Gerimis datang malam itu.4 Tahun sebelumnya;
Seketika suara gemerincing bel cafe terdengar nyaring. Diikuti oleh pintu yang terbuka dan tertutup kembali, lalu aroma alami yang dihasilkan hujan yang jatuh ke tanah kering sedikit menguar dan Namu malam itu mendapati Jisoo berdiri di sana,
Jisoo dengan mantelnya yang tebal dan lumayan basah karena gerimis, gadis itu tetap berjalan menyisakan segaris senyuman tipis sebelum pria itu menyapanya,
"hey"walaupun saat itu suasana Jisoo sudah cukup dipenuhi dengan keraguan,
"hey.." Jawabnya singkatEntah sudah kesekian kali, hati miliknya berhasil dibuat lemah karena senyuman itu,
Memang, tidak ada yang tahu bagaimana cara takdir bekerja. Sebelumnya, Mereka cukup sering berada di satu waktu . tidak menutupi kemungkinan kalau Jisoo mengira hubungan Ia dengan Namu setidaknya sudah melewati batas pertemanan
"Maaf ya ,tadi sempat deras jadi aku neduh dulu" Ucap Jisoo memecah kebekuan. Ia bersiap meletakkan tas berlogo 'Line' itu diatas kursi.
Namjoon hanya menggeleng ringan tidak setuju dengan ucapan Jisoo , "It's ok. aku belum lama disini, Sini" tangannya terurai
Jisoo terlihat mematung,
"mantelmu, didalam cukup hangat,biar ku taruh disini"
...
"Besok kamu berangkat subuh, yakin gak ngantuk?" tanyanya lagi
Seperti tersengat listrik, dirasakan sentuhan panas di dadanya, Jisoo hanya terdiam
"Mau kuantar?""Jisoo?"
"Oppa"
"Hm?" Namjoon meraih kopi hangat dari atas meja dan menyeruputnya. Meskipun hanya memandangnya sekilas, ada banyak keraguan yang tersirat di kedua mata Jisoo, seolah ingin disampaikan lewat tatapan mata itu, Pria itu hanya berusaha untuk menutupinya
"Don't tell me you changed your mind? 3-4 tahun di sydney, gak lama kok" Dengan nada tenang namjoon menyodorkan mug berisi teh manis hangat kearahnya,
Gadis itu tentu tidak ingin membahas usulan ayahnya untuk berkuliah di sana, namun Ia tetap kembali menegakkan tubuhnya. Hanya saja sebelum tangan Namjoon meraih cup miliknya, kalimat itu pun terlontarkan begitu saja melalui mulut gadis itu,"Kita.. Benar-benar gak bisa?"
Pada hening di detik yang berjalan, Namjoon terdiam
Pria itu menelan air liurnya bulat-bulat. Setengah berat hati Ia mencoba untuk menjawab pertanyaan itu dengan tenang. sesakit apapun perasaan lawan bicaranya, ini sudah menjadi keputusannya,
"Sooya.."
"Kenapa?.. You took care of me, apa iya bertahun tahun kamu cuma menganggap aku adik??"
"Maaf Jisoo, aku–benar-benar"
"kamu benar-benar mau lihat aku pergi?? kim Namjoon.. please, aku cuma mau kamu jujur..."

KAMU SEDANG MEMBACA
Blaue Rose
Romance"Jika disuruh pilih ,kamu memilih yang mana?" "Ini" jawab Lee yura tanpa ragu "Forget-me-not..why?" "For specific reason-bunga ini mengingatkanku dengan..seseorang? 'Tak akan pernah melupakan seseorang yang tersayang. Baik Ia yang berada di atas at...