6. Waning Gibbous
====================================
"Aku lelah. Walau kau memintaku
untuk terus berjuang, tapi sungguh,
aku benar-benar lelah.
Maaf."
====================================
"Brengsek!" umpat Mentari saat melihat sang Ayah yang menggoda Bunda di meja makan.
Mentari berjalan tergesa, ia langsung menyentak pelukan sang Ayah yang tadi sedang memeluk Bunda dari belakang.
Plak
"Apa-apaan kamu, Mentari!" seru sang Ayah marah saat putri sulungnya itu tiba-tiba menampar pipinya dengan keras.
Plak
Tak menjawab. Mentari hanya kembali melayangkan tamparan pada wajah sang Ayah. Matanya berkilat emosi, terlanjur muak dengan wajah pria di hadapannya.
Bunda dengan panik langsung menghampiri suaminya, beliau bertanya keadaannya kemudian memandang putri tersayangnya dengan marah.
"Minta maaf pada Ayah, Tari," ujar sang Bunda sirat akan kemarahan, tapi masih mencoba meredamnya.
Mentari menggeleng, tersenyum miring pada sang Ayah. "Minta maaf padanya?" tanya Mentari remeh kemudian berdecih, "tak akan pernah!"
"MENTARI!"
Gadis itu tetap menatap tajam sang Ayah, tak peduli dengan teriakan sang Bunda. "DIA YANG HARUSNYA MINTA MAAF, BUNDA!" seru Mentari menunjuk wajah sang Ayah dengan benci, Ayahnya sendiri telah melayangkan tatapan tajam yang tak dihiraukan olehnya, "Ah, tidak. DIA HARUSNYA BERSUJUD SAMBIL MENANGIS MEMINTA AMPUN PADA BULAN!"
"MENTARI!"
Kini tatapan Mentari terlihat sayu saat mengalihkan pandangannya pada sang Bunda yang baru saja kembali membentaknya.
"Bulan terluka, Bunda," ujarnya lemah, tapi kemudian kembali menunjuk wajah sang Ayah, "BAJINGAN INI YANG MELUKAI ADIKKU!"
Bunda terdiam, mencerna apa yang terjadi. Sang Ayah kini melangkah ke depan, menghampiri Mentari dan—
Plak
"Kau pikir ini semua karena siapa?" tanya sang Ayah dingin. Tak lama senyum miring tercetak saat melihat putri sulungnya terdiam. "Ini semua karena cita-cita bodohmu itu!" teriak Ayah tepat di depan wajah putrinya.
Mentari terdiam, memandang ke depan dengan tatapan kosong. Otaknya secara otomatis mengulang memori dan tersadar jika hidup adiknya berubah saat ia keluar rumah sakit.
Ia baru menyadari, sejak keluar rumah sakit tiba-tiba sang Ayah menyetujui impiannya. Saat itu ia sangat senang sehingga tak menyadari perubahan sang Adik yang menjadi lebih pendiam dan jarang berada di rumah.
Tubuh Mentari terkulai lemas. Ia menangis dan meraung sambil memukul kepala dan mengumpati diri sendiri. Bunda yang terkejut dengan tindakan sang putri langsung menghampiri dan berusaha menghentikan pergerakannya. Sedangkan Ayah hanya diam berdiri dan memandang putri sulungnya.
Hingga sebuah suara tiba-tiba mengambil perhatian semuanya.
"Kak Tari kenapa?" tanya Bulan melihat sang Bunda yang memeluk Kakaknya yang tengah menangis dari jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐅𝐥𝐚𝐰𝐥𝐞𝐬𝐬 [✓]
Teen Fiction"Apa salah jika aku memiliki kekurangan? Aku juga manusia." Bulan sabit itu selalu dipaksa menjadi sempurna seperti sang purnama. Dan saat ia terlihat seperti purnama yang sempurna, dengan adil Tuhan menjadikannya kembali menjadi bulan sabit. Karena...