4. Waxing Gibbous
====================================
"Bahagia itu sederhana.
Dan untukmu, terima kasih
sudah membuatku bahagia."
====================================
Jangan kira dengan kesibukan keluarganya, Bulan bisa mengabaikan jadwal. Itu salah besar. Sudah satu minggu keluarganya tak ada di rumah, dan Bulan tetap menjalankan jadwal seperti biasa, yang berbeda adalah Bintang yang menemani kemana pun ia pergi. Seperti sekarang ini.
"Ini soalnya, kerjakan dengan baik, ya," tutur Bu Vio memberikan beberapa lembar kertas yang berisi soal-soal pelajaran sekolah yang belum dipelajari di sekolah. Dengan kata lain, Bulan mempelajari semuanya lebih awal.
"Bu, bisakah berikan juga padanya?" pinta Bulan menunjuk Bintang disebelahnya yang fokus pada ponsel. "Aku ingin bersaing."
"Ah, tentu jika dia mau." Bu Vio mengangguk-anggukan kepalanya memperbolehkan. Untung saja ia selalu membawa salinan pada setiap soal yang dibawanya.
"Pasti mau!"
"Tidak!"
Bulan menatap pemuda di sampingnya, saat Bintang menjawab Bu Vio bersamaan dengan ia menjawabnya. Sedangkan pemuda yang sedang ditatap itu masih fokus pada ponsel di tangannya. Karena kesal, Bulan pun langsung merampas ponsel milik Bintang.
"Ayo saingan," ujar Bulan saat Bintang yang kehilangan ponsel menatap ke arahnya.
"Nggak. Kembali—"
Bulan menggeleng tanda menolak mendengar ucapan Bintang.
"Nggak akan. Kerjain bareng dulu, baru aku kembalikan," potongnya, saat melihat Bintang hendak protes ia langsung melanjutkan ucapannya, "kalau kamu menang, kamu bisa meminta apapun."
"Apapun?" tanya Bintang memastikan, dan dijawab oleh anggukan mantap Bulan. "Beri aku soalnya, Bu."
Dan yang terjadi selanjutnya hanyalah keheningan dengan fokus masing-masing. Bulan dan Bintang yang fokus mengerjakan soal-soal, dan Bu Vio yang menatap keduanya dengan senyum teduh.
"Selesai!" seru Bulan senang dan langsung menyerahkan hasil pekerjaannya pada Bu Vio.
Ia memandang Bintang disebelahnya. "Tuh kan, pasti aku yang menang," ujarnya pongah. Tapi, Bintang mengacuhkannya dan tetap fokus pada soal yang tinggal diisi beberapa saja.
Tak berselang lama Bintang pun memberikan hasil kerjanya pada Bu Vio tanpa berucap apa pun. Menatap Bulan dan tersenyum yang terkesan mengejek. "Kita belum tahu hasilnya, Princess. Kamu siap-siap aja."
Di tengah perdebatan mereka, Bu Vio yang sedari tadi memeriksa hanya dapat tersenyum takjub. Setelah memeriksa semuanya, ia menatap kedua anak muda yang masih saja berdebat.
"Kalian hebat sekali!" puji Bu Vio takjub. "Baiklah, jadi hasilnya—"
"Aku menang, kan?" potong Bulan. "Kau harus traktir aku es krim," lanjut Bulan pada Bintang.
Karena gemas dengan gadis yang sedari tadi tak bisa diam itu, Bintang pun menekan kedua pipi Bulan dengan telapak tangannya. "Diam dulu," tutur Bintang gemas dengan bibir yang maju karena tekanan itu. Rasanya Bintang ingin mengecupnya saja.
"Lwephas," ujar Bulan tak jelas dengan kedua tangan yang berusaha menepis tangan pemuda itu.
"Diam, oke?" Dan Bulan pun hanya mengangguk, membuat kedua pipinya terbebas dari tangan raksasa milik Bintang.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐅𝐥𝐚𝐰𝐥𝐞𝐬𝐬 [✓]
Teen Fiction"Apa salah jika aku memiliki kekurangan? Aku juga manusia." Bulan sabit itu selalu dipaksa menjadi sempurna seperti sang purnama. Dan saat ia terlihat seperti purnama yang sempurna, dengan adil Tuhan menjadikannya kembali menjadi bulan sabit. Karena...