Familié: O1

2.6K 257 34
                                    

Hey!
Selamat pagi.

Don't forget to vote and comment dear ♥️.
Tolong jangan sider:( ayo komen ya guys.


Enjoy!

••••

"Sayang" rengek Rose kepada Jeffran. Suaminya itu masih tertidur walaupun sejak tadi Rose berusaha terus mengganggu tidur Jeffran.

"Sayang" rengek Rose sekali lagi. Bahkan Rose memeluk tubuh Jeffran dengan erat. Jeffran membalas peluk Rose. Membawa kepala wanita itu kedalam dadanya.

"Hmm?" Suara khas bangun tidur Jeffran terdengar. Rose mengusel di dada Jeffran.

"Aku mau nanas madu" ucap Rose. Jeffran mendudukkan dirinya dan mengusap wajah nya. Ia lirik jam yang menggantung di dinding.

"Sayang, masih jam 2 pagi. Tukang nanas juga masih pada ileran di rumah mereka" ucap Jeffran. Rose cemberut lama kelamaan. Tangisnya mulai pecah.

"Kamu ga sayang aku ya!" Ucap Rose seraya menangis tersedu-sedu. Air matanya mengalir deras. Jeffran tidak lagi panik seperti pertama kali Rose seperti ini. Kini laki laki itu memeluk Rose dan bangkit ke arah kamar mandi. Mencuci mukanya dan memakai jaket serta masker. Mengantongi kunci mobil di saku celananya.

Jeffran mendekat ke arah Rose. Dan mengelus perut buncit milik istrinya itu.

"Dedek dedek dengerin ayah ya. Ayah mau cari nanas madu yang dedek dedek pengen nih. Jadi jangan bandel ya, Nak" Jeffran mengecup perut Rose dan mengecup kening Rose.

"Aku berangkat dulu ya?"

••••

"Abang" Rose membuka pintu kamar anak sulungnya. Yang baru saja Rose lihat Jery tengah berdoa di atas sajadahnya. Ditangan kanan anaknya memegang kotak beludru yang Rose pikirkan isinya adalah Cincin untuk Manisha.

Gadis yang mampu menarik perhatian Jery.

"Eh Bunda, masuk aja, Bund" Ucap Jery. Rose mengangguk dan masuk kedalam kamar anaknya.

Hal yang pertama Rose cium adalah wangi Citrus bercampur mint, membuat Rose tenang. Rose duduk di kasur milik Jery. Menata bantal anaknya yang terlihat berantakan.

"Tadi ayah kesini terus bilang kalau Bunda pengen nanas madu" ucap Jery.  Tiba tiba Rose menangis.

Ya Tuhan, Rose sebenarnya tidak ingin menangis namun hormon kehamilannya benar benar membuatnya cengeng dan sangat sensitif.

"Bunda kenapa?" Tanya Jery dengan nada tenang. Rose mengusap air matanya dan mengusap perutnya.

"Abang bakalan cepat cepat ingin menikah ya?" Tanya Rose. Jery tersenyum mendengar pertanyaan Rose. Jery melepas peci dan melipat sajadahnya dan duduk di lantai berhadapan dengan Rose. Meraih tangan Rose dan mengelusnya.

"Bunda, semisal Abang menikah juga Abang bisa selalu jagain bunda dan adik adik. Keinginan Abang sekarang, mau lihat Bunda bahagia dan adik adik lahir dengan selamat. Kalau ditanya ingin menikah cepat ? Abang jawab iya. Tapi untuk sekarang ga. Manisha juga mengerti, Bunda" jelas Jery dengan nada lembutnya. Rose masih tetap menangis.

"Nanti Abang pasti sibuk sama keluarga kecil Abang kan?" Tanya Rose. Jery terkekeh dan memilih untuk memeluk Bundanya.

"Sibuk sama keluarga kecil Abang? Ya karena kata Bunda dulu Abang itu harus jadi laki laki yang bertanggungjawab. Jadi jawabannya Abang akan bertanggungjawab atas keluarga kecil yang Abang bangun nanti" Jawab Jery. Rose mengusap air matanya.

"Alice jangan iseng!" Peringat Jery. Teman kecil Jery itu berusaha ingin mengelus perut Rose. Jery terkekeh kala Alice cemberut.

"Tadi malam ada yang gangguin Bunda. Tapi si Alice kayaknya marah ya bang" ucap Rose. Jery mengangguk.  Alice memang benar benar menjaga Rose dan kandungannya.

Familié: After Fräulein Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang