35.

9.3K 1.1K 295
                                    

Terlalu cepat, terasa begitu cepat, waktu terasa berdetik begitu saja, hampa dan kosong, tak ada gairah hidup, tapi ia memang harus melanjutkan hidupnya, Huang Renjun, pria yang dulunya tampak ceria sekarang hanya muka hampa dan kosong yang terlihat, ia tertawa, tapi begitu hampa suaranya, sejak kejadian malam itu, senyum manis yang menjadi favorite semua orang terasa hambar, Huang Renjun yang malang, kata orang-orang

"Ma ma"

Renjun melihat kearah anak yang sudah berusia satu tahun itu, chenle, memanggilnya dengan suara lucunya, renjun mengusap air matanya lalu tersenyum "kenapa sayang?"

"Pa pa"

Renjun tak kuasa menahan tangis, ia kembali menunjukkan sisi rapuhnya pada sang putra, renjun memeluk chenle erat "papamu disana nak hiks hiks, jeno-ya.. Kita merindukanmu, cepatlah bangun hiks hiks" Renjun berdiri dibalik kaca, melihat sosok pria yang sudah 2 bulan lamanya terbaring lemah disalah satu brankar rumah sakit, karna kejadian malam itu benar-benar membuat suaminya itu tak berdaya, lihatlah selang yang mengitari tubuhnya, renjun tak kuasa menahan tubuhnya, ia terduduk dilantai, sudah jadi pemandangan biasa bagi orang-orang, karna setiap hari pria manis itu akan menangis tersedu saat melihat orang yang didalam ruangan ICU

"Aku merindukanmu Jeno"

"Ma ma.. Pa pa"

Renjun mengangguk "iya sayang, papamu akan bangun sebentar lagi" Chenle tertawa senang mendengar ucapan mamanya, tawa yang mampu membuat hati renjun mencelos, sungguh sakit cobaanmu ya Tuhan, kejadian malam itu, apa kalian tau? Disaat manusia brengsek itu membuat suaminya menjadi seperti ini

Flashback on

Malam itu, dimana jaemin mengirim pesan untuk Jeno, renjun tau itu, ia ber pura-pura tidur, ia mendengar semua percakapan Jeno dengan jaemin, tentang jaemin yang menghianati Jeno dan sekarang tengah mengandung tapi kekasihnya tak mau bertanggung jawab, renjun tau itu, ia dengar semuanya saat jaemin menceritakan kalau ia membunuh kekasihnya itu, renjun sedikit tertegun, pria dengan senyum manis itu ternyata bisa berlaku sekejam itu, saat Jeno menghentikan omong kosong jaemin, saat Jeno memutuskan sambungan telponnya, saat Jeno memutuskan untuk tidur dengan memeluknya erat, renjun merasakan hangat yang mendalam, tapi itu tidak lama, karna suara nyaring tiba-tiba saja terdengar, renjun terperanjat kaget, disusul suara tangis chenle yang menggema, renjun mendongak saat mendengar rintihan tertahan Jeno, ia melihat kearah jendela kamarnya, dimana jaemin tengah tersenyum sembari menodongkan pistolnya kearah mereka, renjun terkejut, saat kaos oblong yang dikenakan Jeno mulai berganti warna, merah pekat membuat renjun langsung menangis tersedu, jaemin menembak cintanya, jaemin menembak dunianya, sejak kejadian itu renjun merasakan hampa, saat Jeno mengusap wajahnya sembari menahan sakit, senyum manis yang selalu Jeno tampilkan, lenyap saat mata yang selalu menatapnya penuh puja itu menutup, renjun memeluk Jeno sembari berteriak meminta tolong, karna suara bising itu membuat tetangga pada berhamburan menghampiri mereka

"Bertahanlah sayang hiks hiks jangan tinggalkan kami, chenle masih terlalu kecil jeno-ya hiks hiks, kamu bahkan belum mendengar suaranya memanggilmu papa, bertahanlah untuk kami"

Flashback off

Mengingat kejadian itu, hah membuat renjun kembali merasakan sakit, melihat wajah kesakitan Jeno adalah sebuah hal yang sangat membuatnya trauma, sudah 2 bulan lamanya ia menunggu, tak ada tanda-tanda Jeno akan bangun lalu memeluk nya, menciumnya juga mengatakan cinta padanya, renjun merindukan sosok lembut Jeno, kapan pria itu akan bangun?

"Renjun.. Kamu harus pulang, ini udah malem, kasian chenle"
Itu mama doyoung, renjun menggeleng, masih setia menatap pria itu dibalik kaca, menggerakkan jarinya seolah tengah mengusap wajah pucat itu, bahkan tubuh itu terlihat semakin kurus saja, renjun tak tahan melihat itu

From Huang to Be LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang