bright.

'Kak Bright baik-baik saja bukan?'

~~~

Seseorang dengan pakaian serba hitam serta dengan topeng berlapis emas itu memasuki gedung gelap di barat daya kota London. Ditangannya tergenggam erat sebuah tongkat sihir dengan corak emas yang membuat siapa saja akan menginginkannya.

Tangannya terulur, membuka gagang pintu secara manual tanpa sihir sedikitpun.

Suara sepatu pantofel hitam miliknya memecah keheningan. Di dalam ruangan tersebut semua mata memandanginya dengan senyuman miring.

"Kau datang juga," ucap seseorang dengan aksen Britishnya yang kental, membuat pria yang baru saja duduk bergabung dengan kumpulan manusia berseragam hitam itu tersenyum miring sebagai balasan.

"Mortuus masih rumah bagiku, ya... walaupun ini semua terlihat menjijikkan."

Gelak tawa memenuhi seluruh ruangan, banyak dari mereka yang mengerti dengan humor seperti itu.

"Lalu, pangeran tampan ini ketinggalan apa?" tanya pria bersepatu pantofel tersebut sambil memutar tongkat sihirnya yang diapit oleh jari tengah dan telunjuknya.
Matanya menelusuri setiap kursi yang di duduki oleh beberapa penyihir dari berbagai negara.

"Mortuus AS sudah menjalankan semua misi dengan baik, Ilvermony sudah hancur. Beberapa desa penyihir hangus terbakar karena keganasan mereka. Sayangnya mereka tidak berani menganggu kehidupan no-maj, kau tahu sendiri penyihir dan no-maj sudah berdamai sedari dulu, perjanjian mereka tidak bisa dibantah karena konsekuensinya tinggi."

"Tetap saja mereka terlalu lemah, ingin menguasai dunia tetapi dengan sebuah perjanjian saja takut," cibir seorang perempuan dengan rambut blonde nya. Perempuan itu meludah sembarangan, merasa jijik dengan Mortuus AS yang menurutnya terlalu lemah.

"Tutup mulut mu, setidaknya mereka berani mengambil tindakan, tidak seperti mu yang hanya berlindung dibawah kekuasaan Domine."

Kelah telak, perempuan blonde itu akhirnya berdecih kesal.

"Bagaimana dengan London?" pria pantofel kembali bertanya, suara tenangnya membuat mereka semua sempat terdiam sebentar.

"Sebagian sudah hangus, tetapi ada seseorang yang sangat sulit di lawan, kau tahu dia siapa."

"Auror kesayangan dunia, Song Joong Ki. Cih, mendengar namanya saja sudah membuatku muak."

"Kau merasa kalah dengannya, Foei?" tanya pria pantofel terkekeh geli.

"Jujur, iya aku kalah. Cuma Domine yang bisa melawannya," jawab Foei tegas, mendapat beberapa gelak tawa remeh dari beberapa orang di dalam ruangan itu.

Mereka semua terdiam sebentar, lalu akhirnya seseorang yang disebut mereka sebagai Domine berdiri dari duduknya. Sedaritadi ia hanya diam, menatap pria pantofel, Foei dan perempuan berambut blonde dengan tenang tanpa banyak bicara.

"Aku ingin kalian segera menuntaskan semuanya sebelum tannggal 3, lebih dari itu aku akan turun tangan dan akan membunuh kalian semua yang lalai dari tugas."

Domine terdiam sebentar, mengarahkan pandangannya keseluruh penjuru ruangan dengan tatapan tajam miliknya sambil menunggu jawaban.

"Tentu saja, kami mengandalkan mu, Blue Pongtiwat."

~~~

TBC

gimana? udah dapat titik terangnya belum? :'v

Black Heart - Brightwin [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang