4

563 60 0
                                    

(14th day)

"Jaemin, ibu akan sibuk sekali. Jadi selama seminggu ibu akan keluar kota, kau harus melayani Jeno ya? Jangan menolak!"

_What?_

"Ibu~ aku tidak mau, lagipula dia bisa sendiri. Kan dia sudah SMA, punya tangan dan kaki. Kenapa harus aku?"

"Kau tuan rumahnya sekarang tuan Na, jangan buat ibu marah."

"Ibu tidak tahu-"

Jaemin menutup mulutnya, ibunya menaikan alisnya.

"Apa yang tidak ibu tahu?"

"Maaf, akan Jaemin turuti. Tapi Jaemin tidak bisa berjanji."

"Terserahmu saja, yang penting ibu sudah mengingatkanmu. Jaga diri kalian ya~"

"Baik tante."

"Hati-hati . . ."

Jaemin menutup pintu rumah dengan lemas, sangat tidak beruntung sekali. Ia berbalik dan berkacak pinggang di hadapan Jeno.

"Kalau ada sesuatu, katakan saja. Tapi jangan sesuatu hal yang berat."

" . . . Kau membenciku?"

"Astaga~ kenapa kau malah menanyakan hal itu? Aneh."

"Aku tanya sekali lagi, kau membenciku?"

Jaemin mengusap wajahnya kesal, ia mencoba menenangkan diri.

"Sebenarnya apa yang kau mau Jeno? Aku tidak mau berdebat."

"Hanya menjawab, katakan sejujurnya."

Jaemin menggeleng, tidak habis pikir. Ia sangat pusing sekarang, pertama Jeno menginap disini, kedua pasti bertemu setiap hari, dan ketiga harus melayani anak ini.

"Jika aku katakan aku membencimu, kau percaya?"

"Apa karena saat itu?"

"Sekarang bukan saatnya membahas itu . . . aku tahu saat itu kau tidak menjawab karena aku sangat menjijikan. Jadi lupakan saja.

Disini aku berusaha sebaik mungkin untuk melupakannya, jadi tolong kerjasamanya."

Jaemin meninggalkan Jeno, lebih memilih berdiam diri di kamar daripada melihat wajah Jeno.

Bam!

"Aku benci ini!!!! Kenapa dia harus ada di disini . . . ."

Ia menyentuh dada sebelah kiri, detak jantung itu begitu berirama kencang. Cinta seperti ini menyiksanya, tidak memberikan kepastian yang jelas.

Tak menjawab atas pertanyaanmu.

Jadi dia harus bersikap seperti apa? Karena rasa ini tidak bisa hilang sama sekali di hatinya.

_Bodoh . . . tolong Tuhan, bantu aku move on darinya._

To be Continue

- Din.

𝘽𝙚𝙝𝙞𝙣𝙙 𝙏𝙝𝙚 𝘿𝙤𝙤𝙧 | 𝙽𝙾𝙼𝙸𝙽Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang