18.

13.3K 1.6K 264
                                    

"Jen hiks hiks i-injun ta-takut hiks"





















Jeno meregangkan tubuhnya, sudah larut malam, dia tak menyadari itu karna terlalu fokus bekerja menyelesaikan bahan presentasinya untuk besok pagi, jeno membuka ponselnya, hanya untuk sekedar mengirim pesan singkat kepada pujaan hati "aku otw pulang" Singkat tapi renjun yang meminta untuk selalu memberitahunya, biasanya pesan itu akan dibalas dengan emoticon mata berbinar atau tidak dengan pesan suara renjun yang berteriak kegirangan, jeno mengernyit bingung, sudah hampir 7 menitan tak ada balasan apapun dari sang istri
"Apa udah tidur ya?" Gumam jeno lalu mengendikkan bahunya, mungkin saja renjun sudah tidur, karna mama doy sama papi jae lagi ada perjalanan bisnis keluar negri, jadi renjun ga ada temen ngobrol mungkin jadi udah tidur, jeno membereskan meja kerjanya, setelah dirasa cukup rapi dia mulai melangkah meninggalkan area kantornya

"Hujan?"

Ternyata hujan, malam yang begitu dingin pikir jeno, dengan segera jeno mengendarai mobilnya meninggalkan area kantor, hujan semakin lebat, membuat jeno memelankan laju mobilnya, berbahaya jika ia mengebut di tengah hujan deras seperti ini, petir menyaut di mana-mana, benar-benar terasa mencekam

Jeno sedikit menaikkan pedal gas, ia ingin cepat sampai rumah, terlihat menyeramkan diluar rumah dengan hujan  deras juga petir yang bersahutan seperti ini

*****

"Aku pulang~"

Jeno sedikit bingung, tak ada sambutan dari renjun, biasanya pria manis itu akan berlari lalu melompat kedalam pelukannya, apa benar renjun tertidur? Dengan segera Jeno melangkahkan kakinya menuju kamar, sepi juga sunyi, hanya terdengar suara petir dari luar rumah, Jeno mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru kamar tapi dia tidak mendapati sosok yang dicarinya

"Sayang~ kamu dimana?"

Jeno berjalan mendekati ranjang, ia menaruh tas kerjanya
"Renjun sayaaaang"
Masih tak ada sautan, Jeno mulai panik, renjun kemana? Ia mulai merasa takut, ini persis seperti yang ia alami hari itu, hari dimana calonnya meninggalkannya, jangan sampai kejadian waktu itu terjadi lagi, Jeno terlihat frustasi, sebelum atensinya melihat sosok yang ia cari itu tengah memeluk lututnya dibalik pintu, tubuh itu terlihat bergetar juga isakan pilu itu Jeno dengar, ia segera menghampiri renjun

"Renjun.. "

"Hiks hiks tolong,aku takut hiks hiks"

Renjun memberontak sambil berteriak minta tolong saat Jeno menyentuh bahunya, Jeno semakin mengeratkan pegangannya "hey hey sayang, ini aku, ini aku Jeno" Ucap Jeno sedikit berteriak juga mengguncang bahu sempit itu, renjun membuka matanya, melihat sosok yang sedari tadi ia tunggu itu tengah duduk didepannya, tanpa pikir panjang renjun langsung memeluk tubuh Jeno erat sampai Jeno terjungkal kebelakang, untuk aja tenaga dia ga kalau kuat sama renjun

"J-jeno hiks, t-tolongin injun hiks hiks, i-injun takut hiks Jenooooo"

Tubuh renjun bergetar, ia makin terisak, meremas kemeja kerja Jeno kuat, ngebuat Jeno jadi khawatir, ini renjunnya kenapa

"Sssttt I'm here babe, are you okay?"

Renjun ngegeleng kuat, Jeno ngelus punggung itu lembut, menyalurkan kenyamanan agar renjun bisa lebih tenang

"Can you tell me what happened with you?"

"I-injun takut suara petir hiks, atau takut, Jeno lama banget pulangnya, udah tau injun sendiri dirumah, huaaa Jeno injun takut hiks"

Jeno mengangguk paham sekarang, rupanya pujaan hatinya takut suara petir, Jeno mengeratkan pelukannya, merasa bersalah karna membiarkan renjun sendirian dirumah
"Aku disini sayang, sssttt jangan takut ya"
Renjun mengangguk, setidaknya sekarang ada Jeno, tidak seperti tadi, sendirian dengan suara petir yang saling bersautan, renjun serasa akan pingsan

From Huang to Be LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang