08 (Separuh Jiwa Jiji)

1.5K 213 6
                                    


Hares bukannya salah satu manusia yang memiliki rasa peduli nan tinggi, ditinggal bunda semenjak umurnya delapan tahun dan ditinggalkan ayah di saat usianya sebelas tahun, serta ditinggalkan Jiji di masa remajanya membuat Hares cukup menjadi manusia yang amat apatis, tapi ia tak bisa melepaskan kodratnya sebagai manusia yang memiliki nurani. Oleh sebab itulah dia ada di sini, berada di jalanan yang sedikit dilalui oleh orang-orang dan harus menghadapi para preman yang memiliki badan jauh lebih besar dari dirinya.

Jika nuraninya sudah lama mati, ketika mendengar suara minta tolong yang melengking, ia mungkin tak segan-segan pergi dari sana dan membiarkan apa yang terjadi. Namun masalahnya, dia masih punya nurani yang berfungsi dengan baik, dan Hares tak bisa mengabaikannya begitu saja.

"Kita nggak bakalan ngabisin lu kalo lu pergi dari sini dan biarin kita bertiga," ujar seorang dari mereka, dan kelihatannya yang barusan memberinya tawaran adalah pemimpin di antara mereka. Terlihat dari cara bicaranya yang berwibawa dan wajah garang miliknya.

Tawaran itu sempat menggoyahkan hatinya, karena sejatinya biar dia sering mengatakan ingin mati. Hares tak benar-benar ingin melakukannya. Kalimat itu terlintas begitu saja di saat ia kesepian ataupun merasakan kesedihan. Semacam kalimat putus asa yang mungkin sering diucapkan oleh orang-orang saat mengalami kesulitan dalam menjalani hidupnya, dan Hares satu dari segelintir orang-orang tersebut.

"Kita bisa aja berubah pikiran, pergi atau lu habis sama kita bertiga?" tukas seseorang yang tadi memberinya penawaran untuk pergi, namun ketika melihat wajah sang gadis yang terlihat ketakutan dan tak berdaya, mana mungkin Hares tega pergi meninggalkannya? Biarpun Hares itu cengeng dan sangat rapuh, tetap saja dia adalah seorang lelaki.

"Tiga lawan satu, lo semua sini maju lawan gue!" teriak Hares memicu perang di antara mereka. Walaupun ia tak yakin akan menang, Hares akan tetap melawan.

"Gue udah ngasih warning dari awal, bisa aja lu mati di tangan kita bertiga," tukas sang pemimpin congkak.

"Bacot mulu, sini maju!"

Teriakan Hares sejatinya bikin harga diri ketiga preman itu terkoyak, tanpa memikirkan apa pun ketiganya maju melawan Hares. Menyerang lelaki malang itu tanpa ampun. Memukulinya dengan membabi buta dan Hares masih berusaha untuk melawan.

"Mati lu mati lu, anjing!" teriak seorang preman tanpa henti menendang tubuh Hares, dan anak itu berusaha melawan setiap serangan dengan melindungi dirinya menggunakan kedua tangan, yang penting mukanya jangan sampai terluka. Jika pun dia mati di sini, setidaknya orang-orang masih bisa mengenali wajahnya.

"Bangsat!" teriak Hares berusaha menahan kaki salah satu dari mereka yang siap menendang wajahnya, dan dengan sisa tenaga yang ada, anak itu menarik kaki sang preman dan berusaha menjatuhkan tubuh si preman hingga akhirnya lawannya itu tumbang dengan bagian belakang kepala yang langsung menghantam aspal hingga tak butuh waktu lama, aspal itu sudah digenangi oleh warna merah kental darah yang membuat dua orang yang melawannya itu bergidik tak berkutik menyaksikan apa yang tengah terjadi.

Berhasil bikin kedua musuhnya lengah, Hares dengan sigapnya menendang mereka secara bergantian dan berlari mendekati sang gadis yang terpaku ketakutan dengan napas yang sedikit terengah.

"Enggak ada waktu lagi, ayo pergi!" teriak Hares menggenggam tangan sang gadis dengan erat dan hendak melarikan diri dari tempat perkara, dia tak bisa lagi melawan atau mereka berdua beneran bakal tewas. Namun naasnya, salah satu dari musuh lebih cekatan dari Hares hingga tanpa takut menusuk Hares menggunakan pisau hingga mampu membuat lelaki itu tersentak.

Ma Bro JijiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang