3. First Quarter

31 7 0
                                    

3. First Quarter

====================================

"Kenapa dirimu terlalu bersinar, Kak?

Meredup lah sedikitagar aku terlihat

dan tidak lagi tertutupi cahaya mu."

====================================

Dulu, hidup Bulan itu indah. Ayah, Bunda, dan Kakak yang selalu sukses membuat senyumnya terukir lebar, membuat dia selalu bersyukur telah lahir di dunia ini. Semuanya terasa sempurna, hingga Bulan tak lagi meminta apa pun pada Tuhan, selain meminta kebahagiaan untuk keluarga kecilnya.

Hingga suatu hari, kejadian itu terjadi. Saat di mana sang Kakak berdebat hebat dengan Ayah di ruang tamu. Saat itu Mentari duduk di bangku kelas dua belas, dan Bulan sendiri yang memiliki selisih empat tahun dengan Kakaknya masih duduk dibangku kelas delapan.

Mereka berdebat saat sang Kakak mengutarakan mimpinya yang ingin menjadi seorang idol, sedangkan sang Ayah keukeuh memaksa agar putri sulungnya itu melanjutkan memimpin perusahaan. Mereka berdebat, hingga Mentari nekat melakukan mogok makan, yang mengakibatkannya masuk rumah sakit di hari ketiga ia melakukan pemberontakan itu.

Melihat anak sulungnya sakit, sang Bunda menangis. Beliau meminta pada Bulan kecil agar mau melanjutkan perusahaan, beliau berharap tak ada lagi pertengkaran yang akan terjadi dengan membiarkan Mentari menggapai mimpinya.

Tak tega melihat sang Bunda menangis, Bulan kecil mengangguk dengan air mata yang ikut menetes karena sedih melihat kondisi sang Kakak yang terbaring di atas brankar rumah sakit, di tambah sang Bunda memohon sambil menangis tersedu.

Sayangnya, keinginan sang Bunda tidak berjalan dengan mulus. Putri sulungnya memang sembuh dan diizinkan untuk menjadi idol. Namun, putri bungsunya sekarat dalam diam. Tak dapat menyerukan sakitnya, hanya karena tak ingin merusak kebahagiaan keluarganya.

Ia tertawa dibalik tangis yang tertahan. Ia tersenyum dibalik penyakit yang perlahan menggerogoti kesehatan tubuh. Ia terlihat sempurna dengan menyembunyikan segala kecacatan.

Itulah awal semuanya di mulai. Sejak hari itu sang Ayah mengatur berbagai macam les. Bahkan sang Ayah tak segan mengurungnya di gudang saat Bulan tak memenuhi standar beliau. Bersyukur karena Bulan memang anak yang pintar, sehingga tak menimbulkan banyak celah yang dapat membuat Ayah menghukum dirinya.

Itulah kisah yang tidak diketahui oleh sang Bunda dan Kakak tercinta. Kisah gelap yang tak terlihat karena saking bersinarnya keluarga mereka.

"Nggak belajar juga kamu udah pinter, Lan." Bulan menoleh, menemukan sang Kakak yang berjalan memasuki kamarnya dengan sebelah tangan yang membawa segelas susu cokelat.

Bulan terkekeh ringan, berkebalikan dengan hatinya yang menjerit ingin mengeluh kenapa sang Kakak sangat ingin menjadi seorang idol.

"Bulan harus belajar biar jadi hebat seperti Ayah."

Mentari meletakkan gelas di meja belajar adiknya yang terpenuhi oleh buku-buku dan kertas-kertas coretan, lantas memilih duduk di atas ranjang milik sang Adik. "Tapi nggak baik kalau nggak istirahat, Lan."

"Tenang aja, Kak Tari. Bulan nggak akan sakit, Bulan kan kuat," ujar Bulan lantas mulai meminum susu cokelat yang di bawa sang Kakak.

"Tenang aja, Kak Tari. Bulan nggak akan mati sebelum Kak Tari gapai impian Kaka."

𝐅𝐥𝐚𝐰𝐥𝐞𝐬𝐬 [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang